Tarakan (ANTARA) - Perlengkapan alat pengeboran minyak Pertamina EP (PEP) Tarakan Field terlihat kokoh berdiri  di sumur minyak Pamusian yakni PAM 17.1 dan PAM 17.4 di Jalan Pepabri berlokasi Kampung Satu Skip, Tarakan, Kalimantan Utara.

Para Pertamina Wira (Perwira) atau pekerja Pertamina terlihat menatap besi - besi alat pengeboran dan siap untuk bekerja untuk mendapatkan hidrokarbon. Kegiatan pengeboran dilakukan usai Wali Kota Tarakan, Khairul bersama Field Manager Pertamina EP (PEP) Tarakan Field Isrianto Kurniawan dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) meresmikan dimulainya tajak sumur minyak di Pamusian yakni PAM 17.1 dan PAM 17.4 di Tarakan, Selasa (1/11). 

PEP Tarakan Field, bagian dari Zona 10 Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina mulai mengebor dua sumur minyak dengan  melakukan tajak sumur Pamusian PAM 17.1 dan PAM 17.4.

"Tajak Sumur Pamusian PAM-17.4 ini merupakan sumur pemboran Pertamina Tarakan Field yang kedua dari lima sumur yang ditargetkan tahun 2022," kata Field Manager PEP Tarakan Field Isrianto Kurniawan saat proses Tajak Sumur di Tarakan.

Dari lokasi tajak atau pengeboran lurus sumur minyak yang berjarak sekitar 200 meter dari jalan umum dengan lokasi agak tinggi ditempuh dengan menggunakan mobil milik Pertamina dan harus melapor ke petugas keamanan Pertamina yang ada di depan area jalur masuk.

Para Perwira dengan menggunakan baju seragam serta dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD), mulai dari helm yang bagian belakangnya bertuliskan "Teman (Tegur Saya Ketika Tidak Aman)", kacamata kerja serta sepatu pengaman.

Sekitar sumur minyak PAM 17.1 dan PAM 17.4  beberapa pekerja terlihat berada di dekat sumur minyak tersebut. Di lokasi tersebut terlihat banyak bebatuan bercampur tanah liat, jika hujan lokasi semakin becek.

Sebanyak 100 Perwira yang sebagian besar adalah warga Tarakan akan mengerjakan pengeboran pada dua sumur minyak tersebut selama 32 hari. Mereka terbagi atas dua shift kerja mulai pukul 06.00 - 18.00 WITA dan 18.00 - 06.00.  Bila sirine dari PEP Tarakan Field mulai berbunyi dan terdengar di seluruh Kota Tarakan pada pukul 06.00 WITA menandakan para Perwira mulai masuk kerja dan melakukan aktifitas pengeboran.

Dalam menjalankan operasi dan produksi, PEP Tarakan Field senantiasa mengutamakan aspek Health, Safety, Security and Environmental (HSEE). Peningkatan kinerja HSSE akan mendukung operasi migas yang selamat, efektif, handal, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Harapannya tajak sumur ini akan memberikan kontribusi produksi sebesar 400 barel minyak perhari (BOPD) hingga dapat menjadi bagian dalam upaya ketahanan energi nasional.  Saat ini produksi minyak Tarakan Field berkisar di angka 2.700 BOPD dan produksi gas mencapai 2.90 MMSCFD dengan pendapatan sebesar 26,2 juta dolar AS.

Hal tersebut membuktikan masih adanya hidrokarbon di beberapa wilayah Tarakan, selain itu lapangan kerja terbuka beberapa masyarakat yang dapat bekerja di proyek pengeboran sumur minyak ini.  "Itu semangat kita sustainable untuk kemaslahatan warga Tarakan. Diharapkan berjalan lancar tidak adan kecelakaan kerja," kata Isrianto.

Hampir lima tahun PEP Tarakan Field tidak melakukan pengeboran di sumur minyak baru di Tarakan dan saat ini sudah dilakukan.
Hal tersebut sebagai wujud upaya Pertamina untuk terus berinvestasi dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi migas dari aset-aset yang dikelola.

Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diberi amanah tugas negara untuk mencari, memproduksikan minyak dan gas demi ketahanan energi nasional, untuk mendukung target satu juta barel minyak dan 12 miliar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030.

Dalam sejarah Kota Tarakan sebagai salah satu daerah penghasil migas di Indonesia, dulunya merupakan wilayah yang “seksi” oleh kaum penjajah.  Julukan Tarakan sebagai “Pearl Harbor” Indonesia, dikarenakan pada 11 Januari 1942 sumber minyak Tarakan dikuasai oleh Jepang dari Belanda. Jepang yang akan berusaha melakukan imperialisme Asia Timur Raya salah satunya ke Tarakan, sebulan setelah menyerang Pangkalan Angkatan Laut Amerika Pearl Harbor di Hawai.

Bila menelusuri beberapa wilayah di Tarakan, terlihat beberapa pompa angguk (sucker rod pump) yang bergerak turun naik.  Pompa angguk tersebut merupakan salah satu saksi sejarah dari kejayaan minyak dan gas (migas) di Tarakan oleh Bataavishe Petroleum Maatchapij (BPM) perusahaan minyak milik Pemerintah Belanda.

Sampai saat ini, beberapa sumur minyak di Tarakan masih menghasilkan minyak dan gas, walaupun jumlah tidak sebanyak dulu. Namun setidaknya dapat mencukupi kebutuhan warga Tarakan misalnya gas untuk PLN serta PGN bagi program Gas Kota  sejak 2011 dan saat ini telah dinikmati di 16 kelurahan mencakup 34.145 Kepala Keluarga di Tarakan.

Pekerja lokal mendominasi

Pengeboran sumur minyak pada dua sumur yakni PAM 17.1 dan PAM 17.4 diharapkan produksinya sesuai target yakni 400 barel perhari.  Pada tahap awal yang dilakukan pengeboran pada sumur minyak PAM 17.4.

"Bila nanti sumber dan hasil observasi baik akan dilanjutkan ke sumber kedua 17.1. Saat ini dimulai dari 17.4 rencana awal ada empat titik pengeboran targetnya memang dua sumur terlebih dahulu," kata salah satu pekerja Zona 10 Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, Haltari A. Sagala saat ditemui di lokasi pengeboran sumur minyak PAM 17.1 dan PAM 17.4.

Selanjutnya akan dilakukan observasi lagi, bila hasilnya cukup baik akan dilanjutkan ke fase berikutnya. Harapan potensinya minyak besar sesuai harapan yang diinginkan. Dari target 400 barel perhari untuk satu sumur semoga sesuai dengan harapan target minyak. Namun mengacu pada prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).

Dia mengungkapkan bahwa pengeboran sumur minyak untuk PAM 17.4 untuk kedalaman 1.430 ft,  jika ada perubahan akan ada penambahan atau pengurangan kedalaman.  Demikian juga untuk estimasi waktu pengeboran 32 hari bisa maju bisa mundur, juga dipengaruhi oleh cuaca.

Proyek pengeboran sumur minyak di Tarakan terakhir dilakukan pada tahun 2018, saat ini dilakukan kembali untuk dua sumur minyak. Dimana para Perwira adalah dominasi warga Tarakan.

Sementara itu, Wali Kota Tarakan Khairul menyampaikan selamat kepada Pertamina yang telah bekerja keras sehingga aktifitas pengeboran ini dapat dimulai.

Ia pun mengapresiasi operator yang telah berkomunikasi dan berkoordinasi secara erat dengan warga sekitar dan unsur pemerintah. Sebagai informasi, pengeboran ini merupakan pengeboran sumur baru perdana di Kota Tarakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. 

“Semoga kedua sumur ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pemenuhan target produksi migas dalam negeri yang dipatok oleh Pemerintah yaitu 660 ribu barel minyak dan 1,05 juta barel setara minyak untuk produksi gas,” kata Khairul.

