Mengembalikan ekosistem mangrove Kalimantan Utara

id Feature mangrove,Mangrove kaltara

Mengembalikan ekosistem mangrove Kalimantan Utara

Mengembalikan ekosistem mangrove Kalimantan Utara (Ist)

Tanjung Selor (ANTARA) - Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem penting di Kalimantan Utara. Ekosistem ini memiliki berbagai fungsi penting antara lain melindungi pantai dari abrasi dan gelombang besar serta menyediakan habitat bagi berbagai biota laut, seperti ikan, udang, dan kepiting

“Sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti kayu mangrove, buah mangrove, dan madu mangrove,” kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, Syarifuddin di Tanjung Selor, Senin.

Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara mencatat, Kalimantan Utara memiliki wilayah mangrove seluas 326.396.37 hektare, Berdasarkan pola ruang, luasan tersebut terbagi atas hutan mangrove primer 47.664,58 hektare, hutan mangrove sekunder 124.099,22 hektare, Nipah 5.984,09 hektare, dan tambak 148.648,49 hektare.

Menurut Syarifuddin, kondisi hutan mangrove di Kalimantan Utara secara umum dapat dikatakan cukup baik. Namun, terdapat beberapa area yang mengalami degradasi, terutama di wilayah yang dekat dengan perkotaan.

Degradasi hutan mangrove juga disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain pembukaan lahan untuk tambak, pencemaran lingkungan, dan sedikit faktor pemanfaatan kayu mangrove untuk bahan bakar

Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi dan mengelola hutan mangrove, antara lain melakukan rehabilitasi hutan mangrove, sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya hutan mangrove, serta
meningkatkan pengawasan terhadap pemanfaatan hutan mangrove.

“Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menjaga kelestarian hutan mangrove di Kalimantan Utara dan manfaatnya bagi masyarakat,” kata Syarifuddin.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara juga terus berupaya memulihkan hutan mangrove salah satunya dengan bekerja sama Pemerintah, masyarakat, dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BGRM) serta para mitra.

“Pemulihan dan pengelolaan ekosistem mangrove perlu kolaborasi semua pihak,” kata Syarifuddin.

Selain pada APBN dan APBD, rehabilitasi mangrove di Kalimantan Utara juga mendapat perhatian serta dukungan pembiayaan Bank Dunia. Hal itu seiring percepatan rehabilitasi mangrove melalui program Indonesia’s Mangrove for Coastal Resilience (M4CR).

Pemerintah RI juga disebut mengharapkan hutan mangrove di Kalimantan Utara menjadi maskot pengembangan ekonomi dan kawasan hijau Indonesia. Untuk itu, rehabilitasi mangrove dianggap menjadi langkah tepat untuk menghentikan degradasi hutan mangrove menjadi kawasan pertambakan.

Intensitas sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat telah banyak memberi perubahan pola pikir masyarakat terhadap pentingnya ekosistem mangrove. Dahulu, banyak masyarakat menolak penanaman mangrove.

“Namun sekarang kondisinya berbalik, masyarakat meminta penanaman mangrove lebih digalakkan karena mereka merasakan dampak positifnya terhadap hasil tangkapan ikan dan kepiting bakau,” kata Syarifuddin.

Sejak 2017, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara bekerja sama berbagai pihak telah melakukan penanaman mangrove seluas 2.701 hektare, untuk mengembalikan fungsi ekologi kawasan pesisir,

Penanaman mangrove tersebut tersebar di berbagai daerah di tiga kabupaten yaitu Bulungan, Tana Tidung, dan Nunukan.

Kemudian, berdasarkan Rencana Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RURHL) Mangrove 2022-2032 (Peraturan Menteri LHK Nomor 10 Tahun 2022), Kementerian LHK merencanakan rehabilitasi 181.553,61 hektare mangrove di Kalimantan Utara.

Rehabilitasi itu dirincikan terhadap 3.822,63 hektare lahan terbuka; 406,91 mangrove terabrasi; 130.869,43 hektare tambak; 18,98 tanah timbul; 1,782,95 hektare mangrove jarang; dan 44.652,71 hektare mangrove sedang.

