Tanjung Selor (ANTARA) - Pandemi COVID-19 bukan semata-mata masalah kesehatan namun berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk bidang ekonomi.
Lihatlah, empat negara besar ini, yakni Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura
mengumumkan resesi.
Pandemi COVID-19 menjadi faktor utama penyebab kinerja ekonomi kuartal II pada 2020 terus menyusut.
Sama dengan negara lain, Indonesia tidak luput dari dampak pandemi ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I pada 2020 hanya 2,97 persen.
Padahal target kuartal I pada 2020 diharapkan pada kisaran 4,5-4,6 persen.
Masih data BPS, angka pertumbuhan perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II 2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa PDB Indonesia pada periode April-Juni 2020 kontraksi -5,32 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Sedangkan Kaltara meskipun juga kontraksi kuartal II pada 2020 namun tidak sedalam nasional, yakni hanya - 3,35 Persen (YoY).
Sementara untuk kuartal I pada 2020,
perekonomian provinsi termuda itu masih tetap tumbuh, meski mengalami perlambatan ketimbang periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Kaltara kuartal I pada 2020 tercatat 5,01 persen (YoY) tumbuh melambat ketimbang triwulan sebelumnya 6,04 persen (Yoy).
Pertumbuhan ekonomi provinsi seluas sekitar 75.000 m2 dengan penduduk hanya 700.000 jiwa masih terus berada di atas nasional yang tercatat 2,93 persen (YoY).
Secara spasial, BPS mencatat Kaltara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi kedua se-Kalimantan yang tumbuh 5,01 persen (YoY) sedikit di bawah Kalimantan Selatan 5,68 Persen (YoY).
Salah satu yang menahan pertumbuhan ekonomi Kaltara, yakni dari lapangan usaha perdagangan, seiring dengan tertahannya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia, termasuk provinsi itu.
Baca juga: Redam Kontraksi Ekonomi, Maksimalkan Belanja Pemerintah
Net ekspor antardaerah juga mengalami perlambatan yang disebabkan oleh sempat terganggunya distribusi komoditas dari-menuju Kaltara akibat regulasi pemerintah membatasi perpindahan masyarakat selama pandemi COVID-19.
Di sisi lain, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan masih mampu tumbuh kuat pada kuartal I 2020.
Kuatnya kinerja pertanian ditopang oleh masih baiknya produksi pertanian dan perikanan di Kaltara sejak bulan Januari hingga Maret 2020.
Bersyukur
Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengaku bersyukur karena berdasarkan data BPS meski perekonomian terkontraksi selama pandemi, namun beberapa sektor masih tumbuh positif.
Hal itu menanggapi upaya Pemprov Kaltara dalam menghadapi ancaman resesi akibat pandemi di provinsi ke-34 itu.
"Insha Allah, saya optimistis Kaltara akan mampu melewati masa pandemi covid-19 ini, dalam kondisi perekonomian yang tetap baik," ujarnya.
Pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,89 persen.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Kaltara melebihi nasional
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada komponen impor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 7,45 persen.
Itu artinya, meski mengalami kontraksi, perekonomian Kaltara masih tetap tumbuh positif pada beberapa sektor.
"Bahkan, masih terhitung jauh dari resesi. Kita bersyukur, tak seperti di daerah lain, pandemi ini tidak berpengaruh besar kepada pertumbuhan perekonomian di Kaltara," katanya.
Ini terbukti dengan masih baiknya tingkat konsumsi masyarakat, perdagangan lokal juga berjalan baik.
Terkait ekspor-impor, atau perdagangan lintas batas, pada awal merebak COVID-19 sempat terkendala.
"Untuk itu, berbagai upaya kita dilakukan guna memastikan pergerakan perekonomian dan tingkat konsumsi masyarakat tetap baik," katanya.
Upaya buka perbatasan
Salah satu faktor memperlambat pertumbuhan ekonomi adalah ditutupnya pintu perdagangan di Sabah dan Serawak akibat pandemi.