Terkait operasi pengeboran sumur minyak PAM 17.1 dan PAM 17.4 Camat Tarakan Tengah Andry Raung mengatakan bahwa luas lokasi pengeboran sumur minyak ini sekitar 13 hektare. Selama setahun ini pihaknya bersama Lurah Kampung Satu Sijabat melakukan pendekatan kepada warga secara persuasif.

"Kami hanya memfasilitasi warga - warga yang aset di wilayah operasi sumur, sedangkan mengenai harga merupakan wewenang Pertamina yang menggunakan tim appraisal menginventarisir warga yang lahannya terpakai dan terdampak mendapat ganti rugi dari tim penilai  Pertamina," kata Andry.

Proyek ini telah dilakukan pembebasan lahan di dua RT sekitar wilayah operasional yakni RT 6 dan RT 8.  Harapannya agar Pertamina memberdayakan warga sekitar dalam operasional pengeboran sumur minyak juga dipenuhi oleh perusahaan.

Diharapkan proyek ini meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dana Bagi Hasil (DBH) migas, karena salah satunya untuk kesejahteraan masyarakat masyarakat Kelurahan Kampung Satu pada khususnya serta Tarakan pada umumnya.

Dengan adanya operasi pengeboran sumur minyak baru ini dapat meningkatkan DBH Sumber Daya Alam untuk migas untuk Tarakan, saat ini di Kaltara untuk DBH migas Tarakan tertinggi.

Pada semester II 2022 DBH Sumber Daya Alam untuk migas, dimana Pemprov Kaltara tercatat Rp5.084.870.000,-, Bulungan tercatat Rp5.332.577.000,-, Malinau tercatat Rp2.542.435.000,-, Nunukan tercatat Rp3.183.054.000,-, Tarakan tercatat Rp6.854.334.000,- dan Tana Tidung tercatat Rp2.608.051.000,-.

DBH merupakan kontributor penting dalam struktur pendapatan daerah, mengingat peran pendapatan asli daerah terhadap pembiayaan belanja daerah yang relatif kecil. Idealnya, apa yang diambil dari daerah tersebut, maka seharusnya memberikan manfaat yang optimal bagi kelangsungan hidup masyarakatnya.

Perlu dukungan

Lapangan Tarakan adalah lapangan yang masih memiliki potensi besar yang perlu dikelola dengan baik dengan harapan sumur Pamusian ini akan dapat meningkatkan produksi di Tarakan.

"Perlu dukungan penuh stakeholder dalam kelancaran proses ini dan saya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan pengeboran Pamusian ini," kata General Manager Pertamina Hulu Indonesia Zona 10 Djujuwanto.

Dapat dilihat potensi besar ini akan meningkatkan produksi nasional nantinya dan Pertamina akan tetap menjaga keberlangsungan lingkungan sekitar dengan melakukan penanaman pohon langka pohon Tarap yang rutin dilakukan dari tahun 2021 hingga sekarang.

Sementara itu, Community Development Officer PEP Tarakan Field M. Abrar Putra Siregar mengatakan di daerah operasi sumur minyak Pamusian Pertamina sudah melakukan pelestarian tanaman endemi tarap (Artocarpus Odoratissimus).

Ada sebanyak 573 bibit pohon tarap yang sudah ditanam di Kelurahan Kampung Satu Skip, sedangkan untuk mangrove sudah ditanam sebanyak 25.000 bibit pohon seluruh Tarakan.  Selain itu, Pertamina telah berhasil mengelola kawasan mangrove dan bekantan dan pengembangan kawasan taman anggrek.

Hal ini mendukung pemerintah terkait konservasi keanekaragaman hayati serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). Utamanya pada ekosistem daratan dan kemitraan untuk mencapai tujuan.
Baca juga: Patriotisme Energi Untuk Anak Bangsa di Batas Negeri
Baca juga: Pertamina Patra Niaga membantu penanganan stunting di Tarakan
 
 

Pewarta : Redaksi
Editor : Susylo Asmalyah
Copyright © ANTARA 2024