Tanjung Selor (ANTARA) - Kominfo melalui situs resmi tanggal 15 Maret 2020 membantah
chloroquine   phosphate
bisa mengobati Covid-19 dan menyatakan itu adalah disinformasi.

Cek di sini: 

https://www.kominfo.go.id/content/detail/25080/disinformasi-obat-malaria-klorokuin-ampuh-sembuhkan-virus-corona/0/laporan_isu_hoaks


Lengkapnya ini pernyataan Kominfo:

Beredar video dan foto pada media sosial WhatsApp yang menginformasikan bahwa obat antimalaria chloroquine phosphate atau klorokuin fosfat dapat menyembuhkan pasien Virus Corona. 

Faktanya, dilansir dari kumparan.com, Janet Diaz, Kepala Perawatan Klinis dalam Program Emergensi WHO saat konferensi persnya pada tanggal 20 Februari 2020 mengatakan bahwa belum ada bukti tentang klorokuin dapat mengobati Covid-19 dan ia menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada vaksin atau obat antivirus yang spesifik untuk mencegah atau mengobati Covid-19.

Sebagai catatan agar tidak minum obat klorokuin fosfat tanpa resep Dokter dan obat antimalaria klorokuin telah dilarang di Nigeria sejak 2005, setelah WHO memperingatkan tingkat kegagalan obat yang tinggi dan temuan kasus resistensi obat di beberapa negara.


Baca juga: Antisipasi Penyebaran Corona, Gubernur Segera Kumpulkan Bupati/Walikota

Baca juga: Jokowi dan menteri kabinet jalani tes Corona

Pihak yang menyakini

Ahli mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menjelaskan obat antimalaria chloroquine phosphate memiliki efek antivirus karenanya bisa digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19, penyakit akibat infeksi virus corona baru.

"Jadi zat klorokuin (chloroquine) punya antimalaria sekaligus punya aktivitas antivirus. Obat itu juga dipelajari untuk pengobatan HIV. Meski belum diketahui apakah bisa untuk virus apa saja, tapi yang jelas zat itu pernah diteliti juga punya aktivitas anti-HIV," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu.

Ahli kesehatan China sebelumnya mengumumkan telah menemukan cara baru dalam menangani pasien COVID-19 dan menyatakan bahwa penggunaan obat antimalaria lebih efektif untuk merawat pasien COVID-19.

Menurut Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional China yang berada di bawah Kementerian Sains dan Teknologi, chloroquine phosphate memiliki efek penyembuhan tertentu pada pasien yang terserang penyakit pernapasan akibat infeksi virus corona baru.

Pemerintah China diwartakan sedang menguji penggunaan obat tersebut untuk pasien COVID-19 di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing serta rumah sakit di Provinsi Guangdong dan Provinsi Hunan.

Chloroquine phosphate biasa digunakan untuk mengobati malaria, penyakit yang disebabkan oleh protozoa dan menular ke manusia lewat gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

"Secara general (umum) bisa dianalogikan memang bisa digunakan. Karena dari penelitian sebelumnya zat itu bisa digunakan untuk anti-HIV di mana HIV memang disebabkan virus RNA, sama seperti corona," kata Sugiyono.

Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya RNA (asam ribonukleat) sedangkan virus DNA materi genetiknya asam deoksiribonukleat.

Penyakit ebola, SARS, rabies, hepatitis C, dan HIV/AIDS disebabkan oleh virus RNA. Virus corona juga termasuk virus RNA.

Virus corona baru sejak akhir 2019 menyebabkan wabah COVID-19 di wilayah China. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia, hingga 21 Februari COVID-19 telah menginfeksi 76.769 orang di 26 negara dengan kasus terbanyak di daratan China dengan 75.569 kasus. Virus itu telah menyebabkan 2.239 orang di China dan delapan orang di luar China kehilangan nyawa. 

Baca juga: Presiden Jokowi tegaskan "lockdown" kebijakan pusat

Baca juga: Kasus corona di luar China naik hampir 11.000 pada 24 jam terakhir

 

Pewarta : Redaksi
Editor : Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2024