Tanjung Selor (ANTARA) - Konsen pembelajaran dan pola pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mayoritas pada pendidikan vokasi atau keterampilan. Kabinet Jokowi-Maruf Amin bahkan menaruh pendidikan SMK berada di bawah kewenangan Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbud.
Artinya SMK tidak lagi berada di bawah Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hadirnya pola pembinaan vokasi, diversifikasi kurikulum dilakukan. Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie menjelaskan, kurikulum pada pendidikan SMK bersatu menjadi satu kesatuan trans disiplin mata pelajaran produktif, praktik, dan normatif-adaptif.
“Di Kaltara, sebetulnya kita sudah jalan enam bulan. Provinsi pertama yang menjalankan transisi ini adalah kita (Kaltara),” kata Gubernur Dr H Irianto Lambrie, Rabu (22/1).
Karena pola tergolong baru, guru SMK masih beradaptasi. Misal pada pembelajaran Bahasa Inggris, guru tak lagi mengajarkan sentences. Tetapi berbaur dan langsung mengaplikasikannya dalam praktik keterampilan siswa.
“Contohnya siswa teknik mesin ketika belajar Bahasa Inggris, guru langsung praktek Bahasa Inggris di situ. Jadi siswa memahami teknis mesin sekaligus dalam Bahasa Inggris-nya. Atau siswa jadi paham prosedur Bahasa Inggris. Disuruh presentasi dalam Bahasa Inggris, mereka bisa,” tuturnya.
Lebih jauh, Irianto menyebutkan bahwa pola pembinaan baru siswa SMK menjadi bagian penting dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) Kaltara yang kompetitif.
Tujuan akhirnya, lulusan SMK bisa bersaing dalam era industri dan terserap dunia kerja.
Terlebih Kaltara tengah menyongsong era industri baik sektor energi maupun manufaktur yang dibuktikan dengan penyiapan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di beberapa daerah, Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) di Bulungan, dan bentuk investasi di industri lainnya.
Kata Gubernur, di level provinsi, pemprov telah menyatukan pelaku usaha dan industri dalam wadah yang dinamakan Majelis Pendidikan Kejuruan (MPK). MPK menjadi fasilitator SMK di Kaltara dengan dunia usaha dan industri.
“Murid dan guru bisa datang ke lokasi perusahaan atau industri itu melakukan praktek industri dan mencoba alat baru. Sekarang pilot project di SMK 1 Tanjung Palas Utara dengan PT CSL (Citra Sawit Lestari). Mulai kelas 10 atau kelas 1 di SMK 1 Tanjung Palas Utara bisa ke lokasi PT CSL,” tuturnya.
“Mereka akhirnya punya peluang kerja ketika lulus. Mereka juga bisa direkrut secara langsung. Semua SMK di Kaltara sudah berjalan program ini. Kami sedang persiapkan jajaran pengurus MPK-nya. Tetapi Ketuanya sudah ada yaitu GM PT CSL, Wakilnya Pak Iwan dari PT PKN, dan Bendaharanya PT KMS,” tutup Gubernur.
Baca juga: Siapkan Tenaga Kerja Terampil, SMK Didorong Menjadi LSP