Tarakan (ANTARA) - Ada semboyan warga perbatasan Kalimantan Utara-Malaysia yang sebenarnya kurang nyaman terdengar, yakni "Garuda di dadaku, Ringgit di perutku".
Tapi, faktanya itulah kondisi riil terjadi, yakni warga perbatasan memiliki ketergatungan tinggi terhadap berbagai kebutuhan dari negeri jiran, salah satunya LPG (Liquefied Petroleum Gas).
Selama ini, pasokan gas LPG 12 Kg semuanya dari Malaysia dan harganya mahal, yakni Rp1,4 juta.
Tidak hanya mahal tapi dalam satu tahun terakhir, warga Krayan (perbatasan Kaltara-Searawak, Malaysia) tidak lagi bisa mendapatkannya karena negeri Jiran menutup pintu perdagangan akibat pandemi COVID-19.
Namun, persoalan itu agaknya sudah teratasi ketika terlihat tabung - tabung LPG (Non Public Service Obligation (NPSO) Bright 12 kilogram sudah tersusun di apron bandara internasional Juata Tarakan, Senin (15/3).
Tabung-tabung itu siap dimasukan ke pesawat Cassa Pelita Air Service (PAS) untuk diterbangkan ke wilayah Krayan, Nunukan yang merupakan tapal batas Indonesia - Malaysia.
Satu persatu tabung LPG berwarna pink tersebut dilakukan pemeriksaan untuk memastikan keamanan saat diangkut menggunakan pesawat.
Sebelum tiba di Tarakan, tabung LPG dibawa langsung dari Depo LPG di Balikpapan dengan menggunakan kapal laut selama lima hari perjalanan.
Setelah tabung LPG diperiksa dan dipastikan tidak ada kebocoran saat penerbangan menuju bandara Yuvai Semaring, Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 45 menit.
Untuk membawa LPG ke wilayah perbatasan tersebut bukan hal mudah, faktor cuaca sangat menentukan karena pesawat kecil ini, maksimal hanya membawa 45 tabung LPG 12 kilogram.
"Bersyukurlah, karena agak terbantu, apalagi di masa pandemi sudah satu tahun, LPG dari Malaysia tidak ada karena jalur perbatasan ditutup," kata Seniwati (41), salah seorang warga Krayan di Long Bawan, saat acara Distribusi Perdana Tabung Gas LPG Bright 12 Kilogram di Krayan, Nunukan, Senin (15/3).
Dia mengungkapkan rasa syukurnya dengan adanya distribusi perdana LPG milik pemerintah yang masuk ke wilayahnya.
Saat ini dapurnya sudah terpampang tabung gas berwarna pink.
Apalagi baru pertama kalinya Seniwati beserta masyarakat Krayan tahu wujud dan warna dari LPG produksi Tanah Air.
Harga LPG produk Malaysia saat masa pandemi ditambah ongkos pikul seharga Rp1,4 juta.
Sedangkan tabung LPG untuk isi ulangnya Rp250 ribu sampai Rp300 ribu, belum ditambah ongkos pikul.
Distribusi LPG produksi Pertamina NPSO 12 kilogram ke Krayan harganya Rp600 ribu dan harga isi ulangnya Rp190 ribu.
Hal ini, tentunya menolong warga dalam berkegiatan di dapur untuk kebutuhan sehari - hari.
Tonggak sejarah
Pada hari itu, boleh dikatakan tonggak sejarah bagi masyarakat di Krayan karena mulai dilakukan kegiatan “Distribusi Perdana Tabung Gas LPG Bright 12 Kilogram”.
Sejak konversi minyak tanah ke gas pada tahun 2007, wilayah ini tidak pernah dapat merasakan menggunakan LPG buatan dalam negeri.
Selama ini, mereka menggunakan tabung LPG produksi perusahaan minyak dan gas (migas) Malaysia baik perusahaan Petronas maupun Shell.
Pertamina melaksanakan distribusi LPG ini sebagai manifestasi bela negara serta rasa nasionalisme, terhadap penggunaan produksi dalam negeri.
