Jakarta (ANTARA) - "Setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada dalam bentuk virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menggumpal melalui darah hingga menyebabkan kematian," demikian potongan pesan yang berdar di media sosial.
Pesan tersebut mencatut Kementerian Kesehatan Rusia yang mengubah rencana pengobatan pasien positif COVID-19 dengan menggunakan aspirin setelah menemukan bakteri pada mayat pasien COVID-19.
Dokter Rusia, dalam pesan berantai itu, diklaim menyebut penyakit COVID-19 merupakan "tipuan global".
Pesan itu juga mengatakan pasien COVID-19 diminta mengonsumsi tablet antibiotik, anti-inflamasi, dan minum antikoagulan atau aspirin.
Benarkah Rusia menemukan bakteri pada mayat pasien positif COVID-19, dan beberapa hal lain seperti disebut dalam pesan berantai itu?
Tangkapan layar unggahan hoaks menyebut Rusia menemukan bakteri pada otopsi mayat pasien positif COVID-19. (Facebook)
Penjelasan
Situs Kementerian Kesehatan Rusia justru menyebut penyakit COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan bukan karena bakteri yang terkena radiasi.
Kantor Berita Reuters menyebut klaim bahwa COVID-19 disebabkan oleh bakteri dan hanyalah trombosis merupakan hoaks.
Para peneliti melaporkan salah satu dari banyak efek COVID-19 adalah peradangan dan pembekuan darah yang tidak normal.
Namun, pembekuan darah hanyalah salah satu dari banyak efek COVID-19, karena COVID-19 tidak identik dengan trombosis.
Sementara, saran konsumsi tablet antibiotik, anti-inflamasi, dan minum antikoagulan tidak efektif melawan infeksi virus. Obat-obat itu disarankan hanya untuk pasien COVID-19 yang juga mengalami infeksi bakteri.
WHO bahkan menyebut antibiotik tidak untuk melawan virus.
Klaim: Rusia temukan bakteri saat otopsi pasien COVID-19
Rating: Salah/Disinformasi
Cek fakta: Bakteri COVID-19 membuat pembuluh darah melebar dan membeku?
Baca juga: Rusia kembali perketat prokes menyusul sikap abai warga pada pandemi
Baca juga: Warga Moskow diawasi 380 ribu CCTV selama pandemi
Pesan tersebut mencatut Kementerian Kesehatan Rusia yang mengubah rencana pengobatan pasien positif COVID-19 dengan menggunakan aspirin setelah menemukan bakteri pada mayat pasien COVID-19.
Dokter Rusia, dalam pesan berantai itu, diklaim menyebut penyakit COVID-19 merupakan "tipuan global".
Pesan itu juga mengatakan pasien COVID-19 diminta mengonsumsi tablet antibiotik, anti-inflamasi, dan minum antikoagulan atau aspirin.
Benarkah Rusia menemukan bakteri pada mayat pasien positif COVID-19, dan beberapa hal lain seperti disebut dalam pesan berantai itu?
Penjelasan
Situs Kementerian Kesehatan Rusia justru menyebut penyakit COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan bukan karena bakteri yang terkena radiasi.
Kantor Berita Reuters menyebut klaim bahwa COVID-19 disebabkan oleh bakteri dan hanyalah trombosis merupakan hoaks.
Para peneliti melaporkan salah satu dari banyak efek COVID-19 adalah peradangan dan pembekuan darah yang tidak normal.
Namun, pembekuan darah hanyalah salah satu dari banyak efek COVID-19, karena COVID-19 tidak identik dengan trombosis.
Sementara, saran konsumsi tablet antibiotik, anti-inflamasi, dan minum antikoagulan tidak efektif melawan infeksi virus. Obat-obat itu disarankan hanya untuk pasien COVID-19 yang juga mengalami infeksi bakteri.
WHO bahkan menyebut antibiotik tidak untuk melawan virus.
Klaim: Rusia temukan bakteri saat otopsi pasien COVID-19
Rating: Salah/Disinformasi
Cek fakta: Bakteri COVID-19 membuat pembuluh darah melebar dan membeku?
Baca juga: Rusia kembali perketat prokes menyusul sikap abai warga pada pandemi
Baca juga: Warga Moskow diawasi 380 ribu CCTV selama pandemi
Pewarta: Tim JACX
Editor: Anton Santoso