“Kegiatan rehabilitasi itu akan dilaksanakan Pemerintah Pusat, tentu bekerja sama dengan kami Pemprov Kalimantan Utara, BRGM dan para mitra,” kata Syarifuddin.

Syarifuddin juga mengatakan, rehabilitasi dan sosialisasi kepada masyarakat adalah kunci untuk menekan laju pertambahan luas areal tambak, sekaligus memperluas area mangrove.

Ia menyebut, pertumbuhan perluasan tambak dalam 25 tahun terakhir, mencapai 844 persen, pada 1991 luas tambak hanya 15.871 hektare dan pada 2016 mencapai 159.958 hektare. Lalu berdasarkan deliniasi tiap petak tambak pada 2021, luas tambak di Kalimantan Utara sudah mencapai 153.928,67 hektare.

“Saat ini pola pikir masyarakat telah berubah berkat pemahaman yang kita berikan, mereka bahkan meminta supaya penanaman mangrove digalakkan ,” kata Syarifuddin.

Baca juga: Indosat dan GSMA kolaborasi program digitalisasi konservasi mangrove di Kaltara
Baca juga: Penanaman bibit mangrove di Pantai Amal
Baca juga: BNI dan BNI-AM tanam 2.000 bibit mangrove di Teluk Benoa

Mengembalikan ekosistem mangrove Kalimantan Utara (Ist)


Fungsi Mangrove

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur Prof. Dr. Esti Handayani Hardi, S.Pi menjelaskan banyak fungsi mangrove bagi ekosistem pesisir.

Dia mengatakan budidaya ikan dan udang tambak di Kalimantan Utara maupun Kalimantan Timur spesifik, berbeda dengan lokasi-lokasi lainnya, namun cenderung mengalami penurunan produksi secara alami.

Penurunan itu disebabkan oleh perubahan iklim dari tahun ke tahun. Yang paling utama dirasakan oleh pembudidaya adalah kenaikan suhu air kawasan pesisir dan membuat respons fisiologi ikan dan udang itu sensitif sehingga menyebabkan mudah stres dan mati, pertumbuhan lambat, dan gampang terserang penyakit.

Perubahan iklim juga menyebabkan badai dan pasang surut air cenderung tidak normal dan tidak bisa diduga, yang menyebabkan banyak terjadi kerusakan tanggul dan menyebabkan tambak jebol.

Dampak lainnya adalah hipoksia atau penurunan oksigen, dibuktikan dengan seringnya ikan mati di keramba-keramba jaring apung. Menurut dia, matu tidak mau, petambak harus turunkan jumlah kepadatan atau udang yang dipelihara, dan hal tersebut berdampak pada produktivitas. Jika tetap memaksakan menebar banyak bibit, akan banyak ikan mati karena kurang oksigen.

“Empat akibat perubahan iklim itu, solusinya untuk daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara adalah mengembalikan ekosistem mangrove demi mengeliminir empat faktor itu,” ujar dia.

Menurut penelitiannya, solusi perubahan iklim yang menyebabkan produktivitas budidaya menurun dapat diselesaikan dengan rehabilitasi ekosistem mangrove.

“Riset yang kami lakukan di delta Mahakam, bisa meredam suhu sampai dua derajat Celcius, dan dua derajat itu termasuk selisih yang tinggi untuk daerah perairan,” tutur Prof. Dr. Esti Handayani Hardi,

Akar-akar jenis tanaman mangrove berfungsi menguatkan struktur tanah sehingga mampu meredam dampak badai dan abrasi pesisir dan ekosistem di dalamnya.

Prof. Dr. Esti Handayani Hardi juga menyebut buah dan daun mangrove mengandung bahan metabolit sekunder yang mengandung bahan anti bakteri. Sehingga penyakit ikan dan udang akan bisa dihilangkan.

“Buktinya, tambak yang tidak menggunakan pola silvofishery itu 40 persen udangnya terinfeksi patogen. Sementara yang silvofishery tidak terinfeksi,” ujarnya.
Mangrove menurut Prof. Esti juga menjadi cadangan nutrisi yang baik bagi udang, ikan, dan kepiting karena sebagai sumber nutrien seperti fosfor, nitrogen, kalium, dan kalsium.