Menyadari hal itu, upaya keras Pemprov Kaltara yang berkoordinasi dengan pusat dan Sabah berhasil membuka kembali perdagangan sejak Mei 2020.
"Tinggal upaya membuka perdagangan antara warga perbatasan di Krayan, Nunukan dengan Serawak. Alhamdulilah sudah ada komunikasi serta ditanggapi positif, oleh Ketua Menteri Serawak," kata Irianto.
Gubernur Kaltara telah melayangkan surat Nomor; 510/1161/DPPK-UKM/GUB tanggal 17 Juli 2020, perihal permohonan membuka jalur masuk perbatasan Krayan Indonesia-Serawak, Malaysia.
Baca juga: Semua Lapangan Usaha Tumbuh Positif
Irianto mengaku telah berkomunikasi via telpon dengan Ketua Menteri Serawak Datuk Patinggi Abang Johari Tun Openg.
Pada prinsipnya Serawak siap mengakomodir surat gubernur itu.
Intinya mereka meminta daftar barang yang dibutuhkan.
Pemprov dan Pemkab Nunukan masih menyusun daftar kebutuhan dan volumenya.
Ada tiga kebutuhan prioritas, yakni barang pokok sehari-hari, bahan bakar minyak (BBM), dan bahan bangunan.
Diharapkan dengan segera dibuka perdagangan antara wilayah Serawak dengan Kecamatan Krayan, Nunukan maka bisa mengatasi krisis kebutuhan pokok warga perbatasan.
Wilayah perbatasan itu hanya efektif dijangkau dari kota utama di Kaltara melalui transportasi udara.
Kondisi itu menyebabkan butuh biaya tinggi jika membawa kebutuhan pokok dari dalam negeri ke perbatasan ketimbang membeli dari daerah Serawak.
Upaya membuka pintu perbatasan itu agaknya selain bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi Kaltara, paling tidak bisa menghambat kontraksi agar jangan jatuh terlalu dalam.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kaltara Terus Diatas Nasional
Lihatlah, empat negara besar ini, yakni Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura
mengumumkan resesi.
Pandemi COVID-19 menjadi faktor utama penyebab kinerja ekonomi kuartal II pada 2020 terus menyusut.
Sama dengan negara lain, Indonesia tidak luput dari dampak pandemi ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I pada 2020 hanya 2,97 persen.
Padahal target kuartal I pada 2020 diharapkan pada kisaran 4,5-4,6 persen.
Masih data BPS, angka pertumbuhan perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II 2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa PDB Indonesia pada periode April-Juni 2020 kontraksi -5,32 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Sedangkan Kaltara meskipun juga kontraksi kuartal II pada 2020 namun tidak sedalam nasional, yakni hanya - 3,35 Persen (YoY).
Sementara untuk kuartal I pada 2020,
perekonomian provinsi termuda itu masih tetap tumbuh, meski mengalami perlambatan ketimbang periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Kaltara kuartal I pada 2020 tercatat 5,01 persen (YoY) tumbuh melambat ketimbang triwulan sebelumnya 6,04 persen (Yoy).
Pertumbuhan ekonomi provinsi seluas sekitar 75.000 m2 dengan penduduk hanya 700.000 jiwa masih terus berada di atas nasional yang tercatat 2,93 persen (YoY).
Secara spasial, BPS mencatat Kaltara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi kedua se-Kalimantan yang tumbuh 5,01 persen (YoY) sedikit di bawah Kalimantan Selatan 5,68 Persen (YoY).
Salah satu yang menahan pertumbuhan ekonomi Kaltara, yakni dari lapangan usaha perdagangan, seiring dengan tertahannya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia, termasuk provinsi itu.
Baca juga: Redam Kontraksi Ekonomi, Maksimalkan Belanja Pemerintah
Net ekspor antardaerah juga mengalami perlambatan yang disebabkan oleh sempat terganggunya distribusi komoditas dari-menuju Kaltara akibat regulasi pemerintah membatasi perpindahan masyarakat selama pandemi COVID-19.
