Tanjung Selor (ANTARA) - Perayaan hari jadi Kota Tanjung Selor ke-230 dan Kabupaten Bulungan ke-60 sangat sederhana dengan protokol kesehatan ketat karena digelar saat pandemi COVID-19.
Dilaporkan di Tanjung Selor, Senin acara HUT (hari ulang tahun) itu hanya ditandai dengan prosesi ritual "Bedibai".
Biasanya, acara HUT digelar secara meriah mulai dari pawai budaya, berbagai perlombaan tradisional (antara lain sumpit, lomba perahu naga, dan gulat tradisional), pameran pembangunan dan festival musik.
Pawai Budaya pada Birau saat hari jadi Bulungan dan Kota Tanjung Selor 2018 (ANTARA/iskandar Zulkarnaen)
Hari ini dilaksanakan sangat sederhana dengan jumlah tamu terbatas.
Sebelum acara adat "Bedibai", rangkaian acara diawali pelaksaksanaan sidang paripurna DPRD Bulungan menyambut hari jadi.
Selanjutnya digelar doa bersama dan dirangkai dengan prosesi ritual Bedibai yang dilaksanakan sebuah bangunan kuno di Tanjung Palas, eks kediaman Perdana Menteri Kesultanan Bulungan Datu Mansyur.
Bedibai tercatat sebagai warisan budaya tak benda.
Bedibai adalah rangkaian perhelatan Pesta Rakyat Birau.
Tujuannya, secara adat meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk menjaga keselamatan dan kesehatan, dan agar terhindar dari segala mara bahaya dan bencana.
Juga sebagai doa agar para pemimpin tetap sejahtera, panjang umur, dan terhindar dari segala mara bahaya.
Bedibai dilaksanakan seorang wanita tua dengan nyanyian bahasa kuno serta musik magis.
Beberapa perlengkapan dalam ritual adat ini antara lain Mahligai, miniatur Rumah Kayan, Biduk Babandung, Biduk Kayan, Kelengkeng, dan sesajen.
Baca juga: Persiapan HUT Tanjung Selor dan Bulungan 2020
Baca juga: Jurus "Kuntaw" dan pantun "Mamanda" pelestari budaya
Barang-barang ini akan disimpan di beberapa lokasi termasuk di Gunung Putih dan sebagian dilarut di Sungai Kayan.
Kegiatan HUT 2020 melalui tema "Dengan semangat Hari Jadi Kota Tanjung Selor ke-230 dan Kabupaten Bulungan ke-60 kita tingkatkan kewaspadaan diri terhadap COVID-19 dengan prilaku hidup bersih dan sehat".
Imbauan bupati
Bupati Bulungan bergelar Pangeran Aswan Naratama H Sudjati mengatakan bahwa mengabdi bagi pembangunan Bulungan, Kaltara tidak mesti jadi kepala daerah namun bisa di bidang lain untuk mendukung kemajuan daerah.
"Pada momentum acara ini saya juga berpamitan bagi rakyat dan Lembaga Adat Kesultanan Bulungan karena pada Pilkada serentak 2020 tidak ikut maju," kata Sudjati dalam menyampaikan amanah pada perayaan hari jadi itu.
Ada beberapa alasan, termasuk usia kini 66 tahun jadi pertimbangan tidak ikut Pilkada.
"Saya meminta maaf jika ada kesalahan dan kekhilafan selama memimpin," katanya.
Namun, ia berjanji tetap berupaya tetap ikut terlibat membangun dan memajukan daerah ini sesuai kapasitas dan potensi meski tidak memegang jabatan formal.
Ia juga mengimbau agar dalam mendukung calon pemimpin pada Pilkada, khususnya melalui media massa dan media sosial agar menggunakan bahasa santun bukan saling menghujat.
"Jaga persatuan dan kesatuan serta kondisi daerah kita yang aman ini, empat pasangan yang maju ini semua hebat, cari yang terhebat untuk jadi pemimpin," katanya.
Ia mengimbau agar warga Bulungan lebih fokus melihat program yang ditawarkan.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Kesultanan Bulungan Raden Tumenggung Datu Buyung Perkasa dalam acara itu menuturkan sekilas sejarah Kesultanan Bulungan hingga ditetapkan hari jadi.
Penetapan hari jadi Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan setiap 12 Oktober merupakan hasil seminar pada 8 Mei 1991.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah, hasil seminar tersebut menetapkan hari Jadi Kota Tanjung Selor pada 12 Oktober 1790 dan Kabupaten Bulungan pada 12 Oktober 1960.
Sekilas sejarah suku bangsa Bulungan dari perkawinan suku melayu Brunei Datu Lancang dengan anak seorang anak kepala suku Dayak Putri Asung Luwan.
Selain Datu Lancang, para pengikut pangeran yang semuanya laki juga menikah dengan gadis-gadis Dayak sehingga lahirnya suku bangsa Bulungan.
