Tarakan (ANTARA) - Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Utara Wahyu Indra Sukma optimistis ekonomi Kaltara pada 2023 bisa tetap tumbuh positif pada kisaran 4,87-5,67 persen pada CtC (cumulative to cumulative)
"Maka dibutuhkan sinergi dan 'ekstra effort' (usaha lebih) dalam rangka mengawal sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2023," kata Wahyu di Tarakan, Jumat.
Khususnya mendorong realisasi investasi proyek strategis yang diyakini akan menjadi bagian bertahap dari transformasi ekonomi kaltara.
Selanjutnya pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi kaltara diperkirakan semakin akseleratif sejalan dengan realisasi investasi proyek strategis nasional beserta efek berganda yang akan semakin dirasakan manfaatnya.
Dari sisi inflasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi gabungan dua kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kaltara pada 2022 tercatat sebesar 4,74 persen (yoy) lebih rendah dari inflasi Kalimantan sebesar 5,94 persen (yoy) maupun Nasional 5,51 persen (yoy).
"Inflasi yang terkendali ini berkat sinergi positif TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) se-Kalimantan Utara melalui berbagai program," kata Wahyu.
Seperti Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Gerakan menanam, Koordinasi melalui High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (HLM TPID), operasi pasar, pemantauan harga ke agen, sidak pasar dan Subsidi Ongkos Angkut (SOA).
Di tahun 2023 ini, dari sisi inflasi dihadapkan sejumlah tantangan seperti fluktuasi harga komoditas energi yang diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2023.
Selain itu, mobilitas masyarakat yang semakin meningkat diprakirakan akan meningkatkan permintaan, khususnya pada momen tertentu apabila tidak diimbangi dengan pemenuhan pasokan yang memadai, dapat menimbulkan fenomena "guncangan pasokan".
“Untuk itu, segenap anggota TPID se-provinsi Kaltara perlu menguatkan sinergi dan menyusun langkah pengendalian inflasi yang tepat dan efektif untuk menjaga tekanan inflasi tetap terkendali dan memenuhi target sasaran inflasi sebesar tiga hingga satu persen tahun 2023 ini” kata Wahyu.
Dia menambahkan bahwa peningkatan investasi pada industri pengolahan atau hilirisasi diyakini merupakan langkah strategis untuk menjaga ketahanan ekonomi, di tengah tantangan perlambatan ekonomi global saat ini.
Sekaligus akan menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang.
Sejalan dengan peningkatan target realisasi investasi pada industri hilirisasi tersebut, diharapkan transformasi ekonomi Indonesia maupun Kaltara dari yang berorientasi sumber daya alam menjadi produk-produk yang bernilai tambah tinggi juga semakin cepat terealisasi dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Ekonomi Kaltara terbukti resiliensi dengan tumbuh tinggi pada tahun lalu dengan inflasi yang terkendali. Kami optimis resiliensi (ketahanan psikologis) Kaltara tersebut akan menarik bagi investor baik dalam negeri atau luar negeri ditambah dengan potensi kewilayahan maupun sumber daya yang dimiliki Kaltara," kata Wahyu.