Nunukan (ANTARA) - Pedagang bumbu masak di Pasar Yamaker Kelurahan Nunukan Barat Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Minggu membenarkan terjadinya penurunan harga cabai rawit pada tingkat pengecer.
Wati, pedagang bumbu masak di Pasar Yamaker menjelaskan, sebelumnya harga cabai rawit asal Sulsel sempat tembus pada kisaran 80.000 per kilo gram dan cabai rawit lokal seharga Rp90.000 per kilo gram.
Penurunan harga sejak pekan ini diperkirakan karena KM Thalia sudah tiba dari Parepare, Sulsel pekan lalu dengan mengangkut banyak cabai rawit hingga puluhan ton.
Besarnya pasoka dari Sulsel tersebut menyebabkan harga cabai rawit langsung turun dari Rp80.000 per kilo gram menjadi Rp60.000 per kilo gram.
Begitu pula cabai hasil panen petani lokal Kabupaten Nunukan terpaksa turun dari Rp90.000 per kilo gram menjadi Rp60.000 per kilo gram.
Hanya saja, stok saat ini mulai menurun disebabkan kapal roro dari Sulsel sisa satu armada saja karena KM Cattleya sedang naik dok.
"Jadi sisa kapal Thalia yang mengangkut barang kebutuhan pokok utamanya bumbu masak dari Sulsel," sebut Wati.
Penurunan harga cabai rawit juga terjadi di Pasar Porsas Kelurahan Nunukan Timur dekat Bandara Nunukan. Pedagang di pasar ini mengecer dengan harga Rp5.000 per 100 ons.
Salah satunya, Nia, ibu rumah tangga ini mengakui, harga cabai rawit memang telah turun atau normal kembali seperti biasanya.
"Memang harga lombok (cabai rawit) sudah turun lagi sejak lima hari lalu," ujar pedagang kebutuhan pokok di Pasar Porsas itu.
Ia optimis, harga ini bakal hanya bertahan hingga pertengahan Maret 2020 sehubungan telah memasuki musim hujan.
Menurut dia, biasanya pasokan menurun atau permintaan dari pengusaha atau agen di Kabuaten Nunukan jika telah memasuki musim hujan.
Baca juga: Kaltara Juara Gertam Cabai Kategori Prospek Terbaik
Baca juga: PKK Kaltara Bantu Bibit Cabai dan Indukan Ayam
Wati, pedagang bumbu masak di Pasar Yamaker menjelaskan, sebelumnya harga cabai rawit asal Sulsel sempat tembus pada kisaran 80.000 per kilo gram dan cabai rawit lokal seharga Rp90.000 per kilo gram.
Penurunan harga sejak pekan ini diperkirakan karena KM Thalia sudah tiba dari Parepare, Sulsel pekan lalu dengan mengangkut banyak cabai rawit hingga puluhan ton.
Besarnya pasoka dari Sulsel tersebut menyebabkan harga cabai rawit langsung turun dari Rp80.000 per kilo gram menjadi Rp60.000 per kilo gram.
Begitu pula cabai hasil panen petani lokal Kabupaten Nunukan terpaksa turun dari Rp90.000 per kilo gram menjadi Rp60.000 per kilo gram.
Hanya saja, stok saat ini mulai menurun disebabkan kapal roro dari Sulsel sisa satu armada saja karena KM Cattleya sedang naik dok.
"Jadi sisa kapal Thalia yang mengangkut barang kebutuhan pokok utamanya bumbu masak dari Sulsel," sebut Wati.
Penurunan harga cabai rawit juga terjadi di Pasar Porsas Kelurahan Nunukan Timur dekat Bandara Nunukan. Pedagang di pasar ini mengecer dengan harga Rp5.000 per 100 ons.
Salah satunya, Nia, ibu rumah tangga ini mengakui, harga cabai rawit memang telah turun atau normal kembali seperti biasanya.
"Memang harga lombok (cabai rawit) sudah turun lagi sejak lima hari lalu," ujar pedagang kebutuhan pokok di Pasar Porsas itu.
Ia optimis, harga ini bakal hanya bertahan hingga pertengahan Maret 2020 sehubungan telah memasuki musim hujan.
Menurut dia, biasanya pasokan menurun atau permintaan dari pengusaha atau agen di Kabuaten Nunukan jika telah memasuki musim hujan.
Baca juga: Kaltara Juara Gertam Cabai Kategori Prospek Terbaik
Baca juga: PKK Kaltara Bantu Bibit Cabai dan Indukan Ayam