Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian menyatakan bahwa komoditas bawang merah yang kini harganya masih terpantau tinggi, akan segera memasuki panen raya, khususnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang menjadi sentra penghasil bawang merah.
Ada pun berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) di Jakarta, Senin, harga rata-rata bawang merah nasional hingga Senin (4/5) ini sudah mencapai Rp48.400 per kg. Harga bawang merah termahal terjadi di Provinsi Papua, yakni tembus Rp76.500 per kg.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Yulia Hendrawati mengakui pasokan bawang merah ke Jakarta memang relatif berkurang sehingga mengakibatkan tingginya harga. Namun, panen raya akan terjadi pada bulan Mei ini.
"Setidaknya ada 1.600 hektare yang siap dipanen bulan Mei ini. Kalau untuk pasokan menjelang Lebaran aman, bahkan sampai setelah Lebaran nanti karena panen masih terus berlangsung," kata Yulia di Jakarta.
Yulia menjelaskan panen raya di Brebes menjadi mundur karena awal musim hujan yang baru dimulai pada Desember lalu. Petani pun baru melakukan tanam raya pada Maret lalu.
Menurut dia, petani akan menanam bawang merah setelah tanam padi atau usai musim hujan. Hal itu karena jika penanaman bawang merah dilakukan saat musim hujan, biaya produksi akan lebih mahal dan ancaman serangan penyakit, serta potensi kebanjiran lebih rentan.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Maju Jaya Desa Pasir, Kabupaten Demak, Abdul Rosyid, mengatakan sebagian besar pertanaman di wilayahnya akan mulai panen pada pekan kedua bulan Mei.
"Umur tanaman di sini rata-rata 30-40 hari, jadi ya kemungkinan mulai panen raya nanti minggu ke-2 bulan Mei," kata Rosyid.
Mengutip data Early Warning System (EWS) dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian, menunjukkan panen bawang merah pada bulan Mei di 18 sentra utama diperkirakan seluas 8.958 hektare, dengan produksi mencapai lebih dari 67.000 ton.
Sementara kebutuhan wilayah Jabodetabek pada bulan Mei ditaksir sebanyak 14.549 ton. Dari angka tersebut, produksi bawang merah diyakini mencukupi.
Saat ini Kementerian Pertanian terus melakukan pemantauan intensif terhadap pasokan 11 bahan pangan pokok, salah satunya bawang merah. Di beberapa tempat dijumpai kenaikan harga, akibat panen raya yang mundur.
Namun demikian, Direktur Jendral Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto yakin pasokan dan harga bawang merah secara nasional, berangsur normal seiring panen raya di beberapa sentra dalam waktu dekat.
"Memang terjadi pergeseran musim tanam akibat anomali iklim. Akibatnya jadwal panen raya juga sedikit bergeser," kata Prihasto.
Bahkan pihaknya akan membantu bila diperlukan subsidi ongkos kirim, dan operasi pasar bila terjadi harga tidak wajar di pasaran.
Baca juga: Balitbangtan rekomendasikan pengendalian hama terpadu bawang merah
Baca juga: Produksi surplus, Kementan jamin bawang merah cukup hingga Lebaran
Ada pun berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) di Jakarta, Senin, harga rata-rata bawang merah nasional hingga Senin (4/5) ini sudah mencapai Rp48.400 per kg. Harga bawang merah termahal terjadi di Provinsi Papua, yakni tembus Rp76.500 per kg.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Yulia Hendrawati mengakui pasokan bawang merah ke Jakarta memang relatif berkurang sehingga mengakibatkan tingginya harga. Namun, panen raya akan terjadi pada bulan Mei ini.
"Setidaknya ada 1.600 hektare yang siap dipanen bulan Mei ini. Kalau untuk pasokan menjelang Lebaran aman, bahkan sampai setelah Lebaran nanti karena panen masih terus berlangsung," kata Yulia di Jakarta.
Yulia menjelaskan panen raya di Brebes menjadi mundur karena awal musim hujan yang baru dimulai pada Desember lalu. Petani pun baru melakukan tanam raya pada Maret lalu.
Menurut dia, petani akan menanam bawang merah setelah tanam padi atau usai musim hujan. Hal itu karena jika penanaman bawang merah dilakukan saat musim hujan, biaya produksi akan lebih mahal dan ancaman serangan penyakit, serta potensi kebanjiran lebih rentan.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Maju Jaya Desa Pasir, Kabupaten Demak, Abdul Rosyid, mengatakan sebagian besar pertanaman di wilayahnya akan mulai panen pada pekan kedua bulan Mei.
"Umur tanaman di sini rata-rata 30-40 hari, jadi ya kemungkinan mulai panen raya nanti minggu ke-2 bulan Mei," kata Rosyid.
Mengutip data Early Warning System (EWS) dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian, menunjukkan panen bawang merah pada bulan Mei di 18 sentra utama diperkirakan seluas 8.958 hektare, dengan produksi mencapai lebih dari 67.000 ton.
Sementara kebutuhan wilayah Jabodetabek pada bulan Mei ditaksir sebanyak 14.549 ton. Dari angka tersebut, produksi bawang merah diyakini mencukupi.
Saat ini Kementerian Pertanian terus melakukan pemantauan intensif terhadap pasokan 11 bahan pangan pokok, salah satunya bawang merah. Di beberapa tempat dijumpai kenaikan harga, akibat panen raya yang mundur.
Namun demikian, Direktur Jendral Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto yakin pasokan dan harga bawang merah secara nasional, berangsur normal seiring panen raya di beberapa sentra dalam waktu dekat.
"Memang terjadi pergeseran musim tanam akibat anomali iklim. Akibatnya jadwal panen raya juga sedikit bergeser," kata Prihasto.
Bahkan pihaknya akan membantu bila diperlukan subsidi ongkos kirim, dan operasi pasar bila terjadi harga tidak wajar di pasaran.
Baca juga: Balitbangtan rekomendasikan pengendalian hama terpadu bawang merah
Baca juga: Produksi surplus, Kementan jamin bawang merah cukup hingga Lebaran
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya