Tarakan (ANTARA) - Naik turun gerakan pompa angguk (sucker rod pump) yang berada di pinggir jalan Sei Kapuas Kampung Enam, Tarakan menjadi daya tarik untuk mereka yang baru pertama kali ke Kota “Minyak” Tarakan. Pompa angguk tersebut merupakan salah satu peninggalan sejarah dari kejayaan minyak dan gas (migas) di Tarakan oleh Bataavishe Petroleum Maatchapij (BPN) perusahaan minyak milik Pemerintah Belanda tahun 1896.

Bukan hanya pompa angguk beberapa peninggalan sejarah yang menjadi bagian dari sejarah industri migas di Indonesia berada di Tarakan.  Dari jenis pompa angguk inilah perkembangan teknologi eksplorasi migas di seluruh dunia berkembang untuk produksi energi dari fosil.

Tarakan saat ini merupakan wilayah kerja Pertamina EP Asset 5 anak perusahaan PT Pertamina (Persero), salah satu KKKS dibawah pengawasan SKK Migas. Tarakan Field mengusahakan kebutuhan energi negeri dari wilayah Kalimantan Utara yang meliputi Lapangan Sembakung, Lapangan Mangatal, Lapangan Sesanip, Lapangan Pamusian dan Lapangan Juata. Kondisi geografis wilayah tersebut adalah perairan seperti muara-muara sungai di delta Mahakam. 

“Data produksi Tarakan Field berdasarkan Sistem Operasi Terpadu (SOT) SKK Migas akhir Juni 2020 year to date, menunjukkan angka produksi minyak mentah Tarakan Field mencapai 2.055 BPOD,” kata Manajer PT. Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field, Agung Wibowo di Tarakan, Sabtu.

Sedangkan angka produksi gas bumi berkisar pada 2,15 MMSCFD. Angka produksi minyak mentah Tarakan Field menyumbang angka produksi Pertamina EP Asset 5 sebesar 11,06 persen sedangkan gas bumi sebesar 12,18 persen.

Data produksi Sistem Operasi Terpadu (SOT) SKK Migas akhir Juni 2020 year to date, menunjukkan angka produksi minyak mentah Pertamina EP Asset 5 mencapai 18.582 BOPD dari target 18.383 bopd, atau realisasi sebesar 101, 08 persen. Sedangkan angka produksi gas bumi berkisar pada 17.62 MMSCFD dari target 14.61 MMSCFD atau realisasi sebesar 120,51 persen.

“Kondisi saat ini memang tidak memungkinkan untuk bekerja secara normal seperti dahulu on-off 7-14 hari, dimana saat ini waktu on-off 30-30 hari, sehingga protokol COVID-19 yang harus kita taati,” kata Agung.

Hal senada disampaikan Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto pada konferensi pers secara virtual pada hari Jumat (17/7) yang melaporkan kinerja kegiatan hulu migas sepanjang semester I 2020 masih dibawah target.  Produksi minyak tercatat sebesar 720,2 ribu barel minyak perhari (BPOD) dan gas 6.830 juta standar kaki kubik perhari  (MMSCFD).

Untuk realisasi lifting (produksi siap jual) minyak sebesar 713,3 ribu BPOD atau 94,5 persen dari target 755 ribu BPOD. Lifting gas sebesar 5.605 MMSCFD atau 84 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 6.670 MMSCFD.  Saat itu, Dwi mengatakan lifting minyak masih dapat diupayakan mendekati target APBN. 

“Penyebabnya adalah pandemi COVID-19 yang juga menyebabkan penurunan kegiatan industri dan kelistrikan pada akhirnya menyebabkan penurunan penyerapan gas oleh end user,” kata Dwi.  Ditambahkannya bahwa dampak COVID-19 sangat nyata, namun SKK Migas bekerjasama dengan KKKS membuat terobosan – terobosan untuk mendukung pencapaian target produksi  minyak 1 juta BPOD dan 12.000 MMSCFD gas pada tahun 2030.  Dengan tetap memprioritaskan kegiatan – kegiatan untuk menemukan cadangan migas baru.

Namun pada kuartal III 2020 laporan SKK Migas, realisasi lifting Indonesia mengembirakan dengan pencapaian 100,2 persen atau 706,2 ribu BPOD dari target APBN Perubahan sebesar 705 BOPD.  Di tengah pandemi COVID-19 yang menekan harga minyak dunia dan kegiatan operasional lapangan.

Untuk melakukan eksplorasi di industri memerlukan modal besar, teknologi tinggi dan risiko tingkat kegagalan yang tinggi.  Berdasarkan sejarahnya Indonesia tahun 1970-an dapat menghasilkan satu juta barel BPOD dan menjadi anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), kemudian mengalami penurunan.  Kemudian pada 2006 menjadi tahun terakhir dengan angka produksi satu juta BPOD.