Terkadang sentilan antar warga kerap terdengar, misalnya masyarakat Krayan ini adalah Warga Negara Indonesia (WNI) tapi sebagian besar kebutuhan pokok, termasuk LPG menggunakan produk Malaysia dengan tabung warna kuning dan hijau ukuran 14 kilogram.
Bukan menggunakan LPG produksi bangsa sendiri yang hanya mereka tonton di layar televisi, tapi tidak pernah menggunakannya.
Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Hanteru Sitorus mengatakan bahwa dirinya mendengar harga tabung elpiji mencapai Rp1 juta per tabung, kemudian dia mengkonfirmasi ke Pertamina.
Selanjutnya PT. Pertamina langsung bernegosiasi dengan PAS untuk pendistribusian tabung LPG Bright gas 12 kilogram dengan menyewa pesawat sebagai alat transportasi tabung gas.
“Daerah perbatasan pun harus diprioritaskan sebab wajah negara dilihat berdasarkan daerah perbatasan,” kata Deddy.
Harapannya konsistensi dari Pertamina untuk merawat daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di Indonesia benar – benar bisa diteruskan.
Ditambahkannya bahwa Pertamina sampai Desember tahun 2020 sudah mengeluarkan dana Rp10 miliar untuk menyewa pesawat pengangkut BBM.
“Terima kasih Pertamina yang telah menindaklanjuti dengan cepat aspirasi rakyat di perbatasan dan sekarang kita telah menyaksikan sendiri bahwa LPG Bright Gas hadir di tengah-tengah kita semua,” kata Deddy.
Pertamina sebagai agen pembangunan nasional memiliki mandat untuk menjaga kedaulatan energi demi memastikan keberlanjutan dalam pelayanan energi untuk negeri sesuai tagline Pertamina yaitu Energizing You.
Kemudian Sales Area Manager Retail Kaltim-Kaltara, Gusti Anggara mengatakan bahwa ini pendistribusian LPG Bright Gas ini merupakan wujud komitmen Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
“Pertamina menanggung ongkos angkut LPG yang diterbangkan dari Tarakan ke Krayan begitu pula sebaliknya sekitar Rp1,8 juta per tabung. Namun, Pertamina memberikan harga yang sama seperti di perkotaan untuk LPG 12 kilogram bright gas ini untuk warga Krayan,” jelas Gusti.
Pertamina sebagai BUMN memiliki tugas menyalurkan energi sampai ke pelosok negeri, tak hanya BBM namun juga LPG yang diangkut menggunakan pesawat.
Dengan melakukan pengecekan berkali – kali terkait keamanan tabung yang berisi LPG.
Harga jual tabung Rp600 ribu dan harganya sama yang dinikmati masyarakat Kaltara pada umumnya.
Pertamina menanggung harga ongkos penerbangan LPG, agar tetap dapat dinikmati masyarakat.
Sedangkan Manager Communications, Relations & CSR Pertamina MOR VI Kalimantan Susanto August Satria menambahkan bahwa Pertamina tentu akan melakukan evaluasi mengenai distribusi tahap pertama untuk memastikan distribusi selanjutnya berlangsung dengan lancar.
“Kami akan lakukan evaluasi berkelanjutan, mengenai kontinuitas tentunya Pertamina siap untuk memenuhi kebutuhan di Krayan,” kata Satria.
Adanya distribusi LPG 12 kilogram ini juga tidak lepas dari kerja sama yang luar biasa dari beberapa pihak terkait baik dari anak perusahaan Pertamina yakni Pelita Air Service, Patra Trading, Patra Logistik, mitra Pertamina baik agen dan pangkalan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Distribusi harus rutin
Distribusi perdana LPG 12 kilogram memberikan harapan baru bagi masyarakat di Krayan yang memiliki lima kecamatan yakni Krayan, Krayan Timur, Krayan Tengah, Krayan Barat dan Krayan Selatan, dengan jumlah kepala keluarga 5.365.