Di sisi lain, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan masih mampu tumbuh kuat pada kuartal I 2020.
Kuatnya kinerja pertanian ditopang oleh masih baiknya produksi pertanian dan perikanan di Kaltara sejak bulan Januari hingga Maret 2020.
Bersyukur
Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengaku bersyukur karena berdasarkan data BPS meski perekonomian terkontraksi selama pandemi, namun beberapa sektor masih tumbuh positif.
Hal itu menanggapi upaya Pemprov Kaltara dalam menghadapi ancaman resesi akibat pandemi di provinsi ke-34 itu.
"Insha Allah, saya optimistis Kaltara akan mampu melewati masa pandemi covid-19 ini, dalam kondisi perekonomian yang tetap baik," ujarnya.
Pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,89 persen.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Kaltara melebihi nasional
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada komponen impor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 7,45 persen.
Itu artinya, meski mengalami kontraksi, perekonomian Kaltara masih tetap tumbuh positif pada beberapa sektor.
"Bahkan, masih terhitung jauh dari resesi. Kita bersyukur, tak seperti di daerah lain, pandemi ini tidak berpengaruh besar kepada pertumbuhan perekonomian di Kaltara," katanya.
Ini terbukti dengan masih baiknya tingkat konsumsi masyarakat, perdagangan lokal juga berjalan baik.
Terkait ekspor-impor, atau perdagangan lintas batas, pada awal merebak COVID-19 sempat terkendala.
"Untuk itu, berbagai upaya kita dilakukan guna memastikan pergerakan perekonomian dan tingkat konsumsi masyarakat tetap baik," katanya.
Upaya buka perbatasan
Salah satu faktor memperlambat pertumbuhan ekonomi adalah ditutupnya pintu perdagangan di Sabah dan Serawak akibat pandemi.
Menyadari hal itu, upaya keras Pemprov Kaltara yang berkoordinasi dengan pusat dan Sabah berhasil membuka kembali perdagangan sejak Mei 2020.
"Tinggal upaya membuka perdagangan antara warga perbatasan di Krayan, Nunukan dengan Serawak. Alhamdulilah sudah ada komunikasi serta ditanggapi positif, oleh Ketua Menteri Serawak," kata Irianto.
Gubernur Kaltara telah melayangkan surat Nomor; 510/1161/DPPK-UKM/GUB tanggal 17 Juli 2020, perihal permohonan membuka jalur masuk perbatasan Krayan Indonesia-Serawak, Malaysia.
Baca juga: Semua Lapangan Usaha Tumbuh Positif
Irianto mengaku telah berkomunikasi via telpon dengan Ketua Menteri Serawak Datuk Patinggi Abang Johari Tun Openg.
Pada prinsipnya Serawak siap mengakomodir surat gubernur itu.
Intinya mereka meminta daftar barang yang dibutuhkan.
Pemprov dan Pemkab Nunukan masih menyusun daftar kebutuhan dan volumenya.
Ada tiga kebutuhan prioritas, yakni barang pokok sehari-hari, bahan bakar minyak (BBM), dan bahan bangunan.
Diharapkan dengan segera dibuka perdagangan antara wilayah Serawak dengan Kecamatan Krayan, Nunukan maka bisa mengatasi krisis kebutuhan pokok warga perbatasan.
Wilayah perbatasan itu hanya efektif dijangkau dari kota utama di Kaltara melalui transportasi udara.
Kondisi itu menyebabkan butuh biaya tinggi jika membawa kebutuhan pokok dari dalam negeri ke perbatasan ketimbang membeli dari daerah Serawak.
Upaya membuka pintu perbatasan itu agaknya selain bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi Kaltara, paling tidak bisa menghambat kontraksi agar jangan jatuh terlalu dalam.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kaltara Terus Diatas Nasional