Target satu juta BPOD dan 12.000 MMSCFD gas untuk memaksimalkan potensi pendapatan industri yang dapat mencapai 470 miliar dolar Amerika.  Guna mencapai target tersebut membutukan keterlibatan semua pemangku kepentingan (stakeholder) di industri migas nasional untuk mendukung pelaksanaan transformasi.

Kemudian target tersebut kemudian diikuti dengan lahirnya Rencana Strategi (Renstra) Indonesia Oil and Gas 4.0 atau Renstra IOG 4.0.  Transformasi Renstra IOG 4.0 mencakup kegiatan usaha hulu migas secara keseluruhan.  Namun SKK Migas sebagai manajemen operasional atau pengelola kegiatan usaha hulu migas yang menjadi pengerak.

Ada delapan program Quick Wins Transformasi IOG 4.0 yakni kebijakan satu pintu, basis biaya yang kompertitif dan berkelanjutan (I-Cost), strategi investasi dalam negeri dan model bisnis inovatif, program peningkatan pemasok nasional, implementasi digital dan formulasi strategi data, operasi center of excellence dan smart organization, manajemen operasi strategis  dan representative key account.

“Kebijakan energi berkeadilan tetap menjadi perhatian untuk keadilan masyarakat Indonesia.  Untuk mencapai visi ketahanan energi, pemerintah memiliki cara agar investasi pada sektor ini tetap mengairahkan,” seperti dikutip dari Buku Laporan Tahunan 2020, Peringatan Setahun Jokowi – Ma’ruf : Bangkit Untuk Indonesia Maju di Jakarta, Selasa (20/10).

Tingkat risiko investasi migas yang tinggi menjadi tantangan tersendiri di tengah pola perubahan konsumsi energi yang lebih mengedepankan energi bersih.  Apalagi pemerintah punya visi dalam mewujudkan kemandirian energi.  Saat ini, Indonesia memiliki 128 cekungan, masih ada sebanyak 68 cekungan yang belum dieksplorasi untuk mengurangi ketergantungan impor. Selain itu, optimalisasi kilang guna mengatasi keterbatasan migas. 

Kementerian ESDM menargetkan proyek pengembangan kilang atau Refinery Development Masterplan Programe (RDMP) Dumai, Balikpapan, Balongan dan Cilacap.  Untuk kilang baru atau Grass Rott Refenery (GRR) di Bontang dan Tuban yang rampung pada tahun 2027.

Pemerintah akan melakukan penyelarasan kebijakan agar iklim investasi migas dapat menarik investor.   Diantaranya melalui kebebasan memilih skema kontrak kerja sama (Production Sharing Contract/PSC), dimana antara PSC bagi hasil kotor (Gross Split)  atau PSC pengembalian biaya operasi (Cost Recovery).

Eksplorasi Dengan Seismik 2D

SKK Migas dan kontraktor migas untuk merealisasikan peningkatan produksi migas, berkomitmen untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dengan melaksanakan seismik dua dimensi (2D). Setelah dituntaskannya survei seismik 2D oleh Komitmen Kerja Pasti (KKP) Wilayah Kerja (WK) Jambi Merang di area terbuka (open area) pada Senin (3/8).  SKK Migas bersama KKKS PHE Jambi Merang telah menyelesaikan survei seismik 2D sepanjang 32.200 kilometer.

Kepala Divisi Perencanaan Eksplorasi SKK Migas, Shinta Damayanti mengatakan survei 2D KKP Jambi Merang di open area merupakan survei seismik regional 2D terpanjang dalam 10 tahun terakhir.  “Survei seismik 2D Jambi Merang di open area bukan hanya terpanjang di Asia Pasifik dalam 10 tahun terakhir, namun diselesaikan pada saat pandemic COVID-19,” kata Shinta.

Survei seismik 2D Jambi Merang di kawasan lepas pantai merupakan aktivitas eksplorasi terbesar selama satu dekade terakhir, karena melewati perairan Seram hingga Natuna.  Survei mencakup 35 cekungan dari 128 cekungan yang di Indonesia.  

Dengan banyaknya cekungan yang disurvei diharapkan akan menjadi modal untuk menemukan potensi cadangan migas yang besar untuk Indonesia .  Pelaksanaannya sekaligus menjadi penegasan kedaulatan Indonesia di wilayah Natuna sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI.
Baca juga: Empat wilayah kerja Migas ditawarkan ke Kaltara
Baca juga: Tiga cadangan migas ditemukan di kuartal I 2020

Pewarta : Redaksi
Editor : Susylo Asmalyah
Copyright © ANTARA 2024