Tarakan (ANTARA) - Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Kalimantan Utara, Udau Robinson mengatakan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) 
diharapkan rampung tahun 2022 meski sempat terhambat, namun terus berlanjut, dibangun di wilayah perbatasan ini telah tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2019.

“Ada empat PLBN yang telah ada progress pembangunan fisiknya. Dari informasi dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kaltara di Februari," kata Udau di Tanjung Selor, Bulungan, Rabu.

Dia menjelaskan bahwa untuk 
progress pengerjaan fisik PLBN Sei Pancang telah berjalan 86,01 persen, diharapkan tahun 2022 pembangunannya bisa diselesaikan.

Pembangunan PLBN Terpadu Sei Pancang mulai dikerjakan sejak 24 Februari 2020 dengan target selesai pelaksanaan pertengahan tahun ini. PLBN Sei Pancang dibangun di atas lahan seluas 68.169 meter persegi oleh BPPW Provinsi Kaltara, Ditjen Cipta Karya.

“Kita berharap targetnya pada bulan Juni mendatang pembangunannya sudah selesai,” katanya.

Udau mengatakan bahwa pembangunan pos perbatasan terbagi menjadi zona inti dan zona pendukung yang meliputi bangunan utama setinggi tiga lantai seluas 5.613 meter persegi.

Kemudian mess pegawai setinggi dua lantai dengan luas 1.904 meter persegi dan Wisma Indonesia setinggi dua lantai seluas 1.888 meter persegi.

Selanjutnya untuk mendukung operasional juga dibangun ticketing dan selasar, tower air, tempat pengelolaan sampah, jembatan, utilitas dan plaza, jalan dan pedestrian serta pagar keliling.

PLBN Sei Pancang disebut mengembangkan konsep infrastruktur hijau melalui penataan landscape, penanaman pohon dan rumput serta roof garden untuk bangunan bertingkat.

Udau menjelaskan, kondisi pandemi telah melanda Indonesia tidak berpengaruh terhadap pembangunan konstruksi PLBN Sei Pancang. Hal ini didukung oleh akses dan ketersediaan bahan material yang terpenuhi.

Namun efek pandemi berimbas terhadap pembangunan PLBN Long Midang. Hingga saat ini progres fisik pembangunannya baru berjalan 5,62 persen. 

Hal Ini terhambat lantaran kesulitan mendapatkan bahan material fisik yang masih bergantung pada Malaysia.

“Karena adanya penutupan akses di Malaysia, kita kesulitan mendapatkan bahan material,” katanya.

Sedangkan, untuk PLBN Long Nawang telah mecapai 35,22 persen menyusul PLBN Labang 29,26 persen. 

Dari data yang dihimpun, kendala pembangunan PLBN Long Nawang adalah faktor alam/ intensitas curah hujan yang berdampak pada kelancaran suplai material maupun alat berat ke lokasi proyek.

Untuk PLBN Labang yang terletak di Lumbis Pansiangan, kendala tidak jauh berbeda dengan PLBN lainnya, kendala dalam menyalurkan material menjadi yang utama termasuk keadaan alam. 

Jalur sungai dan giram menjadi jalur utama dan satu-satunya menuju Lumbis Pansiangan dan PLBN Labang sehingga beresiko dalam menyuplai material.

Ia berharap pembangunan PLBN Sei Pancang yang sudah melebihi 50 persen ini dapat lebih cepat lagi, sehingga dapat segera difungsikan dalam rangka menunjang pelayanan masyarakat yang ada di perbatasan khusunya di wilayah Sebatik, Nunukan.
Baca juga: Persemaian Permanen Modern Mangrove Pertama di Indonesia Akan Dibangun di Kaltara
Baca juga: Rehabilitasi Mangrove di Kaltara akan Dikucurkan Dana Rp95 Miliar
 

Pewarta : Redaksi
Editor : Susylo Asmalyah
Copyright © ANTARA 2024