Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai penandatanganan kesepakatan fase satu antara Amerika Serikat dan China memang menjadi sentimen positif di pasar modal, namun euforia akan hal tersebut diprediksi hanya berjangka pendek di pasar.

"Sebenarnya masih banyak perbedaan kedua negara dan masalah tarif masih menjadi hambatan kedua negara," ujar Hans Kwee di Jakarta, Sabtu.

Minggu ini pasar diwarnai sentimen positif penandatanganan kesepakatan perdagangan fase pertama AS-China.

Kementerian Perdagangan China mengatakan Wakil Perdana Menteri Liu He akan ke Washington (AS) untuk menandatangani perjanjian tersebut, yang dicapai sebelum akhir tahun lalu.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya juga mengatakan kesepakatan itu akan ditandatangani Rabu (15/1) depan.

Sementara itu, tensi Timur Tengah turun sesudah insiden pembunuhan sosok kedua terpenting di Iran Jenderal Qassem Soelaimani.

Serangan lebih dari selusin rudal balistik sebagai balasan Iran ke pangkalan udara Irak yang menampung pasukan Amerika tidak memakan korban.

Menteri Luar Negeri Iran Mohamad Javad Zarif mengatakan bahwa Iran tidak mencari eskalasi atau perang, tetapi akan membela diri terhadap agresi apapun.

Presiden Trump mengatakan Iran tampaknya "mundur" setelah negara itu menyerang pangkalan udara Ain al-Asad. Presiden Trump menambahkan AS akan segera menjatuhkan sanksi ekonomi tambahan terhadap rezim Iran.

Menteri luar negeri China minggu lalu juga memberikan tanggapan yang meredakan tensi dengan menentang penggunaan kekuatan militer dalam konflik AS-Iran.

"Nampaknya tensi konfik AS-Iran mungkin akan mereda. Tetapi faktor kejutan masih sangat mungkin terjadi seperti statement dan potensi konflik," kata Hans Kwee.

Selain itu, Brexit masih menjadi berita dari kawasan Eropa. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melakukan pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Rabu (8/1) lalu.

Dalam pertemuan diberitakan Inggris tidak akan memperpanjang masa transisinya untuk keluar dari Uni Eropa, tetap pada Desember 2020.

Hal berbeda disampaikan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mengatakan Inggris pada dasarnya tidak mungkin menegosiasikan semua aspek hubungan masa depan dengan Uni Eropa pada akhir 2020.

Pemimpin blok yang baru saja ditunjuk itu juga mengatakan hubungan antara kedua negara tidak bisa dan tidak akan sama dengan sebelumnya.

Menurut Hans Kwee, hal tersebut mungkin meningkatkan risiko Brexit tanpa kesepakatan yang kuat dan jelas.

"Dari beberapa hal di atas kami perkirakan minggu depan IHSG berpeluang konsolidasi menguat," ujar Hans Kwee.

Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup menguat tipis

Baca juga: Kemarin, tindak "saham gorengan" hingga harapan BI pada Mari Pangestu


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah


Pewarta : Redaksi
Editor : Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2024