Warga Kecamatan Krayan, Nunukan yang berbatasan dengan Malaysia mengharapkan Pertamina rutin mendistribusikan LPG ukuran 12 kilogram untuk kebutuhan memasak sehari - hari.
"Diharapkan distribusi LPG dari Pertamina ada kelanjutannya , ini baru tahap awal yang jumlahnya hanya 200-an dan jangan terhenti," kata Camat Krayan, Heberli.
Dia menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak terutama kepada Pertamina karena mimpi untuk menggunakan produk dalam negeri sudah terwujud.
“Sebuah hal yang tidak mungkin dan tidak terbayangkan menerbangkan LPG menggunakan pesawat udara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semula sangat bergantung dengan Malaysia," kata Heberli.
Namun, saat ini LPG sudah disuplai dari Tarakan dengan harga yang jauh terjangkau untuk warga dataran tinggi Krayan yang dominasi bekerja sebagai petani.
Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi ideal dan menjadi dambaan setiap masyarakat.
Secara umum, gambaran tentang wilayah perbatasan selalu berkaitan tentang daerah 3T dibutuhkan upaya pengelolaan perbatasan sehingga mampu mewujudkan kawasan perbatasan sebagai beranda depan NKRI yang berdaya saing dan sejahtera.
Untuk mencapai hal tersebut, maka peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan merupakan unsur penting yang harus ditangani.
Koordinasi dalam mengelola kawasan perbatasan harus lebih ditingkatkan untuk mewujudkan tujuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.
Nasionalisme tapal batas
Distribusi perdana LPG NPSO 12 kilogram ini meningkatkan rasa nasionalisme di tapal batas Indonesia dan Malaysia, dengan menggunakan produksi milik pemerintah Indonesia.
Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang mengatakan terkait dengan mulai dilaksanakannya distribusi LPG dengan menggunakan pesawat ke Krayan, diharapkan terus berlanjut.
"Supaya ini terus berlanjut, sehingga kebutuhan LPG masyarakat di Krayan sudah tidak menjadi kendala, yang kita tahu saat pandemi harga LPG meningkat," kata Zainal.
Bantuan distribusi LPG kepada masyarakat di Krayan merupakan hal yang penting untuk masyarakat Krayan ke depan.
Pertamina sebagai pelaksana tugas dari pemerintah dalam mendukung upaya pemerataan biaya termasuk satu harga untuk LPG .
Pemerataan harga LPG ini memberikan pengaruh besar bagi perekonomian masyarakat di Krayan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dimana harga satu tabung isi ulang sebesar Rp160 ribu hampir sama dengan daerah lain.
Sementara itu, Ketua DPRD Kaltara, Norhayati Andris menyambut gembira gerak cepat yang dilakukan Pertamina melakukan distribusi LPG untuk warga di Krayan.
"Bagaimanapun Krayan adalah warga kita, derita warga Krayan berarti derita masyarakat Kalimantan Utara. Apalagi kita bagian dari Indonesia," kata Norhayati.
Dia juga berterima kasih dan bersyukur, karena Pertamina sudah gerak cepat atas laporan kita dan Pertamina hadir memberikan yang terbaik dan membantu warga Krayan.
"Kita tahu dan ke depannya, pemerintah harus jeli dan peka terhadap kawasan perbatasan jangan sampai masyarakat kita bingung kepada siapa mereka mengadu, karena mereka bagian dari Indonesia," kata Norhayati.
Dengan membangun kesejahteraan masyarakat di perbatasan guna mencegah disintegrasi bangsa.
Langkah Pertamina dalam mendistribusikan LPG ke Krayan merupakan komitmen mewujudkan keadilan energi bagi masyarakat.
Serta pengejawantahan dari sila kelima Pancasila, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hadirnya LPG 12 Kg ternyata bernilai strategis dalam membangkitkan nasionalisme di tapal batas.
Hal ini membuktikan pemerintah serius dalam mencari solusi setiap persoalan masyarakat, termasuk mereka yang berada di ujung negeri.
