Surabaya (ANTARA) - Ratusan rektor dan ketua yayasan dari berbagai kampus/perguruan tinggi di Indonesia mempelajari tiga fitur pembelajaran berbasis AI yang diluncurkan SEVIMA (perusahaan teknologi pendidikan/Edutech) di Surabaya, Kamis.
"Tiga fitur pembelajaran berbasis AI itu memfasilitasi cara belajar Gen-Z di perguruan tinggi, karena itu perguruan tinggi saat ini harus beradaptasi, agar kekurangan pendaftar," kata CEO SEVIMA, Sugianto Halim, M.M.T., di hadapan rektor/ketua yayasan se-Indonesia.
Tiga modul pembelajaran Gen-Z di bangku perguruan tinggi yang diluncurkan perusahaan Edutech yang memfasilitasi digitalisasi kampus kepada lebih dari 1.200 kampus se-Indonesia itu adalah Edlink for Business, Presensi Berbasis AI, dan Fitur SPMI.
Fitur pertama, EdLink For Business merupakan pengembangan dari Learning Management System (LMS) EdLink yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengkoordinasi proses pelatihan karyawan baru, peningkatan dan pengembangan karyawan, maupun program pelatihan dan sertifikasi karyawan maupun masyarakat. Fitur ini penting karena pembelajaran mahasiswa bisa sepanjang hayat.
Fitur kedua, Presensi Berbasis AI merupakan teknologi terbaru yang meningkatkan kecepatan dan ketepatan presensi dengan mencocokkan wajah mahasiswa dengan data yang ada di database.
Jadi mahasiswa dan dosen tidak perlu repot mengelola presensi dengan cara tanda tangan manual atau input data di suatu laman. Cukup scan wajah, maka telah terdeteksi hadir suatu perkuliahan.
Fitur yang ketiga, SPMI merupakan solusi yang memudahkan perguruan tinggi dalam melaksanakan dan memantau siklus kegiatan SPMI (penjaminan mutu) dengan panduan empat dokumen penjaminan mutu, yang integrasi dengan sistem informasi akademik, dukungan evaluasi untuk kegiatan audit mutu internal, dan fitur laporan implementasi SPMI untuk kebutuhan pelaporan ke Kemendikbudristek.
Peluncuran Fitur Berbasis AI itu diapresiasi Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MScEng PhD IPU AEng. "Gen-Z itu cepat berubah baik keinginan dan cita-citanya. Kecenderungan mahasiswa yang mudah bosan itu perlu ditangkap oleh kampus," katanya.
Ke depan, katanya, perguruan tinggi memang tidak harus mengandalkan hanya pada banyaknya jumlah mahasiswa yang tercatat sedang kuliah, tapi juga harus mencari terobosan baru dengan memberikan peluang kursus-kursus bersertifikat yang disiapkan kampus.
Selain itu juga kerja sama dengan industri, sehingga mahasiswa tetap bertahan di kampus untuk meningkatkan kemampuan atau skill, sekaligus menambah pendapatan kampus.
Baca juga: Sekjen PBB: AI tidak boleh berpihak pada peningkatan kesenjangan
Baca juga: BTL Aesthetics hadirkan alat pengencang wajah berteknologi AI
Selain itu juga kerja sama dengan industri, sehingga mahasiswa tetap bertahan di kampus untuk meningkatkan kemampuan atau skill, sekaligus menambah pendapatan kampus.
Baca juga: Sekjen PBB: AI tidak boleh berpihak pada peningkatan kesenjangan
Baca juga: BTL Aesthetics hadirkan alat pengencang wajah berteknologi AI