Tarakan (ANTARA) - Ekspedisi Rupiah Berdaulat di Kalimantan Utara dimulai sejak tanggal 29 Juli sampai dengan 3 Agustus 2023 dengan membawa fisik uang tunai berupa uang rupiah sebesar Rp4,5 miliar.
"Dengan menggunakan KRI Sidat yang membawa fisik uang tunai berupa uang rupiah sebesar Rp4,5 miliar mengunjungi lima pulau terluar," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kaltara Wahyu Indra Sukma di Tarakan, Sabtu.
Adapun lima pulau terluar yang dikunjungi yakni Pulau Bunyu, Pulau Sebatik, Teluk Sulaiman, Pulau Derawan dan Pulau Maratua.
Kegiatan tersebut melibatkan 15 orang dari tujuh satuan kerja yaitu Departemen Pengelolaan Uang, KPwBI Kalimantan Tengah, KPwBI Kalimantan Timur, KPwBI Purwokerto, KPwBI Bangka Belitung, KPwBI Banten dan KPwBI Kalimantan Utara.
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia diberikan amanat dan kewenangan oleh negara untuk melakukan pengelolaan uang rupiah.
Pengelolaan uang rupiah juga merupakan salah satu tugas Bank Indonesia untuk mendukung tujuan BI, yaitu stabilitas nilai rupiah.
Dalam pengelolaan uang rupiah termasuk didalamnya pengedaran uang, Bank Indonesia mempunyai misi untuk menyediakan uang R
rupiah di seluruh wilayah NKRI dalam jumlah yang cukup, dengan jenis pecahan yang sesuai kebutuhan masyarakat serta dalam kondisi berkualitas dan layak edar.
Pengedaran dan penggunaan uang rupiah di seluruh NKRI merupakan hal penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Karena rupiah bukan saja sebagai alat transaksi pembayaran, tetapi rupiah juga merupakan identitas dan alat pemersatu bangsa dan menjadi salah satu simbol kedaulatan bangsa sebagaimana ditegaskan dalam UU Mata Uang," kata Wahyu.
Terdapat tiga tantangan utama Bank Indonesia dalam mengedarkan rupiah. Pertama, adalah kondisi geografis NKRI yang memiliki 17.499 pulau, berbatasan dengan 11 negara tetangga dengan keterbatasan infrastruktur sehingga mempengaruhi jangkauan Bank Indonesia dalam menyediakan uang kepada masyarakat.
Termasuk diantaranya untuk kepulauan di wilayah Terdepan, Terpencil dan Terluar (3T).
Kedua, keberagaman tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memperlakukan uang.
"Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas uang rupiah kita. Dalam konteks ini, tantangan ini perlu kami jawab dengan edukasi," katanya.
Ketiga, penggunaan uang selain rupiah sebagai alat pembayaran khususnya di wilayah perbatasan.
Dalam menghadapi tantangan dan menjalankan misi tersebut maka BI perlu melakukan kerjasama dan bergandengan tangan dengan semua elemen bangsa, termasuk dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
TNI AL merupakan salah satu elemen bangsa yang berada di garda terdepan dalam menjaga kedaulatan NKRI melalui kekuatan armadanya dan operasi rutin menjangkau seluruh pelosok tanah air dari Sabang sampai Merauke.
Sinergi Bank Indonesia dengan TNI Angkatan Laut diperlukan untuk dapat membantu keterbatasan Bank Indonesia dalam melakukan pengedaran uang rupiah sehingga misi Bank Indonesia dalam menyediakan uang rupiah ke seluruh wilayah NKRI khususnya wilayah kepulauan 3T dapat tercapai.
Sinergi ini secara substansi mempertemukan dua kepentingan yang sama, dimana TNI AL berkepentingan menjaga kedaulatan seluruh wilayah NKRI dengan pertahanan dan BI berkepentingan menjaga kedaulatan NKRI dengan rupiah.
Sinergi strategis antara TNI AL dan BI telah dimulai sejak tahun 2011, melalui kegiatan pelayanan kas keliling di daerah 3T di seluruh wilayah NKRI.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu penyediaan uang layak edar di pulau-pulau terluar yang sulit terjangkau dengan transportasi umum.
Selain kegiatan tersebut, juga dilakukan kegiatan lainnya meliputi sosialisasi atau edukasi Cinta, Bangga dan Paham Rupiah, Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Penyaluran PSBI dan sembako di wilayah/pulau tujuan.
Sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2022, Bank Indonesia dan TNI Angkatan Laut telah melaksanakan 92 kali kegiatan Kas Keliling 3T dengan 480 pulau 3T dikunjungi.
Pada tahun 2023 Ekspedisi Rupiah Berdaulat ke Pulau 3T akan dilaksanakan sebanyak 17 kali di 17 Provinsi dengan target 85 pulau yang dikunjungi.
Sementara itu, Komandan Lantamal XIII Tarakan Laksamana Pertama TNI Deni Herman berharap kegiatan ini dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat yang berada di wilayah 3T dengan mendapatkan uang layak edar.
Melihat kondisi geografis negara Indonesia, tentunya luas wilayah dan sebaran pulau kecil menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa.
“Hal ini tidak bisa dilakukan sendiri tanpa adanya persatuan dan kesatuan antar semua elemen bangsa. TNI AL sebagai garda terdepan dalam menjaga dan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Deni.
Dia menambahkan bahwa disinilah titik temu kerja sama yang dibangun antara dua elemen bangsa yaitu Bank Indonesia dan TNI AL sama-sama menjaga kedaulatan serta kesamaan kepentingan dalam mendukung pembangunan nasional.
