Tanjung Selor (ANTARA) - Bertempat di Ruang Pertemuan Gedung Gabungan Dinas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara), Gubernur Dr H Irianto Lambrie membuka seminar pengelolaan warisan Kesultanan Bulungan sebagai produk industri wisata Kalimantan Utara, Selasa (29/10).
Melalui seminar yang diikuti oleh para tokoh adat, akademisi, budayawan hingga kerabat Kesultanan Bulungan ini, diharapkan dapt mengangkat warisan kesultanan Bulunan untuk menjadi simbol wisata di Kaltara.
Baik itu dalam penyelenggaraan duta wisata, lambang duta wisata, hingga baju adat Kalimantan Utara.
“Saya menyambut baik kegiatan ini. Sebagai salah satu upaya kita mengembangkan pariwisata di Kaltara. Saya harap, seminar ini tidak hanya sekedar berdiskusi, apalagi hanya untuk memenuhi kegiatan yang sudah diagendakan. Tapi harus ada manfaatnya,” kata Gubernur.
Kenapa harus Kesultanan Bulungan? Menurut Irianto, melalui seminar ini diharapkan akan ada penjelasan dengan rinci, agar tidak ada kesalah pahaman di masyarakat.
Ditegaskan, Kesultanan Bulungan merupakan bagian dari sejarah Bangsa Indonesia. Kesultanan Bulungan, sebutnya, merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang pada masanya, cukup besar.
Bahkan wilayahnya tak hanya meliputi Kalimantan bagian utara, tapi hingga Sabah, bahkan sebagian Filipina.
“Sehingga wajar jika kita melestarikan budaya Kesultanan Bulungan. Bahkan nanti menjadi ikon Kaltara,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi, kata Gubernur, sudah memfasilitasi untuk mengangkat kembali warisan Kesultanan Bulungan.
Salah satunya, rencana membangun Keraton Kesultanan Bulungan. Meski saat ini masih terkendala dengan lahan.
“Saya juga sudah membentuk tim yang diketuai oleh Asisten I untuk mempercepat realisasi pembangunan Keraton Kesultanan Bulungan. Termasuk koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,” kata Irianto.
Berkaitan dengan seminar tersebut, Gubernur berharap akan menghasilkan sebuah rumusan yang baik.
Juga diminta untuk tidak ada menimbulkan perdebatan yang tidak perlu.
“Tidak dipungkiri, selain Bulungan, di Kaltara ada beberapa etnis lainnya. Seperti Dayak, juga Tidung. Saya berharap ini diakomodir. Diinventarisir. Seperti contoh dalam baju adat, nanti bisa dikombinasikan,” katanya lagi.
Lebih jauh Gubernur mengungkapkan, berbicara tentang pariwisata, tak hanya pembangunan. Namun pariwisata sebagai industri.
Apalagi di era modern seperti sekarang. Dari sektor pariwisata memberikan banyak dampak postif. Termasuk dari segi ekonomi.
“Selain memberikan pendapatan secara langsung, juga mempengaruhi sektor lainnya. Seperti jasa transportasi, perhotelan dan lain-lain. Termasuk industri kecil. Sehingga akan mendorong kesejahteraan masyarakat,” ujar Gubernur.
Disebutkan, ada beberapa hambatan yang masih perlu dibenahi, dalam mengembangkan pariwisata.
Tak terkecuali di Kaltara, antara lain, yang pertama adalah SDM (sumber daya manusia). Baik dalam hal kemampuan mengelola, maupun mindset atau pola pikir masyarakat.
“Pola pikir harus diubah ke arah maju. Utamanya bagaimana menjadikan masyarakat kita berperilaku disiplin. Dengan disiplin, daerah akan tertib. Tak terkecuali dalam hal kebersihan. Contoh di Singapura, di sana bersih, masyarakatnya disiplin. Sehingga pariwisatanya maju. Banyak orang suka berkunjung ke sana,” kata Irianto.
Persoalan kedua, lanjutnya, infrastruktur. Harus diakui infrastruktur di Kaltara masih terbatas.
Namun harus tidak dipungkiri juga, jika infrastruktur di provinsi bungsu ini, sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Seperti jalan, jembatan, hingga sarana dan prasarana transportasi.
“Dan itu akan menjadi prioritas untuk terus kita tingkatkan,” tandasnya.
Terakhir yang tak kalah penting adalah marketing, promosi.
“Karena pariwisata, adalah bagaimana kita bisa mendatangkan orang ke Kaltara. Untuk itu, selain meningkatkan SDM, membenahi infrastruktur, dan bagaimana pengelolaan objek wisata, juga diperlukan promosi,” imbuh Gubernur.