Sebatik (ANTARA) - Salah satu hasil olahan buah kelapa yang masih jarang diketahui adalah virgin coconut oil atau VCO. Sentra produksi VCO masih cukup jarang di Indonesia. Sentra produksi VCO salah satunya bisa kita temui di Desa Padaidi, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan.
Iring-iringan kendaraan Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr H Irianto Lambrie yang melesat di jalan lingkar Pulau Sebatik, tiba-tiba melaju pelan kemudian berbelok ke arah kiri memasuki gerbang Desa Padaidi. Kurang lebih 500 meter dari gerbang desa, iringan kendaraan orang nomor satu di Kaltara itu berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang halamannya dipenuhi tumpukan sabut kelapa yang sudah menggunung.
Gubernur turun dari kabin roda empatnya, disambut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Kaltara, H Amir Bakry. Tampak juga Kepala Desa Balansiku H Firman, dan Manager Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama Karang Unarang, Senawi.
Tampak beberapa ibu sedang menyortir tempurung kelapa. Beberapa lainnya sedang menyaring sari kelapa yang sudah diendapkan sekitar 8 jam sebelumnya. “Kita sedang berada di BUMDes Karang Unarang, Desa Padaidi, Kecamatan Sebatik,” kata Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, Rabu (9/9) di lokasi.
Mata Gubernur tertuju ke ibu-ibu yang sedang menyortir briket arang dari tempurung kelapa yang sudah siap dikirim ke Surabaya, Jawa Timur. “Briket ini kualitasnya sangat bagus. Selain ke Surabaya, kita harapkan bisa diekspor ke Timur Tengah. Jadi ke depan, ini masih bisa kita kembangkan,” ujarnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Kaltara, Hj Rita Ratina Irianto Lambrie justru tampak berbincang ringan bersama seorang perempuan berumur kurang lebih 55 tahun. Si ibu tengah melakukan proses penyaringan sari kelapa sebagai rangkaian menghasilkan virgin coconut oli (VCO). Sari kelapa yang telah diendapkan di inkubator khusus, masih perlu disaring sampai 4 kali untuk menghasilkan VCO yang berkualitas. Dengan sabar, si ibu melakoni pekerjannya sambil meladeni pertanyaan Gubernur Kaltara yang mendekat ke arahnya karena penasaran.
Kata Senawi, Manager BUMDes Karang Unarang, VCO baru diproduksi BUMDes ini sejak Oktober 2019. Dalam sehari, bisa memproduksi 20 liter minyak kelapa murni yang bisa langsung diminum ini. “Seratus biji kelapa bisa menghasilkan 20 liter setiap hari. Kita rutin produksi,” ujar Senawi. Kelapa tua yang sudah dikuliti kemudian diperas. Sari atau hasil perasan kemudian diendapkan 8 jam di inkubator khusus. “Setelah masuk di inkubator, kemudian disaring sampai 4 kali (secara manual). Tetapi kalau kita gunakan mesin, sekali masuk atau saring, bisa sudah jadi minyak kelapa asli,” ujarnya.
Penampakan VCO, sangat mirip dengan air putih. Kekentalannya pun hampir sama. “Namun aroma dan rasa khas kelapa tetap terjaga,” timpal Gubernur Irianto usai baru saja meneguk VCO. H Firman dan Senawi sama-sama sudah merasakan khasiat alami VCO. Banyak manfaatnya yang mereka rasakan. “Rasanya terasa segar dan ringan. Meminumnya juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh,” kata H Firman. “Nah, cocok sudah ini. Sekarang pandemi Covid-19, minuman ini cocok sekali diminum supaya imun tetap terjaga dan merasa fit,” timpal Gubernur.
Satu liter VCO, dijual Rp 150 ribu. Bahan bakunya dari buah kelapa. Masyarakat setempat menjual buah kelapanya ke BUMDes Rp 1,5 ribu per butir. Kegiatan produksi VCO dan briket arang di Desa Padaidi telah mampu menggerakkan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. “Mudah-mudahan ini menginspirasi BUMDes lainnya di Kaltara. Dan saya yakin ada banyak inovasi yang muncul di masyarakat kita,” ujar Irianto.(*)