Tarakan (ANTARA) - Wali Kota Tarakan Khairul mengingatkan agar wujud kerukunan beragama tidak hanya ditunjukkan dalam acara seremonial, namun yang penting tertanam di hati dan diimplementasikan.
“Harapan kami dari pemerintah mudah-mudahan ini tidak hanya pada tatanan formalitas saja. Kerukunan itu yang paling penting di hati sehingga perlu upaya sungguh-sungguh dan berkesinambungan menjaga silaturahim," katanya di Tarakan, Senin.
Hal itu menanggapi berbagai upaya dari kelompok kepentingan dalam menjaga kerukunan umat, termasuk melalui jalan sehat yang digelar Kantor Kementerian Agama bersama Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Tarakan di Vihara Fajra Bumi Dwipa, akhir pekan lalu.
Menurutnya kerukunan tidak bisa hanya dalam bentuk simbolis, namun tertanam di hati dan dilaksanakan dalam bentuk implementasi.
Para tokoh agama telah mencontohkan wujud kerukunan beragama. Namun Wali Kota berharap implementasinya sampai kepada masyarakat.
“Mudah-mudahan apa yang sudah ditunjukkan para tokoh-tokoh agama ini diikuti juga oleh para pengikutnya,” kata Khairul.
Wali Kota bersyukur, kerukunan umat beragama yang terjalin selama ini membawa Tarakan senantiasa dalam kondisi yang kondusif.
Jalan sehat yang digelar menunjukkan terjalinnya kebersamaan dan kerukunan umat beragama dengan baik. Karena itu, Wali Kota mengapresiasi atas digelar kegiatan tersebut.
Dalam kegiatan itu juga dilaksanakan deklarasi kerukunan beragama yang disampaikan tokoh dari enam agama dan kepercayaan yang diakui pemerintah.
Khairul juga memberikan apresiasi di tengah kehidupan Kota Tarakan yang heterogen baik itu agama maupun suku, tetapi semangat kebersamaan dan kerukunan telah ditunjukkan seluruh masyarakat dengan sangat baik.
“Hal tersebut harus terus kita pertahankan sehingga keamanan Kota Tarakan dapat terjaga dengan baik," katanya.
Apresiasi juga diberikan, atas pengucapan Deklarasi Damai Umat Beragama yang dilakukan dan ditandatangani seluruh penganut agama.
Sebagai komitmen bersama untuk merawat kebhinikaan, mengukuhkan Gerakan Moderasi, menghindari segala bentuk aktivitas yang mengakibatkan pembelahan sosial dan berkomitmen untuk tidak menggunakan rumah ibadah sebagai aktivitas politik.