Tanjung Selor (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie mengingatkan agar warga di provinsi baru itu mewaspadai berita hoax (hoaks), dan ujar kebencian.

Hal itu disampaikan Sabtu terkait indikasi meningkatnya berita hoaks dan ujaran kebencian karena seiring memanasnya suhu politik  menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung Kaltara 2020.

"Bagus saja, makin banyak yang berkeinginan mencalonkan diri, berarti menandakan demokrasi di Kaltara berkembang dengan baik," ujarnya terkait beberapa nama yang muncul diberitakan siap bertarung suksesi di Kaltara.

"Yang penting jangan para balon/calon dan Timsesnya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, seperti menyebar fitnah, hoaks, kebencian, merasa paling bersih dan paling benar," tegasnya.

Mengenai banyak  hoaks dan ujar kebencian di Medsos, ia menyebutkan biasanya yang menentang sesuatu gagasan dan tujuan untuk kebaikan adalah sekelompok orang atau individu yang ketakutan kepentingannya diganggu atau terancam.

"Gunakan kewarasan kita untuk menilai dan merespons sesuatu," ujar Irianto.

Hoaks dan ujaran kebencian menurutnya berbahaya karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat buruk.

Salah satu contoh kasus gara-gara hoaks dan ujar kebencian yang menelan banyak kerugian secara ekonomi, sosial serta Kamtibmas adalah kerusuhan di Papua baru-baru ini.

Baca juga: Penyebaran Hoax dan Narkoba Ancam Keutuhan NKRI
Baca juga: Minta Tangkal Hoax, Gubernur Ajak Masyarakat Jaga Kedamaian Kaltara

Plintir Berita

Masalah hoaks ini sebelumnya dibahas khusus dalam acara rembuk literasi informasi dengan tema "Saring Sebelum Sharing" oleh FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Teroris) dan Kesbangpol Kaltara.

Iskandar Zulkarnaen, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dalam acara itu mengingatkam agar warga Kaltara mewaspadai hoaks.

"Hoaks berbeda dengan fake news (berita palsu). Jika fake news adalah berita rekaan tanpa fakta. Sedangkan berita hoaks adalah berita ada data dan fakta tapi diplintir untuk menyesatkan atau menfitnah," ujarnya.

Mewaspadai berita hoax harus memahami ciri-cirinya, sehingga segera mengantisipasi jika menemukan berita bohong agar tidak meresahkan.

Ciri-ciri berita bohong antara lain mengabaikan kaidah jurnalistik dan kode etik, misalnya berita tidak berimbang, dan sumber tidak jelas.

Ciri lain cenderung menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan dengan menonjolkan fanatisme atas nama rakyat, ideologi dan agama.

Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal.

"Ini yang sering digunakan dengan cara menggunakan nama media terkenal tetapi setelah URL-nya dicek ternyata berbeda dengan aslinya," ujar dia.

Biasanya, jika info disampaikan melalui media sosial minta di-"share" atau diviralkan berita tersebut.

Foto atau video setelah diamati berbeda isi berita karena sudah dipalsukan atau menggunakan file lama atau dari kejadian yang berbeda.

Jadi ada perbedaan antara "fake news" dengan hoax. Fake news murni berita tanpa data dan fakta sedang hoax, berita memiliki fakta tetapi diplintir.

Khusus di Kaltara, kasus hoax yang menyita perhatian tentang berita masuknya militer China ke pedalaman Bulungan pada 2018.

Berita ini sempat viral tetapi setelah ditelusuri ternyata yang disangka militer itu adalah beberapa mahasiswa dari China yang melakukan penelitian kayu gaharu.

Baca juga: Memahami ciri-ciri "hoax"
Baca juga: Irianto Ajak Warga Kaltara Perangi Hoax

 

Pewarta : Redaksi
Editor : Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2024