Baca juga: Pertamina pastikan pasokan LPG tiga kilogram aman di Bulungan
Baca juga: Pemkot Tarakan data ulang warga pengguna LPG tiga kilogram
Baca juga: Gas LPG tiga kilogram langka di Tarakan
Tapi, faktanya itulah kondisi riil terjadi, yakni warga perbatasan memiliki ketergatungan tinggi terhadap berbagai kebutuhan dari negeri jiran, salah satunya LPG (Liquefied Petroleum Gas).
Selama ini, pasokan gas LPG 12 Kg semuanya dari Malaysia dan harganya mahal, yakni Rp1,4 juta.
Tidak hanya mahal tapi dalam satu tahun terakhir, warga Krayan (perbatasan Kaltara-Searawak, Malaysia) tidak lagi bisa mendapatkannya karena negeri Jiran menutup pintu perdagangan akibat pandemi COVID-19.
Namun, persoalan itu agaknya sudah teratasi ketika terlihat tabung - tabung LPG (Non Public Service Obligation (NPSO) Bright 12 kilogram sudah tersusun di apron bandara internasional Juata Tarakan, Senin (15/3).
Tabung-tabung itu siap dimasukan ke pesawat Cassa Pelita Air Service (PAS) untuk diterbangkan ke wilayah Krayan, Nunukan yang merupakan tapal batas Indonesia - Malaysia.
Satu persatu tabung LPG berwarna pink tersebut dilakukan pemeriksaan untuk memastikan keamanan saat diangkut menggunakan pesawat.
Sebelum tiba di Tarakan, tabung LPG dibawa langsung dari Depo LPG di Balikpapan dengan menggunakan kapal laut selama lima hari perjalanan.
Setelah tabung LPG diperiksa dan dipastikan tidak ada kebocoran saat penerbangan menuju bandara Yuvai Semaring, Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 45 menit.
Untuk membawa LPG ke wilayah perbatasan tersebut bukan hal mudah, faktor cuaca sangat menentukan karena pesawat kecil ini, maksimal hanya membawa 45 tabung LPG 12 kilogram.
"Bersyukurlah, karena agak terbantu, apalagi di masa pandemi sudah satu tahun, LPG dari Malaysia tidak ada karena jalur perbatasan ditutup," kata Seniwati (41), salah seorang warga Krayan di Long Bawan, saat acara Distribusi Perdana Tabung Gas LPG Bright 12 Kilogram di Krayan, Nunukan, Senin (15/3).
Dia mengungkapkan rasa syukurnya dengan adanya distribusi perdana LPG milik pemerintah yang masuk ke wilayahnya.
Saat ini dapurnya sudah terpampang tabung gas berwarna pink.
Apalagi baru pertama kalinya Seniwati beserta masyarakat Krayan tahu wujud dan warna dari LPG produksi Tanah Air.
Harga LPG produk Malaysia saat masa pandemi ditambah ongkos pikul seharga Rp1,4 juta.
Sedangkan tabung LPG untuk isi ulangnya Rp250 ribu sampai Rp300 ribu, belum ditambah ongkos pikul.
Distribusi LPG produksi Pertamina NPSO 12 kilogram ke Krayan harganya Rp600 ribu dan harga isi ulangnya Rp190 ribu.
Hal ini, tentunya menolong warga dalam berkegiatan di dapur untuk kebutuhan sehari - hari.
Tonggak sejarah
Pada hari itu, boleh dikatakan tonggak sejarah bagi masyarakat di Krayan karena mulai dilakukan kegiatan “Distribusi Perdana Tabung Gas LPG Bright 12 Kilogram”.
Sejak konversi minyak tanah ke gas pada tahun 2007, wilayah ini tidak pernah dapat merasakan menggunakan LPG buatan dalam negeri.
Selama ini, mereka menggunakan tabung LPG produksi perusahaan minyak dan gas (migas) Malaysia baik perusahaan Petronas maupun Shell.
Pertamina melaksanakan distribusi LPG ini sebagai manifestasi bela negara serta rasa nasionalisme, terhadap penggunaan produksi dalam negeri.
