Tanjung Selor (ANTARA) - Jika dulu gerakan terorisme di Kalimantan Utara harus senyap karena sebagai pintu gerbang --kawasan perbatasan-- tetapi ke depan justru berpotensi jadi target, terkait posisi sebagai penyangga ibu kota negara (IKN) Kalimantan Timur.

"Potensi terorisme di Kaltara kian besar sejak diumumkan IKN," kata 
Ketua FKPT Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara Usman Faqih di Tanjung Selor, Jumat.

Hal itu disampaikannya dalam Monitoring Pelibatan Masyarakat Dalam Pencegahan Terorisme Melalui FKPT.

Ia menjelaskan bahwa ada dua hal yang tidak bisa diubah, yakni sejarah dan fakta bahwa Kalimantan Utara adalah kawasan perbatasan.

Kalimantan utara berdasarkan pengakuan sejumlah teroris yang tertangkap adalah "pintu gerbang", masuk dan keluar anggota.

Dalam dunia intelijen, kegiatan mereka adalah gerakan senyap di Kaltara bukan untuk menarik perhatian dengan serangan seperti Jakarta atau Bali.

Sebelumnya terbongkar beberapa kasus warga yang radikalisme dan terorisme di berbagai daerah Kaltara.

Letak geografis dengan dengan Malaysia dan Filipina membuat kawasan ini rawan kasus penyelundupan, peredaran narkotika dan senjata api.

"Kaltara bukan target serangan tapi ke depan akan jadi sasaran, hal itu terkait status Kaltara sebagai penyangga IKN baru," katanya.

Pertanyaannya, kata dia, siapkan menghadapi kemungkinan tersebut.

Jawabannya, imbuh dia, perlu penguatan berbagai lini serta keterlibatan semua pihak dalam mengantisipasi gerakan radikalisme dan terorisme.

"Terkait hal itu, menjadi tugas berat bagi semua pihak, khususnya TNI, Polri dan FKPT sendiri," katanya.

Hadir dalam acara itu, Rektor Universitas Borneo Tarakan Prof. Dr. Drs. Adri Patton, M.Si. Selain memberikan masukan-masukan bagi FKPT juga menjadi salah satu formatur untuk memilih pengurus baru FKPT Kaltara.

Baca juga: Saring Informasi, Cegah Radikalisme dan Terorisme
Baca juga: Kaltara Membedah Radikalisme

 

Pewarta : Redaksi
Editor : Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2024