Tarakan (ANTARA) - Rumah Bibit berukuran 5X4 meter yang ditutup jaring di kawasan Kampung Empat, Tarakan terlihat Edi (54) sedang mengaduk belatung atau larva bercampur kasgot dalam dua wadah plastik berukuran sekitar 30X40 centimeter berwarna hijau.
Jadi dia dan keluarga dapat menikmati hasil dari bertanam. Jika ada kelebihan, biasanya dia menjual ke warga sekitar rumahnya. Selain dibuat pupuk, kasgot oleh Edi digunakan untuk campuran pakan ternak ayam kampung peliharaanya yang berada dalam Rumah Bibit “Green Melon”.
Walaupun budi daya maggot yang dilakukannya secara sederhana, namun hasilnya luar biasa. Dimana dari sisi ketahanan pangan mandiri dan pemenuhan gizi keluarga, bahan – bahan makan sudah tidak perlu membeli lagi.
Hal ini disebabkan warga Tarakan lebih banyak budidaya ayam daripada budidaya ikan
Rumah Bibit "Green Melon" tempat budi daya maggot yang digunakan untuk pupuk tanaman dan pakan ternak yang mendapat stimulan dari Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan. (ANTARA/Susylo Asmalyah)
Maggot yang sudah berusia 45 hari itu bergerak-gerak dan membuat jijik bagi yang tidak biasa melihatnya. Maggot yang bercampur kasgot (bekas maggot) merupakan larva lalat dari jenis Black Soldier Fly (BSF) yang telah dibudidayakan untuk mengurai sampah organik. Kasgot merupakan pupuk organik yang terbuat dari sisa-sisa media budi daya larva.
“Kami bermitra dengan Pertamina Patra Niaga untuk mendapatkannya dan diminta mengembangkannya di daerah kami. Tujuannya untuk mengurangi aliran limbah rumah tangga ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir),” kata Edi saat di temui di Rumah Bibit “Green Melon” di Kampung Empat, Tarakan, Senin (27/10).
Kasgot hasil budidaya maggot tersebut saat ini, oleh Edi digunakan untuk pupuk tanaman di Rumah Bibit “Green Melon”. Terlihat ada tanaman cabai yang sudah berbuah lumayan lebat serta beberapa jenis sayuran seperti terong, pakcoy, selada, daun bawang dan sawi serta tanaman holtikultura lainnya.
Sebelum dijadikan pupuk, maggot dan kasgot dipisahkan dengan cara disaring dengan menggunakan ayakan. Untuk memisahkan antara kasgot dan maggot serta sampah organik yang tidak diurai oleh maggot. Kemudian dilakukan fermentasi selama 14 hari dulu, karena kasgot tidak bisa langsung diserap tanaman sebagai pupuk.
“Kasgot ini untuk pupuk karena banyak mengandung Nitrogen dan tinggal menambah Fosfor dan Kalium. Kemudian ditambah kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi dan rumput – rumput,” kata Edi sambil mengayak campuran kasgot dan maggot.
Dia dalam mencari kotoran ayam tidak perlu repot – repot, karena di dalam Rumah Bibit “Green Melon” juga memelihara beberapa ekor ayam kampung yang ditaruh dalam kandang kecil – kecil, sehingga tidak merusak tanaman yang ada dalam Rumah Bibit.
Edi menekuni pertanian dengan melakukan budi daya maggot sejak 2022, disela- sela waktunya yang berprofesi sebagai tukang cukur rambut di sekitar tempat tinggalnya di Kampung Empat.
Hasil dari tanaman sayur dan holtikultura jika panen, digunakan Edi untuk membantu ketahanan pangan mandiri untuk keluarga.
Adanya budi daya maggot di Kelurahan Kampung Empat, Ketua Antara Lestari Kampung Empat, Sugeng mengatakan dapat menyelesaikan masalah limbah rumah tangga. Antara Lestari adalah salah satu lembaga masyarakat yang bergerak terkait dengan menyelesaikan masalah lingkungan.
Lembaga ini sudah bekerjasama dengan PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan sejak 2022, saat ini progres yang sedanga berjalan adalah Ketahanan Pangan Berbasis Pekarangan. Salah satunya dengan menggunakan kasgot sebagai pupuknya.
“Jadi memang di Kelurahan Kampung Empat ini ada 13 RT yang baru kita intervensi sekitar 6 RT dan tahun ini akan ditambah 2 RT. Jadi ekspansi program kita adalah ibu – ibu di Kelompok Wanita Tani (KWT),” kata Sugeng.
Kerjasama dengan Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan terkait program Ketahanan Pangan Mandiri Berbasis Pekarangan. Kelurahan Kampung Empat sebenarnya bukan wilayah pertanian, namun terlihat rumah warga banyak memiliki pekarangan yang cukup luas untuk ditanami tanaman holtikultura.
Pekarangan milik warga dapat dimanfaatkan untuk ketahanan pangan. Diantaranya dengan mengembangkan pertanian, perikanan dan pengelolaan limbah rumah tangga yang integrasinya ke perikanan dan pertanian.
Kemudian warga Kampung Empat ada membentuk Kelompok Budi Daya Ikan (Pokdaka) dinamakan “Raja Ikan”, dimana Antara Lestari juga mendapat dukungan dari Pertamina Patra Niaga dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (UBT).
