Jakarta (ANTARA) - Peneliti Monash University bersama pusat perawatan kecanduan, Turning Point, menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk merampingkan data ambulans dalam upaya membantu paramedis merespons lebih efektif terhadap kemungkinan bunuh diri di Australia.
Proyek AI, yang menerima hibah 1,2 juta dolar AU sebagai bagian dari Google AI Impact Challenge 2019, itu merupakan model pembelajaran mesin yang menganotasi database catatan klinis ambulans ke dalam sejumlah kategori, seperti upaya bunuh diri, ide bunuh diri, dan cedera tanpa maksud bunuh diri.
Dikutip dari Zdnet, Senin, menurut Monash University, catatan klinis ambulans adalah sumber data penting untuk membantu menginformasikan upaya pencegahan bunuh diri karena ambulans sering menjadi titik kontak pertama dalam kondisi krisis saat terjadi bunuh diri.
Menurut Monas University, penerapan model pembelajaran mesin berpotensi menghapus dua pertiga dari pemrosesan data yang dilakukan. Tugas tersebut saat ini dilakukan oleh manusia yang harus menafsirkan setiap catatan klinis paramedis secara individual.
Penerapan model pembelajaran mesin juga akan menghasilkan identifikasi dan pengkodean data ambulans terkait bunuh diri, seperti waktu yang biasa terjadi, lebih dari itu menghasilkan kebijakan dan respons otoritas kesehatan yang lebih baik untuk pencegahan bunuh diri.
“Misalnya, bagaimana insiden melukai diri sendiri dapat berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti kekerasan, penggunaan narkoba, dan status sosial ekonomi," kata Monash University.
Direktur Turning Point dan profesor layanan dan studi ketergantungan Monash University, Dan Lubman, mengatakan “proyek ini akan mengungkap tren bunuh diri dan titik intervensi potensial untuk lebih menginformasikan kebijakan dan tanggapan otoritas kesehatan.”
“Teknologi yang kami kembangkan akan menciptakan peluang untuk diadopsi secara internasional,” dia menambahkan.
Selama pengembangan proyek, kedua lembaga tersebut memperoleh akses ke mentor dan alat-alat dari Google, termasuk para peneliti bidang AI.
Bantuan itu, menurut profesor Ilmu Data Monash University, yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan proyek tersebut, Wray Buntine, “dapat memperkuat dampak keseluruhan proyek.”
Dengan data yang telah dijelaskan oleh model pembelajaran mesin, Monash University mengatakan hasil saat ini sedang disampaikan kepada pembuat kebijakan sehingga mereka dapat meningkatkan respons mereka terhadap masalah terkait bunuh diri.
AI Impact Challenge dikembangkan ketika Google meluncurkan inisiatif AI for Social Good pada Oktober 2018 yang bertujuan mengarahkan ahli atau peneliti AI Google ke proyek-proyek dengan dampak positif kepada masyarakat.
Baca juga: Google sepakat AI harus diatur
Baca juga: Gedung Putih bakal atur penggunaan AI
Baca juga: Generasi muda diharapkan kuasai bisnis kecerdasan buatan
Proyek AI, yang menerima hibah 1,2 juta dolar AU sebagai bagian dari Google AI Impact Challenge 2019, itu merupakan model pembelajaran mesin yang menganotasi database catatan klinis ambulans ke dalam sejumlah kategori, seperti upaya bunuh diri, ide bunuh diri, dan cedera tanpa maksud bunuh diri.
Dikutip dari Zdnet, Senin, menurut Monash University, catatan klinis ambulans adalah sumber data penting untuk membantu menginformasikan upaya pencegahan bunuh diri karena ambulans sering menjadi titik kontak pertama dalam kondisi krisis saat terjadi bunuh diri.
Menurut Monas University, penerapan model pembelajaran mesin berpotensi menghapus dua pertiga dari pemrosesan data yang dilakukan. Tugas tersebut saat ini dilakukan oleh manusia yang harus menafsirkan setiap catatan klinis paramedis secara individual.
Penerapan model pembelajaran mesin juga akan menghasilkan identifikasi dan pengkodean data ambulans terkait bunuh diri, seperti waktu yang biasa terjadi, lebih dari itu menghasilkan kebijakan dan respons otoritas kesehatan yang lebih baik untuk pencegahan bunuh diri.
“Misalnya, bagaimana insiden melukai diri sendiri dapat berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti kekerasan, penggunaan narkoba, dan status sosial ekonomi," kata Monash University.
Direktur Turning Point dan profesor layanan dan studi ketergantungan Monash University, Dan Lubman, mengatakan “proyek ini akan mengungkap tren bunuh diri dan titik intervensi potensial untuk lebih menginformasikan kebijakan dan tanggapan otoritas kesehatan.”
“Teknologi yang kami kembangkan akan menciptakan peluang untuk diadopsi secara internasional,” dia menambahkan.
Selama pengembangan proyek, kedua lembaga tersebut memperoleh akses ke mentor dan alat-alat dari Google, termasuk para peneliti bidang AI.
Bantuan itu, menurut profesor Ilmu Data Monash University, yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan proyek tersebut, Wray Buntine, “dapat memperkuat dampak keseluruhan proyek.”
Dengan data yang telah dijelaskan oleh model pembelajaran mesin, Monash University mengatakan hasil saat ini sedang disampaikan kepada pembuat kebijakan sehingga mereka dapat meningkatkan respons mereka terhadap masalah terkait bunuh diri.
AI Impact Challenge dikembangkan ketika Google meluncurkan inisiatif AI for Social Good pada Oktober 2018 yang bertujuan mengarahkan ahli atau peneliti AI Google ke proyek-proyek dengan dampak positif kepada masyarakat.
Baca juga: Google sepakat AI harus diatur
Baca juga: Gedung Putih bakal atur penggunaan AI
Baca juga: Generasi muda diharapkan kuasai bisnis kecerdasan buatan
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu