Jakarta (ANTARA) - Penyidik kepolisian menyebut Yodi Prabowo, editor Metro TV yang diduga kuat meninggal dunia akibat bunuh diri, sempat memeriksakan diri untuk HIV ke rumah sakit.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat mengatakan fakta tersebut didapatkan saat petugas memeriksa aliran keuangan milik Yodi.
Baca juga: Hasil autopsi tunjukkan Yodi Prabowo positif gunakan narkoba
"Tentang analisa transaksi keuangan, dengan gunakan debit melakukan pembayaran ke rumah sakit. Pertanyannya untuk apa uang itu? Dilakukan pemeriksaan laboratorium dan juga konsultasi ke dokter," kata Tubagus Ade Hidayat di Mako Polda Metro Jaya, Sabtu.
"Dokter apa? Adalah dokter ahli penyakit kelamin dan kulit, pengecekan, pasti ada keluhan, kemudian dia lakukan konsultasi ke dokter. Setelah itu disarankan untuk lakukan pengecekan, atas kehendaknya sendiri positif atau tidaknya HIV," tambahnya.
Baca juga: Polisi simpulkan editor Metro TV meninggal akibat bunuh diri
Selain transaksi keuangan untuk pembayaran rumah sakit, Tubagus menyebut tidak ada transaksi yang mencurigakan saat petugas menelusuri aliran keuangan Yodi.
"Transaksi keuangan tidak ada yang menonjol, hanya yang bersangkutan berobat ke rumah sakit," ujarnya.
Editor Metro TV Yodi Prabowo ditemukan tewas di pinggir Tol JORR di Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, pada Jumat (10/7) setelah dinyatakan hilang oleh keluarganya sejak Selasa (7/7).
Baca juga: Polda Metro segera umumkan hasil penyidikan pembunuhan Yodi Prabowo
Polisi menduga kuat Yodi meniggal dunia akibat bunuh diri dengan cara menusuk dirinya sendiri dengan senjata tajam.
Ada satu barang bukti pisau yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP). Pada saat itu kondisi korban menurut keterangan saksi yang menemukan awal tertelungkup, di bawahnya itu ada pisau.
Terhadap pisau itu, kemudian dilakukan pemeriksaan untuk pengecekan DNA dan sidik jari yang ada, namun hasilnya menunjukkan sidik jari dan DNA tersebut adalah milik korban.
Yodi juga diketahui positif menggunakan narkoba jenis amfetamin yang kerap ditemui dalam narkoba jenis pil ekstasi. Fakta tersebut didapatkan saat polisi melakukan otopsi terhadap jasad Yodi.
"Hasil screening narkoba, di dalam urine (Yodi) kami temukan amfetamin positif," kata Dokter Spesialis Forensik Instalasi Dokfor Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Kramat Jati Jakarta Timur, Arif Wahyono di Polda Metro Jaya, Sabtu.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat mengatakan fakta tersebut didapatkan saat petugas memeriksa aliran keuangan milik Yodi.
Baca juga: Hasil autopsi tunjukkan Yodi Prabowo positif gunakan narkoba
"Tentang analisa transaksi keuangan, dengan gunakan debit melakukan pembayaran ke rumah sakit. Pertanyannya untuk apa uang itu? Dilakukan pemeriksaan laboratorium dan juga konsultasi ke dokter," kata Tubagus Ade Hidayat di Mako Polda Metro Jaya, Sabtu.
"Dokter apa? Adalah dokter ahli penyakit kelamin dan kulit, pengecekan, pasti ada keluhan, kemudian dia lakukan konsultasi ke dokter. Setelah itu disarankan untuk lakukan pengecekan, atas kehendaknya sendiri positif atau tidaknya HIV," tambahnya.
Baca juga: Polisi simpulkan editor Metro TV meninggal akibat bunuh diri
Selain transaksi keuangan untuk pembayaran rumah sakit, Tubagus menyebut tidak ada transaksi yang mencurigakan saat petugas menelusuri aliran keuangan Yodi.
"Transaksi keuangan tidak ada yang menonjol, hanya yang bersangkutan berobat ke rumah sakit," ujarnya.
Editor Metro TV Yodi Prabowo ditemukan tewas di pinggir Tol JORR di Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, pada Jumat (10/7) setelah dinyatakan hilang oleh keluarganya sejak Selasa (7/7).
Baca juga: Polda Metro segera umumkan hasil penyidikan pembunuhan Yodi Prabowo
Polisi menduga kuat Yodi meniggal dunia akibat bunuh diri dengan cara menusuk dirinya sendiri dengan senjata tajam.
Ada satu barang bukti pisau yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP). Pada saat itu kondisi korban menurut keterangan saksi yang menemukan awal tertelungkup, di bawahnya itu ada pisau.
Terhadap pisau itu, kemudian dilakukan pemeriksaan untuk pengecekan DNA dan sidik jari yang ada, namun hasilnya menunjukkan sidik jari dan DNA tersebut adalah milik korban.
Yodi juga diketahui positif menggunakan narkoba jenis amfetamin yang kerap ditemui dalam narkoba jenis pil ekstasi. Fakta tersebut didapatkan saat polisi melakukan otopsi terhadap jasad Yodi.
"Hasil screening narkoba, di dalam urine (Yodi) kami temukan amfetamin positif," kata Dokter Spesialis Forensik Instalasi Dokfor Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Kramat Jati Jakarta Timur, Arif Wahyono di Polda Metro Jaya, Sabtu.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Ganet Dirgantara