Hal tersebut terkait program pemijahan ikan di air tawar yang dilakukan Pokdaka “Raja Ikan” untuk budi daya ikan air tawar. Pada pemijahan ikan air tawar Antara Lestari dan Pertamina melibatkan Karang Taruna dan ibu – ibu dari KWT
“Harapan kita, Kampung Empat kedepannya lebih kepada daerah ketahanan pangan berbasis pekarangan, dimana kita bisa mandiri bibit ikan maupun mandiri pupuk,” kata Sugeng. Pupuk yang diproduksi menggunakan limbah-limbah, termasuk limbah dari rumah tangga dengan budi daya maggot. Serta berafiliasi dengan peternak kambing mandiri yang ada di Kampung Empat. Antara Lestari untuk mencapai tujuannya sudah terintegrasi di sektor perikanan, pertanian dan peternakan.
Stimulan dari Pertamina Patra Niaga
Guna mendukung sektor perikanan, pertanian dan peternakan didukung dengan pengelolaan limbah yang arahnya ke budidaya maggot, dimana hasil dari maggot berupa kasgot digunakan untuk pakan ikan dan ayam.
Serta terintegrasi dengan Demonstration Plot (Demplot) yang ada di Kampung Empat yakni Demplot melon, hidroponik, jagung dan holtikultura dan menggunakan kasgot hasil stimulan dari Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.
Sugeng mengatakan adanya program stimulan tersebut sudah memberikan hasil terutama pertanian, seperti panen melon mencapai 1 ton untuk satu Demplot, demikian juga semangka dan jagung. Bahkan pada saat harga cabai pernah mencapai Rp200 ribu per kilogram, Demplot dari stimulan Pertamina mampu menjual sampai 100 kilogram cabai.
“Artinya memang ketika masyarakat diberi stimulan untuk keberlanjutan di masyarakat sudah bisa mandiri tapi tetap masih didampingi oleh teman-teman pertanian. Jadi artinya ada hal-hal yang perlu didukung Pertamina terkait dengan program berkelanjutan,” katanya.
Menurut Development Officer Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan Muhammad Fauzan Ridwan mengatakan bahwa pihaknya memiliki program Kampung Lestari yakni Lingkungan Sejahtera, Tangguh Mandiri yang secara tidak langsung sejalan dengan program Antara Lestari.
“Program Kampung Lestari sebenarnya punya beberapa sub seperti pertanian, perikanan dan pengolahan limbah pertanian. Untuk pertanian modern ada hidroponik dan pertanian konvensional ada holtikultura,” kata Fauzan.
Sedangkan untuk perikanannya, program Kampung Lestari berintegrasi dengan budidaya maggot lebih ke arah pemanfaatan dari maggot basah. Ada tiga hasil dari budi daya maggot yakni maggot basah, maggot kering dan kasgot.
Fauzan sudah merencanakan tahun depan untuk mengintegrasikan budidaya maggot di Kampung Empat dengan budidaya maggot wilayah Gunung Selatan, Kecamatan Tarakan Tengah terkait dengan produksi pakan mandiri berupa tepung protein. Sedangkan maggot basah dapat menjadi pakan ikan lele, kemudian kasgotnya dijadikan pupuk.
“Pertamina itu, sebenarnya programnya harus terintegrasi kalau bisa. Jadi ibaratnya circular ekonominya tetap berputar dan berkelanjutan atau sustainability. Jadi jangan sampai satu program dengan program lain itu tidak ada koneksinya. Jadi tetap harus ada koneksinya dengan yang real gitu, bukan di ada-adakan,” katanya.
Budi daya maggot di Gunung Selatan menggunakan limbah dari pabrik udang PT Sumber Kalimantan Abadi (SKA), kadang masih ketergantungan dengan hasil tambak. Sedangkan tambak tidak setiap hari panen. Kampung Empat budidaya maggot dengan memanfaatkan limbah rumah tangga untuk memutuskan aliran ke TPA.
Produksi Pakan Mandiri
Produksi pakan mandiri yang dilakukan program Kampung Lestari dengan konsep waste management yakni pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, mendaur ulang dari material sampah. Jadi banyak hal terkait limbah yang kita manfaatkan kembali untuk membuat produk yang memiliki nilai tambah.
“Jadi itu lebih ke arah produksi pakan, yang tahun lalu kita hanya berfokus ke pakan ikan. Tahun ini kita mau coba ekspansi ke pakan ayam dan pakan babi. Karena ternyata setelah kita coba tanya ke kelompok tani-kelompok tani sekitar. ternyata pasarnya untuk pakan ayam lebih tinggi daripada pasarnya pakan ikan,” kata Fauzan.
Kemudian untuk tepung protein, produk turunannya itu juga bisa jadi pakan babi. Bahkan produk turunan dari tepung protein sudah produksi dan sudah di order duluan sama peternak babi yang pesan 20 kilogram untuk pakan ternak.
Jadi itu nanti yang usaha-usaha buat pakan babi, ayam dan ikan tergantung bagaimana rasio dan kesiapan budidaya maggot. Dari tiga jenis pakan tersebut sudah ada pangsa pasarnya di Tarakan.
Pertamina melalui program Kampung Lestari sudah berkolaborasi dengan warga melalui Antara Lestari, PT. SKA yang membantu pengantaran limbah kepala udang, UBT yang melakukan edukasi dan penelitian di laboratorium kampus dari Pemda dan media merupakan kolaborasi pentahelix.
Baca juga: Pertamina Pastikan Pasokan LPG di Tarakan Aman
Baca juga: Koperasi Merah Putih Sebagai Soko Guru Energi Berkeadilan