Tanjung Selor (ANTARA) - Warga Bulungan Kalimantan Utara memadati Masjid Sultan Muhammad Maulana Kasimuddin --salah satu bangunan cagar budaya di Kaltara-- untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri (Id) 1443 Hijriah atau 2022 Masehi.
Dilaporkan di Tanjung Selor, Senin sejak sekitar 06.00 Wita warga mulai memenuhi masjid yang berusia ratusan tahun ini dan beberapa kali pembenahan sehingga menjadi bentuknya sekarang ini pada masa pemerintahan Kesultanan Bulungan, yakni Sultan Muhammad Kasimuddin (1901-1925).
Shalat berjalan lancar dan khidmat meskipun masih diselimuti mendung bahkan sempat gerimis saat subuh.
Namun, kondisi itu tidak menghalangi semangat jamaah untuk memadati masjid tertua atau salah satu bangunan bersejarah di Kalimantan Utara itu.
Masjid tertua di provinsi termuda itu berdiri di lahan seluas 3.560,25 m2 (meter persegi) dan memiliki bangunan 585,64 m2.
Pondasi dan lantainya terbuat dari campuran semen dan batu yang berlapis tegel/ubin bermotif arsitektur Eropa yang diimpor dari Belanda.
Bangunan ruang utama mempunyai beberapa tiang penyangga yang terdiri dari empat tiang utama/saka guru dengan penampang segi empat, tinggi 11,15 m. Dua belas tiang pembantu dengan penampang segiempat tinggi 8 m mengelilingi tiang utama.
Lima puluh buah tiang pembantu deretan ke tiga mengelilingi 12 tiang pembantu, merupakan deretan tiang paling bawah yang sekaligus menjadi pegangan konstruksi papan dinding dan pintu-pintu masjid.
Sebagian jamaah tidak mendapat tempat di dalam masjid yang terbuat dari kayu dan beton, berbentuk bangunan semi permanen itu.
Sebagian jamaah memadati halaman parkir terbuka dan beberapa tenda yang dipersiapkan panitia untuk mengantisipasi jika hujan.
Pada kegiatan itu, selaku imam dan khatib adalah H. Abdul Djalil Fatah. Khatib Abdul Djalil fatah dalam khutbahnya menyampaikan tentang hikmah dari puasa agar jangan dirasakan selama Ramadhan saja namun harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam merasakan empati sosial bagi warga tak mampu.
Ia juga menyampaikan pentingnya warga mendukung berbagai program pemerintah, setelah hampir dua tahun Indonesia terpuruk akibat pandemi COVID-19.
"Sehingga terlaksana Shalat Id pada 2022 adalah berkah yang harus disyukuri sehingga dengan berbagai dukungan masyarakat ia optimistis bangsa Indonesia bisa bangkit kembali dari berbagai krisis dampak pandemi," katanya.
Baca juga: Peninjauan Pospam dan Posyan Polda Kaltara jelang Lebaran 2022
Baca juga: Era new normal, qunut nazilah tetap dibacakan di Masjid Kasimuddin
Baca juga: Masjid tertua Kaltara, saksi sejarah hingga badai pandemi
Dilaporkan di Tanjung Selor, Senin sejak sekitar 06.00 Wita warga mulai memenuhi masjid yang berusia ratusan tahun ini dan beberapa kali pembenahan sehingga menjadi bentuknya sekarang ini pada masa pemerintahan Kesultanan Bulungan, yakni Sultan Muhammad Kasimuddin (1901-1925).
Shalat berjalan lancar dan khidmat meskipun masih diselimuti mendung bahkan sempat gerimis saat subuh.
Namun, kondisi itu tidak menghalangi semangat jamaah untuk memadati masjid tertua atau salah satu bangunan bersejarah di Kalimantan Utara itu.
Masjid tertua di provinsi termuda itu berdiri di lahan seluas 3.560,25 m2 (meter persegi) dan memiliki bangunan 585,64 m2.
Pondasi dan lantainya terbuat dari campuran semen dan batu yang berlapis tegel/ubin bermotif arsitektur Eropa yang diimpor dari Belanda.
Bangunan ruang utama mempunyai beberapa tiang penyangga yang terdiri dari empat tiang utama/saka guru dengan penampang segi empat, tinggi 11,15 m. Dua belas tiang pembantu dengan penampang segiempat tinggi 8 m mengelilingi tiang utama.
Lima puluh buah tiang pembantu deretan ke tiga mengelilingi 12 tiang pembantu, merupakan deretan tiang paling bawah yang sekaligus menjadi pegangan konstruksi papan dinding dan pintu-pintu masjid.
Sebagian jamaah tidak mendapat tempat di dalam masjid yang terbuat dari kayu dan beton, berbentuk bangunan semi permanen itu.
Sebagian jamaah memadati halaman parkir terbuka dan beberapa tenda yang dipersiapkan panitia untuk mengantisipasi jika hujan.
Pada kegiatan itu, selaku imam dan khatib adalah H. Abdul Djalil Fatah. Khatib Abdul Djalil fatah dalam khutbahnya menyampaikan tentang hikmah dari puasa agar jangan dirasakan selama Ramadhan saja namun harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam merasakan empati sosial bagi warga tak mampu.
Ia juga menyampaikan pentingnya warga mendukung berbagai program pemerintah, setelah hampir dua tahun Indonesia terpuruk akibat pandemi COVID-19.
"Sehingga terlaksana Shalat Id pada 2022 adalah berkah yang harus disyukuri sehingga dengan berbagai dukungan masyarakat ia optimistis bangsa Indonesia bisa bangkit kembali dari berbagai krisis dampak pandemi," katanya.
Baca juga: Peninjauan Pospam dan Posyan Polda Kaltara jelang Lebaran 2022
Baca juga: Era new normal, qunut nazilah tetap dibacakan di Masjid Kasimuddin
Baca juga: Masjid tertua Kaltara, saksi sejarah hingga badai pandemi