Namun pertanyaan banyak petambak kata Prof. Esti adalah kematian udang dan ikan sebelum masuk masa panen masih sering terjadi. Dia menegaskan, bahwa di sinilah pentingnya penerapan hidrologi atau alur air tambak.

“Kalau jumlah mangrove itu berlebihan, tidak ada sirkulasi air di situ, tidak ada pembuangan dan dasar tambak seperti lumpur tentu akan menghasilkan masalah, bukan cuma mangrove, tanaman lain juga akan begitu, sehingga perlu hidrologi yang baik,” ujarnya.

Dia mengharapkan, perpaduan pola penghijauan mangrove sekaligus budidaya perikanan yang disebut teknik silvofishery harus dibarengi dengan pengelolaan tambak yang tepat.

“Jangan sampai tambak sudah kita desain dengan silvofishery, ada pohon mangrove, kemudian kita diamkan, itu tidak bisa berhasil, artinya tetap harus ada proses-proses juga yang kalau tidak ada campur tangan manusia atau petambak justru menjadi efek negatif,” kata dia.

Dia mengatakan, terdapat 10 langkah penerapan silvofishery agar budidaya dan rehabilitasi berhasil. Yaitu perbaikan konstruksi; pembersihan lumpur tambak; pengapuran, pengeringan, dan pembilasan dasar tambak; pemberian pestisida alami; pemberian prebiotik.

Selanjutnya adalah pemupukan; penebaran benih; pemeliharaan ikan; monitoring lingkungan; dan panen.

Baca juga: Gubernur: Rehabilitasi mangrove bakal dibantu Bank Dunia
Baca juga: BRGM targetkan 25 ribu hektare menanam mangrove di Kaltara
Baca juga: BRGM akan terapkan kombinasi tambak dan mangrove di Kaltara

Mengembalikan ekosistem mangrove Kalimantan Utara (Ist)
Kerja Sama BRGM

Muhammad Jufri, Ketua Kelompok Tani Pa Bilung yang berwilayah kerja di Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan menyebut kelompoknya telah bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) sejak 2022.

Atas kerja sama itu, telah menanam sebanyak 30.400 pohon mangrove di kawasan Pulau Mapat, Desa Tanjung Buka, Kecamatan Tanjung Palas Tengah pada 2022. Pada 2023 ini, Kelompok Tani Pa Bilung kembali menanam sekitar 6.000 bibit sejak Juli 2023.

“Saya juga menanam mangrove secara individu sejak 2010,” ujar dia.

Kawasan Pulau Mapat yang dahulu (di bawah 2010) gundul akibat perluasan pertambakan, kini mulai menghijau kembali olah tanaman mangrove dengan metode silvofishery.

“Jadi manfaat budidayanya dapat, manfaat penghijauan juga dirasakan,” kata Muhammad Jufri.

Berkat kerja sama dengan BRGM, masyarakat kembali mulai menikmati hasil rehabilitasi mangrove. Salah satunya adalah peningkatan tangkapan kepiting bakau. Selain itu, penanaman mangrove membuatnya lebih bahagia dan berarti bagi sesama manusia dan lingkungan hidup.

“Ini juga soal pengabdian kepada sesama manusia dan lingkungan hidup, saya pernah ikut seminar, dikatakan bahwa satu pohon kayu bisa memproduksi oksigen untuk tiga orang manusia dewasa dalam satu satu hari, maka kalau saya bantu siapkan oksigen 1.000 pohon, berarti 3.000 orang saya bantu beri oksigen dalam satu hari,” demikian Muhammad Jufri.
Mengembalikan ekosistem mangrove Kalimantan Utara (Ist) (Ist)

Baca juga: Persemaian Permanen Modern Mangrove Pertama di Indonesia Akan Dibangun di Kaltara
Baca juga: Rehabilitasi Mangrove di Kaltara akan Dikucurkan Dana Rp95 Miliar
Baca juga: Pesona wisata di Tanjung Palas Utara