Malinau (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Malinau memberikan apresiasi tinggi terhadap penampilan masyarakat Adat Bulungan yang menampilkan prosesi adat perkawinan lengkap di Panggung Budaya Padan Liu’ Burung, Kamis.
Pagelaran yang menjadi bagian dari Festival Budaya IRAU ke-11 dan HUT ke-26 Kabupaten Malinau ini menghadirkan rangkaian adat mulai dari Berseruan (melamar), Berkompol Ngempada (berkumpul bersama), Ngantot Tanda (mengantar cendera mata), Nantot Sangot (antar jujuran), malam berpupur (malam pupuran), hingga prosesi akad nikah.
Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H., dalam sambutannya menilai, prosesi adat Bulungan tersebut bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi cerminan nilai luhur yang diwariskan leluhur dan menjadi bagian penting dari jati diri masyarakat Kalimantan Utara.
“Hari ini kita kembali menyaksikan salah satu etnis di Kabupaten Malinau yang menampilkan begitu kayanya warisan budaya. Dari cara menggendong, mengangkat, hingga tarian yang mengiringi, semuanya menunjukkan betapa dalamnya nilai-nilai budaya Bulungan,” ujar Bupati Wempi.
Bupati juga mendoakan pasangan simbolis dalam prosesi adat itu agar kelak benar-benar disatukan dalam pernikahan yang penuh berkah.
“Saya dengar keduanya memang saling jatuh cinta. Semoga benar-benar bersatu sebagai suami istri yang menjadi teladan dan membawa keberkahan bagi keluarga,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Dalam kesempatan itu, Bupati Wempi menegaskan bahwa pelestarian budaya merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Daerah dalam menjaga identitas masyarakat di tengah derasnya arus modernisasi dan digitalisasi.
“Budaya adalah identitas kita. Tradisi boleh tua, tapi nilainya abadi. Karena itu, generasi muda Bulungan harus terus berbangga dan menjaga warisan ini,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa hubungan historis antara Malinau dan Bulungan telah terjalin erat sejak lama, bahkan sebelum Malinau berdiri sebagai daerah otonom.
“Dulu Malinau adalah bagian dari Kabupaten Bulungan. Jadi, silaturahmi dan kebersamaan ini harus terus kita rawat,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Adat Bulungan Kabupaten Malinau, Datuk Misrah, menyampaikan bahwa penampilan prosesi adat ini merupakan bentuk pelestarian tata cara perkawinan tradisional Bulungan sekaligus memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat luas.
“Kami juga mempersembahkan seni tari pesisir agar generasi muda tidak melupakan akar budayanya,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Lembaga Adat Bulungan telah aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan budaya dan pernah mencatat sejumlah rekor MURI, seperti Busek Malai tertinggi dan Nasi Rasul tertinggi.
“Harapan kami, penampilan ini menjadi bagian dari sejarah budaya Malinau,” ujarnya.
Pagelaran seni budaya Bulungan menutup hari ke-10 Festival IRAU dengan penuh kesan.
Pemerintah Daerah menilai keikutsertaan berbagai etnis, termasuk Bulungan, menjadi bukti nyata bahwa Malinau adalah rumah bagi keberagaman dan pelestarian budaya lintas suku di Kalimantan Utara.
Baca juga: Lembaga Adat Bulungan Tampilkan Prosesi Adat Perkawinan Pada Festival Irau Malinau
Baca juga: Target Perputaran Uang di Festival Budaya Irau Malinau Sebesar Rp50 Miliar