Tarakan (ANTARA) - Dinas Kehutanan bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) akan membangun Persemaian Permanen Modern Mangrove pertama di Indonesia berada di Desa Sengkong, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara.
"Persemaian yang akan dibangun itu merupakan persemaian modern pertama di Indonesia yang menampung kapasitas 51 juta bibit mangrove," kata Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang di Tanjung Selor, Bulungan, Selasa.
Dia mengungkapkan bahwa pembangunan Persemaian Permanen Modern Mangrove tersebut tidak hanya kebutuhan mangrove di Kaltara, tetapi bisa mengakomodir daerah lain yang terdekat.
Adapun luas lahannya sekitar 109 hektare untuk dibangun persemaian modern pertama. Jika ini terealisasi tentu akan membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.
Untuk metode rehabilitasinya, pemerintah akan menggunakan metode silvofishery. Dijelaskan Gubernur, silvofishery adalah suatu pola agroforestri yang digunakan dalam upaya perlindungan di kawasan mangrove.
Gubernur mengatakan bahwa petani dapat memelihara ikan dan udang atau jenis komersial lainnya untuk menambah penghasilan, di samping kewajiban mereka memelihara hutan mangrove.
“Sistem ini mampu menambah pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove,” kata Zainal.
Pemanfaatan silvofishery, dikatakan Gubernur telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena sistem tersebut telah terbukti mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan secara ekonomis.
Artinya fungsi mangrove sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan.
“Dengan kata lain, keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini. Selain hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah. Ini bisa kita manfaatkan di Kaltara. Karena sebagian tempat di Indonesia juga ada yang telah menerapkan metode ini,” jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah pusat menargetkan rehabilitasi mangrove seluruh Indonesia seluas 600.000 hektare.Dari sembilan provinsi yang ditargetkan, sebanyak 190.000 hektare ada di Kaltara.
Gubernur menyebut, Kaltara menjadi yang terbesar dari target pemerintah pusat hingga tahun 2024.
“Sedangkan untuk pengelolaannya, bakal dilakukan swakelola yang melibatkan masyarakat sekitar kawasan mangrove. Target rehabilitasi itu sendiri ada tiga sektor, yang pertama memulihkan ekosistem mangrove, meningkatkan dan mempertahankan," kata Zainal.
Baca juga: Rehabilitasi Mangrove di Kaltara akan Dikucurkan Dana Rp95 Miliar
"Persemaian yang akan dibangun itu merupakan persemaian modern pertama di Indonesia yang menampung kapasitas 51 juta bibit mangrove," kata Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang di Tanjung Selor, Bulungan, Selasa.
Dia mengungkapkan bahwa pembangunan Persemaian Permanen Modern Mangrove tersebut tidak hanya kebutuhan mangrove di Kaltara, tetapi bisa mengakomodir daerah lain yang terdekat.
Adapun luas lahannya sekitar 109 hektare untuk dibangun persemaian modern pertama. Jika ini terealisasi tentu akan membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.
Untuk metode rehabilitasinya, pemerintah akan menggunakan metode silvofishery. Dijelaskan Gubernur, silvofishery adalah suatu pola agroforestri yang digunakan dalam upaya perlindungan di kawasan mangrove.
Gubernur mengatakan bahwa petani dapat memelihara ikan dan udang atau jenis komersial lainnya untuk menambah penghasilan, di samping kewajiban mereka memelihara hutan mangrove.
“Sistem ini mampu menambah pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove,” kata Zainal.
Pemanfaatan silvofishery, dikatakan Gubernur telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena sistem tersebut telah terbukti mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan secara ekonomis.
Artinya fungsi mangrove sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan.
“Dengan kata lain, keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini. Selain hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah. Ini bisa kita manfaatkan di Kaltara. Karena sebagian tempat di Indonesia juga ada yang telah menerapkan metode ini,” jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah pusat menargetkan rehabilitasi mangrove seluruh Indonesia seluas 600.000 hektare.Dari sembilan provinsi yang ditargetkan, sebanyak 190.000 hektare ada di Kaltara.
Gubernur menyebut, Kaltara menjadi yang terbesar dari target pemerintah pusat hingga tahun 2024.
“Sedangkan untuk pengelolaannya, bakal dilakukan swakelola yang melibatkan masyarakat sekitar kawasan mangrove. Target rehabilitasi itu sendiri ada tiga sektor, yang pertama memulihkan ekosistem mangrove, meningkatkan dan mempertahankan," kata Zainal.
Baca juga: Rehabilitasi Mangrove di Kaltara akan Dikucurkan Dana Rp95 Miliar