Tanjung Selor (ANTARA) -
Peserta rembuk (Ist)
Mewaspadai "hoax" di era kemajuan teknologi informasi ini kian penting, mengingat berita palsu banyak dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab guna menimbulkan keresahan masyarakat.
"Mewaspadai berita hoax harus memahami ciri-cirinya, sehingga segera mengantisipasi jika menemukan berita bohong agar tidak meresahkan," kata Iskandar Zulkarnaen, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Utara di Tanjung Selor, Rabu.
Hal itu disampaikan dalam
acara rembuk literasi informasi dengan tema "Saring Sebelum Sharing" oleh FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Teroris) dan Kesbangpol Kaltara.
"Paling tidak jangan ikut menyebarkan hoax tersebut," kata Iskandar yang juga Kepala Biro Kantor Berita Antara Kaltara.
Ciri-ciri berita bohong antara lain mengabaikan kaidah jurnalistik dan kode etik, misalnya berita tidak berimbang, dan sumber tidak jelas.
Ciri lain cenderung menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan dengan menonjolkan fanatisme atas nama rakyat, ideologi dan agama.
Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal.
"Ini yang sering digunakan dengan cara menggunakan nama media terkenal tetapi setelah URL-nya dicek ternyata berbeda dengan aslinya," ujar dia.
Selain itu, keterangan berita menggunakan data yang sangat teknis supaya terlihat ilmiah dan dipercaya.
Biasanya, jika info disampaikan melalui media sosial minta di-"share" atau diviralkan berita tersebut.
Foto atau video setelah diamati berbeda isi berita karena sudah dipalsukan atau menggunakan file lama atau dari kejadian yang berbeda.
Jadi ada perbedaan antara "fake news" dengan hoax. Fake news murni berita tanpa data dan fakta sedang hoax, berita memiliki fakta tetapi diplintir.
"Menguji berita hoax ini maka jadikan beberapa media terkenal sebagai pembanding, serta akrabi google agar tidak tertipu oleh hoax," ujarnya.
Khusus di Kaltara, kasus hoax yang menyita perhatian tentang berita masuknya militer China ke pedalaman Bulungan pada 2018.
Berita ini sempat viral tetapi setelah ditelusuri ternyata yang disangka militer itu adalah beberapa mahasiswa dari China yang melakukan penelitian kayu gaharu.
"Terus terang, berita ini sempat mau kita tulis tetapi setelah mencocokan ciri-ciri berita hoax tadi, kita sadar ini hanya berita bohong," katanya mengenai berita yang sempat "menelan korban" atau ada warga Bulungan jadi tersangka karena ikut menyebarkan di media sosial.
Sebelumnya, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie membuka langsung acara dihadiri puluhan aparatur desa, kelurahan, babinsa, babinkamtibmas dan humas SKPD (satuan kerja perangkat daerah) se-Kalimantan Utara.
Pembicara lain pada acara tersebut, yakni Andi Intan Dulung, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) RI.
Baca juga: Gubernur Ingatkan Antisipasi Berita Hoax
Baca juga: Irianto Ajak Warga Kaltara Perangi Hoax
Mewaspadai "hoax" di era kemajuan teknologi informasi ini kian penting, mengingat berita palsu banyak dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab guna menimbulkan keresahan masyarakat.
"Mewaspadai berita hoax harus memahami ciri-cirinya, sehingga segera mengantisipasi jika menemukan berita bohong agar tidak meresahkan," kata Iskandar Zulkarnaen, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Utara di Tanjung Selor, Rabu.
Hal itu disampaikan dalam
acara rembuk literasi informasi dengan tema "Saring Sebelum Sharing" oleh FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Teroris) dan Kesbangpol Kaltara.
"Paling tidak jangan ikut menyebarkan hoax tersebut," kata Iskandar yang juga Kepala Biro Kantor Berita Antara Kaltara.
Ciri-ciri berita bohong antara lain mengabaikan kaidah jurnalistik dan kode etik, misalnya berita tidak berimbang, dan sumber tidak jelas.
Ciri lain cenderung menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan dengan menonjolkan fanatisme atas nama rakyat, ideologi dan agama.
Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal.
"Ini yang sering digunakan dengan cara menggunakan nama media terkenal tetapi setelah URL-nya dicek ternyata berbeda dengan aslinya," ujar dia.
Selain itu, keterangan berita menggunakan data yang sangat teknis supaya terlihat ilmiah dan dipercaya.
Biasanya, jika info disampaikan melalui media sosial minta di-"share" atau diviralkan berita tersebut.
Foto atau video setelah diamati berbeda isi berita karena sudah dipalsukan atau menggunakan file lama atau dari kejadian yang berbeda.
Jadi ada perbedaan antara "fake news" dengan hoax. Fake news murni berita tanpa data dan fakta sedang hoax, berita memiliki fakta tetapi diplintir.
"Menguji berita hoax ini maka jadikan beberapa media terkenal sebagai pembanding, serta akrabi google agar tidak tertipu oleh hoax," ujarnya.
Khusus di Kaltara, kasus hoax yang menyita perhatian tentang berita masuknya militer China ke pedalaman Bulungan pada 2018.
Berita ini sempat viral tetapi setelah ditelusuri ternyata yang disangka militer itu adalah beberapa mahasiswa dari China yang melakukan penelitian kayu gaharu.
"Terus terang, berita ini sempat mau kita tulis tetapi setelah mencocokan ciri-ciri berita hoax tadi, kita sadar ini hanya berita bohong," katanya mengenai berita yang sempat "menelan korban" atau ada warga Bulungan jadi tersangka karena ikut menyebarkan di media sosial.
Sebelumnya, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie membuka langsung acara dihadiri puluhan aparatur desa, kelurahan, babinsa, babinkamtibmas dan humas SKPD (satuan kerja perangkat daerah) se-Kalimantan Utara.
Pembicara lain pada acara tersebut, yakni Andi Intan Dulung, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) RI.
Baca juga: Gubernur Ingatkan Antisipasi Berita Hoax
Baca juga: Irianto Ajak Warga Kaltara Perangi Hoax