Nunukan (ANTARA) -
Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara yang baru mencapai 93,42 persen tetapi pembangkitnya telah diujicoba.
PT PLN persero menargetkan pengoperasian total PLTU tersebut ini pada akhir 2020.
“Menjadi harapan dan tugas kami untuk segera menyelesaikan pembangunan PLTU Malinau ini sesuai target waktunya,” terang General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Timur (UIP Kalbagtim), Muhammad Ramadhansyah melalui siaran persnya pada Senin malam.
Ramadhansyah mengungkapkan, ada dua infrastruktur telah siap beroperasi mengintegrasikan daya dari sistim interkoneksi Kalimantan. Yakni GI 150 kV Malinau dan SUTT 150 kV Tidang Pale- Malinau.
Kemampuan daya sistem kelistrikan di Kabupaten Malinau saat ini mencapai 9,4 MW dengan beban puncak 8,9 MW.
Jika PLTU Malinau telah beroperasi maka akan menambah keandalan sistem kelistrikan di daerah itu, sebut Ramadhansyah.
“Saat ini kita masih gunakan PLTD untuk melistriki masyarakat, dengan adanya PLTU tentu penggunaan PLTD bisa kita kurangi,” ujar dia.
Meskipun masih dalam suasana pandemi COVID-19, proses pengujian terus dilakukan agar target pengoperasian akhir 2020 dapat dicapai.
Pada PLTU Malinau Unit 1, pengujian telah memasuki uji steam blow, yaitu pembersihan pipa-pipa boiler pembangkit sebelum dioperasikan secara komersial.
Sedangkan untuk Unit 2, saat ini dalam tahapan individual test seperti memastikan semua boiler dan sistem penanganan batu bara berfungsi dengan baik.
Pembangunan PLTU Malinau menyerap tenaga kerja hingga 150 orang.
Untuk mendukung program pemerintah dalam pemberdayaan industri nasional, PLTU Malinau pun telah mampu mencapai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 70,03 persen.
Ramadhansyah menegaskan, masuknya daya dari PLTU Malinau dan tersambungnya listrik ke sistem interkoneksi Kalimantan nantinya akan menurunkan biaya operasi PLN hingga Rp4,9 miliar per bulan.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara yang baru mencapai 93,42 persen tetapi pembangkitnya telah diujicoba.
PT PLN persero menargetkan pengoperasian total PLTU tersebut ini pada akhir 2020.
“Menjadi harapan dan tugas kami untuk segera menyelesaikan pembangunan PLTU Malinau ini sesuai target waktunya,” terang General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Timur (UIP Kalbagtim), Muhammad Ramadhansyah melalui siaran persnya pada Senin malam.
Ramadhansyah mengungkapkan, ada dua infrastruktur telah siap beroperasi mengintegrasikan daya dari sistim interkoneksi Kalimantan. Yakni GI 150 kV Malinau dan SUTT 150 kV Tidang Pale- Malinau.
Kemampuan daya sistem kelistrikan di Kabupaten Malinau saat ini mencapai 9,4 MW dengan beban puncak 8,9 MW.
Jika PLTU Malinau telah beroperasi maka akan menambah keandalan sistem kelistrikan di daerah itu, sebut Ramadhansyah.
“Saat ini kita masih gunakan PLTD untuk melistriki masyarakat, dengan adanya PLTU tentu penggunaan PLTD bisa kita kurangi,” ujar dia.
Meskipun masih dalam suasana pandemi COVID-19, proses pengujian terus dilakukan agar target pengoperasian akhir 2020 dapat dicapai.
Pada PLTU Malinau Unit 1, pengujian telah memasuki uji steam blow, yaitu pembersihan pipa-pipa boiler pembangkit sebelum dioperasikan secara komersial.
Sedangkan untuk Unit 2, saat ini dalam tahapan individual test seperti memastikan semua boiler dan sistem penanganan batu bara berfungsi dengan baik.
Pembangunan PLTU Malinau menyerap tenaga kerja hingga 150 orang.
Untuk mendukung program pemerintah dalam pemberdayaan industri nasional, PLTU Malinau pun telah mampu mencapai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 70,03 persen.
Ramadhansyah menegaskan, masuknya daya dari PLTU Malinau dan tersambungnya listrik ke sistem interkoneksi Kalimantan nantinya akan menurunkan biaya operasi PLN hingga Rp4,9 miliar per bulan.