Baca juga: Ribuan peserta pawai meriahkan HUT Bulungan
Baca juga: Puluhan Sultan Hadiri HUT Bulungan
Baju adat Bulungan (foto Datu ramon fauzi)
Dilaporkan di Tanjung Selor, Senin acara HUT (hari ulang tahun) itu hanya ditandai dengan prosesi ritual "Bedibai".
Biasanya, acara HUT digelar secara meriah mulai dari pawai budaya, berbagai perlombaan tradisional (antara lain sumpit, lomba perahu naga, dan gulat tradisional), pameran pembangunan dan festival musik.
Hari ini dilaksanakan sangat sederhana dengan jumlah tamu terbatas.
Sebelum acara adat "Bedibai", rangkaian acara diawali pelaksaksanaan sidang paripurna DPRD Bulungan menyambut hari jadi.
Selanjutnya digelar doa bersama dan dirangkai dengan prosesi ritual Bedibai yang dilaksanakan sebuah bangunan kuno di Tanjung Palas, eks kediaman Perdana Menteri Kesultanan Bulungan Datu Mansyur.
Bedibai tercatat sebagai warisan budaya tak benda.
Bedibai adalah rangkaian perhelatan Pesta Rakyat Birau.
Tujuannya, secara adat meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk menjaga keselamatan dan kesehatan, dan agar terhindar dari segala mara bahaya dan bencana.
Juga sebagai doa agar para pemimpin tetap sejahtera, panjang umur, dan terhindar dari segala mara bahaya.
Bedibai dilaksanakan seorang wanita tua dengan nyanyian bahasa kuno serta musik magis.
Beberapa perlengkapan dalam ritual adat ini antara lain Mahligai, miniatur Rumah Kayan, Biduk Babandung, Biduk Kayan, Kelengkeng, dan sesajen.
Baca juga: Persiapan HUT Tanjung Selor dan Bulungan 2020
Baca juga: Jurus "Kuntaw" dan pantun "Mamanda" pelestari budaya
Barang-barang ini akan disimpan di beberapa lokasi termasuk di Gunung Putih dan sebagian dilarut di Sungai Kayan.
Kegiatan HUT 2020 melalui tema "Dengan semangat Hari Jadi Kota Tanjung Selor ke-230 dan Kabupaten Bulungan ke-60 kita tingkatkan kewaspadaan diri terhadap COVID-19 dengan prilaku hidup bersih dan sehat".
Imbauan bupati
Bupati Bulungan bergelar Pangeran Aswan Naratama H Sudjati mengatakan bahwa mengabdi bagi pembangunan Bulungan, Kaltara tidak mesti jadi kepala daerah namun bisa di bidang lain untuk mendukung kemajuan daerah.
"Pada momentum acara ini saya juga berpamitan bagi rakyat dan Lembaga Adat Kesultanan Bulungan karena pada Pilkada serentak 2020 tidak ikut maju," kata Sudjati dalam menyampaikan amanah pada perayaan hari jadi itu.
Ada beberapa alasan, termasuk usia kini 66 tahun jadi pertimbangan tidak ikut Pilkada.
"Saya meminta maaf jika ada kesalahan dan kekhilafan selama memimpin," katanya.
Namun, ia berjanji tetap berupaya tetap ikut terlibat membangun dan memajukan daerah ini sesuai kapasitas dan potensi meski tidak memegang jabatan formal.
Ia juga mengimbau agar dalam mendukung calon pemimpin pada Pilkada, khususnya melalui media massa dan media sosial agar menggunakan bahasa santun bukan saling menghujat.
"Jaga persatuan dan kesatuan serta kondisi daerah kita yang aman ini, empat pasangan yang maju ini semua hebat, cari yang terhebat untuk jadi pemimpin," katanya.
Ia mengimbau agar warga Bulungan lebih fokus melihat program yang ditawarkan.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Kesultanan Bulungan Raden Tumenggung Datu Buyung Perkasa dalam acara itu menuturkan sekilas sejarah Kesultanan Bulungan hingga ditetapkan hari jadi.
Penetapan hari jadi Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan setiap 12 Oktober merupakan hasil seminar pada 8 Mei 1991.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah, hasil seminar tersebut menetapkan hari Jadi Kota Tanjung Selor pada 12 Oktober 1790 dan Kabupaten Bulungan pada 12 Oktober 1960.
Sekilas sejarah suku bangsa Bulungan dari perkawinan suku melayu Brunei Datu Lancang dengan anak seorang anak kepala suku Dayak Putri Asung Luwan.
Selain Datu Lancang, para pengikut pangeran yang semuanya laki juga menikah dengan gadis-gadis Dayak sehingga lahirnya suku bangsa Bulungan.
Baca juga: Ribuan peserta pawai meriahkan HUT Bulungan
Baca juga: Puluhan Sultan Hadiri HUT Bulungan
Baju adat Bulungan (foto Datu ramon fauzi)