Terkadang sentilan antar warga kerap terdengar, misalnya masyarakat Krayan ini adalah Warga Negara Indonesia (WNI) tapi sebagian besar kebutuhan pokok, termasuk LPG menggunakan produk Malaysia dengan tabung warna kuning dan hijau ukuran 14 kilogram.
Bukan menggunakan LPG produksi bangsa sendiri yang hanya mereka tonton di layar televisi, tapi tidak pernah menggunakannya.
Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Hanteru Sitorus mengatakan bahwa dirinya mendengar harga tabung elpiji mencapai Rp1 juta per tabung, kemudian dia mengkonfirmasi ke Pertamina.
Selanjutnya PT. Pertamina langsung bernegosiasi dengan PAS untuk pendistribusian tabung LPG Bright gas 12 kilogram dengan menyewa pesawat sebagai alat transportasi tabung gas.
“Daerah perbatasan pun harus diprioritaskan sebab wajah negara dilihat berdasarkan daerah perbatasan,” kata Deddy.
Harapannya konsistensi dari Pertamina untuk merawat daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di Indonesia benar – benar bisa diteruskan.
Ditambahkannya bahwa Pertamina sampai Desember tahun 2020 sudah mengeluarkan dana Rp10 miliar untuk menyewa pesawat pengangkut BBM.
“Terima kasih Pertamina yang telah menindaklanjuti dengan cepat aspirasi rakyat di perbatasan dan sekarang kita telah menyaksikan sendiri bahwa LPG Bright Gas hadir di tengah-tengah kita semua,” kata Deddy.
Pertamina sebagai agen pembangunan nasional memiliki mandat untuk menjaga kedaulatan energi demi memastikan keberlanjutan dalam pelayanan energi untuk negeri sesuai tagline Pertamina yaitu Energizing You.
Kemudian Sales Area Manager Retail Kaltim-Kaltara, Gusti Anggara mengatakan bahwa ini pendistribusian LPG Bright Gas ini merupakan wujud komitmen Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
“Pertamina menanggung ongkos angkut LPG yang diterbangkan dari Tarakan ke Krayan begitu pula sebaliknya sekitar Rp1,8 juta per tabung. Namun, Pertamina memberikan harga yang sama seperti di perkotaan untuk LPG 12 kilogram bright gas ini untuk warga Krayan,” jelas Gusti.
Pertamina sebagai BUMN memiliki tugas menyalurkan energi sampai ke pelosok negeri, tak hanya BBM namun juga LPG yang diangkut menggunakan pesawat.
Dengan melakukan pengecekan berkali – kali terkait keamanan tabung yang berisi LPG.
Harga jual tabung Rp600 ribu dan harganya sama yang dinikmati masyarakat Kaltara pada umumnya.
Pertamina menanggung harga ongkos penerbangan LPG, agar tetap dapat dinikmati masyarakat.
Sedangkan Manager Communications, Relations & CSR Pertamina MOR VI Kalimantan Susanto August Satria menambahkan bahwa Pertamina tentu akan melakukan evaluasi mengenai distribusi tahap pertama untuk memastikan distribusi selanjutnya berlangsung dengan lancar.
“Kami akan lakukan evaluasi berkelanjutan, mengenai kontinuitas tentunya Pertamina siap untuk memenuhi kebutuhan di Krayan,” kata Satria.
Adanya distribusi LPG 12 kilogram ini juga tidak lepas dari kerja sama yang luar biasa dari beberapa pihak terkait baik dari anak perusahaan Pertamina yakni Pelita Air Service, Patra Trading, Patra Logistik, mitra Pertamina baik agen dan pangkalan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Distribusi harus rutin
Distribusi perdana LPG 12 kilogram memberikan harapan baru bagi masyarakat di Krayan yang memiliki lima kecamatan yakni Krayan, Krayan Timur, Krayan Tengah, Krayan Barat dan Krayan Selatan, dengan jumlah kepala keluarga 5.365.
Warga Kecamatan Krayan, Nunukan yang berbatasan dengan Malaysia mengharapkan Pertamina rutin mendistribusikan LPG ukuran 12 kilogram untuk kebutuhan memasak sehari - hari.
