Tanjung Selor (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) berusaha menekan angka penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) melalui strategi dan program sosialisasi menyasar kelompok berisiko tinggi hingga perluasan layanan kesehatan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
“Penanggulangan HIV/AIDS di Kaltara difokuskan pada beberapa poin utama. Pertama edukasi intensif kepada kelompok berisiko tinggi,” kata Kepala Dinkes Kaltara Usman di Tanjung Selor, Sabtu.
Edukasi yang diberikan terkait seks aman dan penggunaan jarum suntik steril kepada penasun atau pengguna narkotika suntik. Edukasi ini menyasar populasi pekerja seks, penasun, dan waria, serta kelompok yang rentan terhadap penularan HIV.
Kedua, Dinkes Kaltara juga memperluas akses layanan tes HIV di berbagai fasilitas kesehatan untuk memudahkan masyarakat dalam mendeteksi HIV secara dini dan mendapatkan penanganan yang tepat.
"Upaya lain yang dilakukan adalah meningkatkan penemuan kasus pada kelompok risiko tinggi," tutur Usman.
Ketiga, Dinkes Kaltara telah mendirikan 55 layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang tersebar di lima kabupaten/kota di Kaltara. Layanan ini khusus menangani pasien HIV/AIDS dan menyediakan terapi Anti Retro Viral (ARV).
"ARV sangat penting bagi ODHA untuk mencegah perkembangan virus HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh," ujarnya.
Dinkes Kaltara juga aktif melakukan pemeriksaan Viral Load (VL) untuk mengetahui jumlah virus HIV dalam darah. Pemeriksaan ini membantu memantau status kesehatan ODHA dan efektivitas pengobatan ARV.
Sejak 2010 hingga 2023 Dinkes Kaltara telah mendeteksi 1.414 kasus HIV. Kasus terbanyak ditemukan di Kota Tarakan. Kemudian disusul Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
Ia optimistis edukasi yang gencar, perluasan layanan tes dan pengobatan, serta pemantauan status kesehatan ODHA merupakan langkah krusial dalam memerangi HIV/AIDS di Kaltara.
“Penanggulangan HIV/AIDS di Kaltara difokuskan pada beberapa poin utama. Pertama edukasi intensif kepada kelompok berisiko tinggi,” kata Kepala Dinkes Kaltara Usman di Tanjung Selor, Sabtu.
Edukasi yang diberikan terkait seks aman dan penggunaan jarum suntik steril kepada penasun atau pengguna narkotika suntik. Edukasi ini menyasar populasi pekerja seks, penasun, dan waria, serta kelompok yang rentan terhadap penularan HIV.
Kedua, Dinkes Kaltara juga memperluas akses layanan tes HIV di berbagai fasilitas kesehatan untuk memudahkan masyarakat dalam mendeteksi HIV secara dini dan mendapatkan penanganan yang tepat.
"Upaya lain yang dilakukan adalah meningkatkan penemuan kasus pada kelompok risiko tinggi," tutur Usman.
Ketiga, Dinkes Kaltara telah mendirikan 55 layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang tersebar di lima kabupaten/kota di Kaltara. Layanan ini khusus menangani pasien HIV/AIDS dan menyediakan terapi Anti Retro Viral (ARV).
"ARV sangat penting bagi ODHA untuk mencegah perkembangan virus HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh," ujarnya.
Dinkes Kaltara juga aktif melakukan pemeriksaan Viral Load (VL) untuk mengetahui jumlah virus HIV dalam darah. Pemeriksaan ini membantu memantau status kesehatan ODHA dan efektivitas pengobatan ARV.
Sejak 2010 hingga 2023 Dinkes Kaltara telah mendeteksi 1.414 kasus HIV. Kasus terbanyak ditemukan di Kota Tarakan. Kemudian disusul Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
Ia optimistis edukasi yang gencar, perluasan layanan tes dan pengobatan, serta pemantauan status kesehatan ODHA merupakan langkah krusial dalam memerangi HIV/AIDS di Kaltara.