Magetan (ANTARA) - Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) XI Unit Usaha Pabrik Gula (PG) Redjosarie di Kelurahan Rejosari, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menargetkan menggiling 3,1 juta kuintal tebu pada musim giling tahun 2024.
Dengan demikian, kata General Manager PG Redjosarie Danang Krisworo, dapat memenuhi kebutuhan komoditas gula bagi masyarakat di Magetan dan sekitarnya.
"Kami yakin mampu menggiling 3,1 juta kuintal tebu dengan kualitas rendemen mencapai 7,23 persen," ujar Danang Krisworo di sela kegiatan tradisi petik tebu manten menandai awal musim giling tahun 2024 di Magetan, Jumat (24/5).
Dengan kemampuan itu, kata Danang, PG Redjosarie bisa memberikan kontribusi yang lebih baik kepada masyarakat sekitarnya
Sebagai salah satu unit usaha dari BUMN PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, PG Redjosarie Magetan terus berupaya mendukung swasembada gula pemerintah.
"Kami merencanakan pada tanggal 27 Mei akan uji coba pabrik. Jika lancar, akan mulai giling pada tanggal 8 Juni 2024," katanya.
Danang berharap giling tahun ini lebih lancar dan lebih baik daripada tahun sebelumnya. Selain itu, hasil giling juga dapat memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, baik perusahaan, karyawan, petani tebu, maupun masyarakat pada umumnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPC APTRI) PG Redjosarie Suyono berharap yang sama agar musim giling tahun ini lebih baik daripada sebelumnya, terutama terkait dengan harga gula dan performa pabrik.
"Jika harga gula dan performa pabrik membaik, kesejahteraan petani juga akan meningkat," katanya.
Suyono juga yakin bahwa target giling tahun ini akan tercapai karena ada sekitar 300 petani tebu dengan luas lahan sekitar 4.000 hektare yang hasil panennya akan digiling di PG Redjosarie.
Acara tradisi petik tebu manten, lanjut dia, dimulai dengan doa bersama di kebun tebu yang dihadiri oleh petugas PG, tokoh masyarakat, petani tebu, dan undangan lainnya.
"Sepasang tebu ini merupakan simbol pengantin, kemudian ditebang bersamaan dengan beberapa tebu lainnya, lalu diarak menuju pabrik gula diiringi alunan kebo giro," kata Suyono.
Ia optimistis bisa mencapai target itu sehingga dapat mendorong pergerakan ekonomi masyarakat di Kabupaten Magetan.
Baca juga: PTPN optimalkan pabrik gula Sulsel untuk penuhi kebutuhan dalam negeri
Baca juga: Warga Nunukan keluhkan harga gula dan terigu
Dengan demikian, kata General Manager PG Redjosarie Danang Krisworo, dapat memenuhi kebutuhan komoditas gula bagi masyarakat di Magetan dan sekitarnya.
"Kami yakin mampu menggiling 3,1 juta kuintal tebu dengan kualitas rendemen mencapai 7,23 persen," ujar Danang Krisworo di sela kegiatan tradisi petik tebu manten menandai awal musim giling tahun 2024 di Magetan, Jumat (24/5).
Dengan kemampuan itu, kata Danang, PG Redjosarie bisa memberikan kontribusi yang lebih baik kepada masyarakat sekitarnya
Sebagai salah satu unit usaha dari BUMN PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, PG Redjosarie Magetan terus berupaya mendukung swasembada gula pemerintah.
"Kami merencanakan pada tanggal 27 Mei akan uji coba pabrik. Jika lancar, akan mulai giling pada tanggal 8 Juni 2024," katanya.
Danang berharap giling tahun ini lebih lancar dan lebih baik daripada tahun sebelumnya. Selain itu, hasil giling juga dapat memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, baik perusahaan, karyawan, petani tebu, maupun masyarakat pada umumnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPC APTRI) PG Redjosarie Suyono berharap yang sama agar musim giling tahun ini lebih baik daripada sebelumnya, terutama terkait dengan harga gula dan performa pabrik.
"Jika harga gula dan performa pabrik membaik, kesejahteraan petani juga akan meningkat," katanya.
Suyono juga yakin bahwa target giling tahun ini akan tercapai karena ada sekitar 300 petani tebu dengan luas lahan sekitar 4.000 hektare yang hasil panennya akan digiling di PG Redjosarie.
Acara tradisi petik tebu manten, lanjut dia, dimulai dengan doa bersama di kebun tebu yang dihadiri oleh petugas PG, tokoh masyarakat, petani tebu, dan undangan lainnya.
"Sepasang tebu ini merupakan simbol pengantin, kemudian ditebang bersamaan dengan beberapa tebu lainnya, lalu diarak menuju pabrik gula diiringi alunan kebo giro," kata Suyono.
Ia optimistis bisa mencapai target itu sehingga dapat mendorong pergerakan ekonomi masyarakat di Kabupaten Magetan.
Baca juga: PTPN optimalkan pabrik gula Sulsel untuk penuhi kebutuhan dalam negeri
Baca juga: Warga Nunukan keluhkan harga gula dan terigu