Kuala Lumpur (ANTARA) - INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJ'IUN. Kabar duka datang dari Malaysia menjelang Magrib tadi, (Selasa, 26/5). Wartawan senior Malaysia, Datuk Ahmad A Talib, meninggal dunia di Universitas Malaya Medical Center Petaling Jaya, setelah beberapa tahun berjuang melawan kanker hati.

Kabar duka saya dapatkan dari Group Whatsaap Forum Wartawan Malaysia-Indonesia. Beberapa hari sebelumnya, wartawan senior Malaysia di antaranya Tan Sri Johan Jaaffar, Datuk Zakaria Wahab, dan Sabaruddin Ahmad -- yang tergabung dalam gorup whatsaap -- telah mengabarkan kondisi kritis Datuk Ahmad Talib. Foto saya dengan Datuk Talib pun mereka kirim ke group.

Datuk Ahmad Talib wafat dalam usia 69 tahun. Menurut putrinya, Sophia, jenazah akan dibawa ke Masjid Al Muqarrobin, Bandar Tasik Selatan. Solat jenazah akan diadakan di lokasi sama. Allahyarham dikebumikan malam itu juga selesai Isya.

Saya terakhir bertemu dengan Allahyarham saat resepsi pernikahan anak Tan Sri Johan Jaaffar di Kuala Lumpur, 2018. Di sini, kami berfoto bersama. Pada Hari Pers Nasional (HPN) di Ambon, 2017, Datuk Ahmad Talib -- salah seorang pendiri Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) -- juga hadir.

Allahyarham pernah berkhidmat di New Straits Times Press (NSTP), sebagai Pengarah Eksekutif, Meja Berita dalam Lembaga Pengarah NSTP pada 1 Juli 2009 dan Pengerusi Institut Akhbar Malaysia.

Karier wartawannya bermula di Kantor Berita Malaysia, Bernama pada 1972, kemudian Business Times (Malaysia) pada 1978, dan Berita Harian (1985). Allahyarham pernah menyandang jawatan Asisten Editor Berita Harian (1987), Editor Berita New Straits Times; Pemimpin Redaksi Berita, Pengarang Bersekutu, dan Asisten Editor Kumpulan (1991-1996).

Seterusnya dilantik sebagai Editor Kumpulan, New Straits Times (1998); Pengurus Besar Kumpulan dan Komunikasi dan Pemasaran Editorial (2004). Pada 2005, Allahyarham mengumumkan pensiun dari Kumpulan NSTP. Juga pernah sebagai panasihat Media Prima Berhad, termasuk membidangi interview di TV3.

Allahyarham meninggalkan isteri, Datin Norsimah Daud dan empat anak.

Kematian itu pasti. Namun kesedihan selalu datang setiap ada kabar kematian, lebih lagi tentang sahabat. Kenangan masa pertemuan, dialog, senda gurau, kembali muncul di pelupuk mata yang berair. Kebaikan demi kebaikan, silih berganti.

Tok Mat -- begitu biasa Datuk Ahmad Talib disapa -- salah seorang yang berjuang untuk hubungan lebih baik antara Malaysia-Indonesia. Selain pendiri, Tok Mat adalah Presiden pertama Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia (ISWAMI) bersama Saiful Hadi Chalid dari Indonesia, yang juga telah wafat.

ISAWAMI didirikan wartawan senior untuk mempererat hubungan Indonesia-Malaysia, dua belas tahun lalu. Para pendiri antara lain Tarman Azzam (alm), Ilham Bintang, N Syamsuddin Ch Haesy, Saiful Hadi Chalid, dan saya. Dari Malaysia antara lain Tan Sri Johan Jaaffar, Datuk Ahmad Talib, Azman Ujang, Nasir Yussof, dan Sabaruddin Ahmad. Saat ini, untuk Malaysia dipimpin Abdul Rashid Yusof (NST), dan saya untuk Indonesia.

Allahyarham Ahmad Talib aktif menulis kolom di surat kabar berbahasa Inggris, New Straits Times. Tulisan terakhirnya pada 2 Mei 2020 tentang Perintah Kawalan Pergerakan Covid-19 (MCO --Movement Control Order). Judul tulisannya, "MCO the best time to reflect on life."

Ahmad Talib mengajak pembaca untuk tidak mengeluh menghadapi Perintah Kawalan Pergerakan Covid-19 ini. "Saya pikir begitu! Memang, ini adalah periode terbaik untuk refleksi pribadi dan keluarga. Juga untuk rekonsiliasi kesalahan masa lalu (jika ada), mencari dan memperluas pengampunan, terlepas dari apakah Anda merayakan Ramadhan atau tidak."

"Berhentilah mengeluh dan mengeluh tentang MCO. Gunakan itu untuk merefleksikan nilai-nilai keluarga, target, merencanakan karier, dan ikatan yang erat. Anda mungkin tidak pernah mendapatkan kesempatan lain," tulis Ahmad Talib pada bagian akhir kolom terakhir itu.

Tulisan yang menggugah kesadaran.

Selamat jalan Datuk Ahmad Thalib, semoga Allah menempatkan Allahyarham di sisi-Nya, di sebaik-baik tempat, seindah-indah tempat...

Jakarta, 26 Mei 2020
  Asro Kamal Rokan
Asro Kamal Rokan, wartawan senior. Pemimpin Redaksi Republika (2003-2005), Pemimpin Umum LKBN Antara (2005-2007). Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2023).


Baca juga: Menara Azadi, saksi bisu masa ke masa

Baca juga: Buku, Warisan Seorang Wartawan

Baca juga: Ibu Ani Yudhoyono di mata Asro


Editor : Agus Setiawan


Pewarta : Redaksi
Editor : Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2024