Tarakan (ANTARA) - Kalimantan Utara  telah  telah menerapkan program  Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) melalui berbagai kegiatan dari kota hingga desa, pedalaman dan perbatasan.

Hal itu diungkapkan Staf Ahli Gubernur Kaltara, Syahrullah Mursalin saat membuka "stakeholder meeting provinsi program TPBIS"  di Hotel Luminor, Tanjung Selor, Kamis.

Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial merupakan perubahan inovasi dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bertujuan untuk penguatan literasi masyarakat dan pemerataan informasi, untuk peningkatan kesejahteraan.

Ia mengatakan dari program TPBIS itu telah diterapkan dari kota hingga ke desa, pedalaman dan perbatasan karena sejak tahun lalu telah ditandatangi SK Gubernur Kaltara terkait tim sinergi Kaltara. 

Diharapkan dalam waktu dekat bisa ditindaklanjuti dengan surat edaran Gubernur Kaltara kepada bupati dan wali kota se-Kaltara untuk mendorong lurah dan kepala desa untuk mengalokasikan anggaran dalam rangka pengembangan perpustakaan desa dan kelurahan

Selain itu,  secara bertahap dilakukan pendekatan membangun jejaring dengan OPD serta unsur lain seperti perguruan tinggi, swasta, media massa serta pihak lain yang memiliki komitmen sama untuk mengembangkan program.

Tujuan kebijakan TPBIS adalah untuk meningkatkan literasi informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat peran dan fungsi perpustakaan. 

Telah diterapkan program itu diakui Pustakawan Ahli Muda Perpusda Kaltara Aji Fika Trisnawaty. Dicontohkan di Bulungan perpusda menggelar pelatihan Bahasa Inggris untuk anak-anak serta Pendidikan karakter anak melalui nonton bareng film. 

Sementara di Tarakan digelar pelatihan kuliner ekonomis, pelatihan desain produk serta pelatihan kaligrafi bagi siswa.

Untuk tingkat desa, seperti Perpusdes Gunung Putih menggelar pelatihan komputer bagi warga desa dan pelatihan pascapanen kelapa. Sedangkan Perpusdes Sungai Nyamuk menggelar sosialisasi perilaku hidup sehat, pelatihan menari serta belajar menulis karya ilmiah.

“Penguatan literasi tidak bisa dilakukan sendiri oleh perpustakaan karena keterbatasan yang dimiliki. Perlu ekosistem yang  mendukung agar berjalan secara berkelanjutan," kata Aji Fika.

Semua pemangku kepentingan memiliki peran dalam menciptakan SDM berkualitas lewat penguatan literasi masyarakat.

“Ke depan perpustakaan akan proaktif untuk dapat membantu individu dan masyarakat dalam mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri dan membantu meningkatkan jejaring sosial. Perpustakaan juga mendukung komunitas, orang dewasa dan keluarga untuk belajar di perpustakaan,” ujarnya.

Baca juga: Dorong transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial butuh komitmen semua "stakeholder"
Baca juga: Tata strategi perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltara gelar rakor

Pewarta : Susylo Asmalyah
Editor : Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2024