Tanjung Selor (Antara News Kaltara) - Gubernur Kaltara, Dr H Irianto Lambrie menginginkan provinsi termuda di Indonesia ini menjadi provinsi energi berbasis konservasi. Pasalnya, Kaltara memiliki 1,3 juta hektar hutan konservasi serta 1,6 juta hutan lindung perlu dimanfaatkan secara baik.
“Kalau itu bisa kita manfaatkan dengan baik, ini dapat menjadi warisan yang baik bagi generasi kita yang akan datang,†ujar Irianto saat memberikan sambutan pada acara Heart of Borneo (HoB) Green Ecotourism Workshop di Auditorium Universitas Kaltara, Selasa (2/8).
Untuk mencapai itu, Gubernur mengajak pentingnya inovasi dan kreasi, komunikasi dengan memperluas koneksi serta memanfaatkan teknologi. Upaya tersebut harus bersinergi dengan pengetahuan sumber daya manusia dalam percepatan pembangunan.
“Empat hal tersebut adalah faktor penunjang keberhasilan, salah satunnya dalam mengembangkan pariwisata yang termasuk dalam ekonomi kreatif. Salah satunya mengembangkan potensi wisata,†jelasnya.
Menurut Gubernur, Heart of Borneo menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia sudah menetapkannya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dengan menerbitkan peraturan pemerintah nomor 26 tahun 2008.
“Heart of Borneo merupakan hal wajib yang perlu dilakukan. Karena itu pemerintah harus menyeriusi perkembangannya,†jelas Irianto. Kawasan Heart of Borneo ini menjadi kawasan strategis nasional (KSN) perbatasan, yang disepakati oleh tiga negara.
Berdasarkan data Tata Ruang Nasional, Kawasan Strategis Nasional Heart of Borneo memiliki total luas 16 juta hektare (ha). Sementara Kaltara, memiliki luas 5 juta dari total luas wilayah. Artinya, provinsi ke 34 di Indonesia ini memiliki kontribusi sebesar 22 persen dalam upaya pengembangan Heart of Borneo.
“Kita akan membangun Kaltara dengan memanfaatkan sumber daya alam secara baik dengan tujuan menyejahterakan masyarakat lokal,†sebut Irianto.
Gubernur mengajak untuk dapat lebih memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan energi lainnya untuk dapat menjadi alternatif suplai tenaga listrik bagi Indonesia. Hal itu perlu ditunjang dengan pemanfaatan teknologi yang tepat.
“Dengan begitu, maka saya percaya Indonesia dan juga Kalimantan akan terbebas dari krisis energi,†jelasnya.
Gubernur berpesan agar lokakarya tahun ini dapat membuka pikiran seluruh peserta sehingga dapat bermanfaat dan memberikan hasil yang jauh lebih baik lagi. “Mari jadikan forum ini sebagai forum untuk membangun networking yang baik, mengingat peserta dan pembicara tidak hanya dari Kalimantan tapi juga dari luar Kalimantan dan bahkan dari luar negara kita,†tuntas Irianto.