Tarakan (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Utara di tahun 2023 diproyeksikan sedikit tertekan, antara 4,18 persen sampai 4,98 persen.
"Proyeksi ini menurun dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2022. Bukan tanpa analisa, dengan melihat beberapa faktor mempengaruhi proyeksi tersebut," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara, Teddy Arief Budiman di Tarakan, Sabtu.
Menurutnya ada faktor pendorong, pendukung dan ada faktor penahan. Teddy melihat di 2023, secara naturalnya Kaltara sangat tergantung dengan ekspor batu bara dengan CPO.
Sementara di tahun 2023, masih melihat apakah ada kebijakan tertentu dari negara pembeli, karena tren dunia sekarang mengarah kepada energi hijau.
"Harga batu bara diperkirakan tidak sebaik harga di tahun 2022, sehingga kami tidak berani melakukan prediksi lebih tinggi," katanya.
Demikian juga dengan CPO akan banyak negara-negara pembeli mengurangi penggunaan kelapa sawit. Hal tersebut masih dicermati, termasuk juga bagaimana pemerintah memberlakukan kebijakan terhadap batu bara dengan CPO.
Faktor lain, menurut Teddy, adalah cuaca. Di mana fenomena La Nina yang diprediksi masih akan berlanjut di tahun ini akan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, terutama di volume perdagangan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Kaltara pada tahun 2022 menunjukkan tren positif.
Baca juga: Catatan Ana Sriekaningsih : Rupiah Digital Tak Menggerus Uang Kartal
"Proyeksi ini menurun dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2022. Bukan tanpa analisa, dengan melihat beberapa faktor mempengaruhi proyeksi tersebut," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara, Teddy Arief Budiman di Tarakan, Sabtu.
Menurutnya ada faktor pendorong, pendukung dan ada faktor penahan. Teddy melihat di 2023, secara naturalnya Kaltara sangat tergantung dengan ekspor batu bara dengan CPO.
Sementara di tahun 2023, masih melihat apakah ada kebijakan tertentu dari negara pembeli, karena tren dunia sekarang mengarah kepada energi hijau.
"Harga batu bara diperkirakan tidak sebaik harga di tahun 2022, sehingga kami tidak berani melakukan prediksi lebih tinggi," katanya.
Demikian juga dengan CPO akan banyak negara-negara pembeli mengurangi penggunaan kelapa sawit. Hal tersebut masih dicermati, termasuk juga bagaimana pemerintah memberlakukan kebijakan terhadap batu bara dengan CPO.
Faktor lain, menurut Teddy, adalah cuaca. Di mana fenomena La Nina yang diprediksi masih akan berlanjut di tahun ini akan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, terutama di volume perdagangan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Kaltara pada tahun 2022 menunjukkan tren positif.
Baca juga: Catatan Ana Sriekaningsih : Rupiah Digital Tak Menggerus Uang Kartal