"Diharapkan distribusi LPG dari Pertamina ada kelanjutannya , ini baru tahap awal yang jumlahnya hanya 200-an dan jangan terhenti," kata Camat Krayan, Heberli.
Dia menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak terutama kepada Pertamina karena mimpi untuk menggunakan produk dalam negeri sudah terwujud.
“Sebuah hal yang tidak mungkin dan tidak terbayangkan menerbangkan LPG menggunakan pesawat udara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semula sangat bergantung dengan Malaysia," kata Heberli.
Namun, saat ini LPG sudah disuplai dari Tarakan dengan harga yang jauh terjangkau untuk warga dataran tinggi Krayan yang dominasi bekerja sebagai petani.
Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi ideal dan menjadi dambaan setiap masyarakat.
Secara umum, gambaran tentang wilayah perbatasan selalu berkaitan tentang daerah 3T dibutuhkan upaya pengelolaan perbatasan sehingga mampu mewujudkan kawasan perbatasan sebagai beranda depan NKRI yang berdaya saing dan sejahtera.
Untuk mencapai hal tersebut, maka peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan merupakan unsur penting yang harus ditangani.
Koordinasi dalam mengelola kawasan perbatasan harus lebih ditingkatkan untuk mewujudkan tujuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.
Nasionalisme tapal batas
Distribusi perdana LPG NPSO 12 kilogram ini meningkatkan rasa nasionalisme di tapal batas Indonesia dan Malaysia, dengan menggunakan produksi milik pemerintah Indonesia.
Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang mengatakan terkait dengan mulai dilaksanakannya distribusi LPG dengan menggunakan pesawat ke Krayan, diharapkan terus berlanjut.
"Supaya ini terus berlanjut, sehingga kebutuhan LPG masyarakat di Krayan sudah tidak menjadi kendala, yang kita tahu saat pandemi harga LPG meningkat," kata Zainal.
Bantuan distribusi LPG kepada masyarakat di Krayan merupakan hal yang penting untuk masyarakat Krayan ke depan.
Pertamina sebagai pelaksana tugas dari pemerintah dalam mendukung upaya pemerataan biaya termasuk satu harga untuk LPG .
Pemerataan harga LPG ini memberikan pengaruh besar bagi perekonomian masyarakat di Krayan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dimana harga satu tabung isi ulang sebesar Rp160 ribu hampir sama dengan daerah lain.
Sementara itu, Ketua DPRD Kaltara, Norhayati Andris menyambut gembira gerak cepat yang dilakukan Pertamina melakukan distribusi LPG untuk warga di Krayan.
"Bagaimanapun Krayan adalah warga kita, derita warga Krayan berarti derita masyarakat Kalimantan Utara. Apalagi kita bagian dari Indonesia," kata Norhayati.
Dia juga berterima kasih dan bersyukur, karena Pertamina sudah gerak cepat atas laporan kita dan Pertamina hadir memberikan yang terbaik dan membantu warga Krayan.
"Kita tahu dan ke depannya, pemerintah harus jeli dan peka terhadap kawasan perbatasan jangan sampai masyarakat kita bingung kepada siapa mereka mengadu, karena mereka bagian dari Indonesia," kata Norhayati.
Dengan membangun kesejahteraan masyarakat di perbatasan guna mencegah disintegrasi bangsa.
Langkah Pertamina dalam mendistribusikan LPG ke Krayan merupakan komitmen mewujudkan keadilan energi bagi masyarakat.
Serta pengejawantahan dari sila kelima Pancasila, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hadirnya LPG 12 Kg ternyata bernilai strategis dalam membangkitkan nasionalisme di tapal batas.
Hal ini membuktikan pemerintah serius dalam mencari solusi setiap persoalan masyarakat, termasuk mereka yang berada di ujung negeri.
Baca juga: Pertamina pastikan pasokan LPG tiga kilogram aman di Bulungan
Baca juga: Pemkot Tarakan data ulang warga pengguna LPG tiga kilogram
Baca juga: Gas LPG tiga kilogram langka di Tarakan