Baca juga: QRIS di Kaltara Mencapai 37.000 Pengguna
Baca juga: Satu orang tewas korban kapal barang tenggelam di perairan Bunyu
"Dengan menggunakan KRI Sidat yang membawa fisik uang tunai berupa uang rupiah sebesar Rp4,5 miliar mengunjungi lima pulau terluar," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kaltara Wahyu Indra Sukma di Tarakan, Sabtu.
Adapun lima pulau terluar yang dikunjungi yakni Pulau Bunyu, Pulau Sebatik, Teluk Sulaiman, Pulau Derawan dan Pulau Maratua.
Kegiatan tersebut melibatkan 15 orang dari tujuh satuan kerja yaitu Departemen Pengelolaan Uang, KPwBI Kalimantan Tengah, KPwBI Kalimantan Timur, KPwBI Purwokerto, KPwBI Bangka Belitung, KPwBI Banten dan KPwBI Kalimantan Utara.
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia diberikan amanat dan kewenangan oleh negara untuk melakukan pengelolaan uang rupiah.
Pengelolaan uang rupiah juga merupakan salah satu tugas Bank Indonesia untuk mendukung tujuan BI, yaitu stabilitas nilai rupiah.
Dalam pengelolaan uang rupiah termasuk didalamnya pengedaran uang, Bank Indonesia mempunyai misi untuk menyediakan uang R
rupiah di seluruh wilayah NKRI dalam jumlah yang cukup, dengan jenis pecahan yang sesuai kebutuhan masyarakat serta dalam kondisi berkualitas dan layak edar.
Pengedaran dan penggunaan uang rupiah di seluruh NKRI merupakan hal penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Karena rupiah bukan saja sebagai alat transaksi pembayaran, tetapi rupiah juga merupakan identitas dan alat pemersatu bangsa dan menjadi salah satu simbol kedaulatan bangsa sebagaimana ditegaskan dalam UU Mata Uang," kata Wahyu.
Terdapat tiga tantangan utama Bank Indonesia dalam mengedarkan rupiah. Pertama, adalah kondisi geografis NKRI yang memiliki 17.499 pulau, berbatasan dengan 11 negara tetangga dengan keterbatasan infrastruktur sehingga mempengaruhi jangkauan Bank Indonesia dalam menyediakan uang kepada masyarakat.
Termasuk diantaranya untuk kepulauan di wilayah Terdepan, Terpencil dan Terluar (3T).
Kedua, keberagaman tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memperlakukan uang.
"Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas uang rupiah kita. Dalam konteks ini, tantangan ini perlu kami jawab dengan edukasi," katanya.
Ketiga, penggunaan uang selain rupiah sebagai alat pembayaran khususnya di wilayah perbatasan.
Dalam menghadapi tantangan dan menjalankan misi tersebut maka BI perlu melakukan kerjasama dan bergandengan tangan dengan semua elemen bangsa, termasuk dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
TNI AL merupakan salah satu elemen bangsa yang berada di garda terdepan dalam menjaga kedaulatan NKRI melalui kekuatan armadanya dan operasi rutin menjangkau seluruh pelosok tanah air dari Sabang sampai Merauke.
Sinergi Bank Indonesia dengan TNI Angkatan Laut diperlukan untuk dapat membantu keterbatasan Bank Indonesia dalam melakukan pengedaran uang rupiah sehingga misi Bank Indonesia dalam menyediakan uang rupiah ke seluruh wilayah NKRI khususnya wilayah kepulauan 3T dapat tercapai.
Sinergi ini secara substansi mempertemukan dua kepentingan yang sama, dimana TNI AL berkepentingan menjaga kedaulatan seluruh wilayah NKRI dengan pertahanan dan BI berkepentingan menjaga kedaulatan NKRI dengan rupiah.
Sinergi strategis antara TNI AL dan BI telah dimulai sejak tahun 2011, melalui kegiatan pelayanan kas keliling di daerah 3T di seluruh wilayah NKRI.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu penyediaan uang layak edar di pulau-pulau terluar yang sulit terjangkau dengan transportasi umum.
Selain kegiatan tersebut, juga dilakukan kegiatan lainnya meliputi sosialisasi atau edukasi Cinta, Bangga dan Paham Rupiah, Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Penyaluran PSBI dan sembako di wilayah/pulau tujuan.
Sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2022, Bank Indonesia dan TNI Angkatan Laut telah melaksanakan 92 kali kegiatan Kas Keliling 3T dengan 480 pulau 3T dikunjungi.
Pada tahun 2023 Ekspedisi Rupiah Berdaulat ke Pulau 3T akan dilaksanakan sebanyak 17 kali di 17 Provinsi dengan target 85 pulau yang dikunjungi.
Sementara itu, Komandan Lantamal XIII Tarakan Laksamana Pertama TNI Deni Herman berharap kegiatan ini dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat yang berada di wilayah 3T dengan mendapatkan uang layak edar.
Melihat kondisi geografis negara Indonesia, tentunya luas wilayah dan sebaran pulau kecil menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa.
“Hal ini tidak bisa dilakukan sendiri tanpa adanya persatuan dan kesatuan antar semua elemen bangsa. TNI AL sebagai garda terdepan dalam menjaga dan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Deni.
Dia menambahkan bahwa disinilah titik temu kerja sama yang dibangun antara dua elemen bangsa yaitu Bank Indonesia dan TNI AL sama-sama menjaga kedaulatan serta kesamaan kepentingan dalam mendukung pembangunan nasional.
Baca juga: QRIS di Kaltara Mencapai 37.000 Pengguna
Baca juga: Satu orang tewas korban kapal barang tenggelam di perairan Bunyu