Tarakan (ANTARA) - Salah satu upaya efektif dalam menangkal penyebaran virus radikalisme adalah  dengan memperkokoh kearifan lokal atau "local wisdom" bagi generasi muda dan kaum wanita, termasuk di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki potensi keanekaragaman budaya.

"Upaya menangkal radikalisme di Kaltara dengan memperkokoh kearifan lokal, jadi para generasi muda harus memahami nilai nilai budaya yang selama ratusan tahun telah mewarnai lahirnya daerah ini, " kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara Datuk Iskandar Zulkarnaen di Tanjung Selor, Rabu.

Hal itu disampaikan pada pembukaan acara pelibatan masyarakat dalam mencegah paham kekerasan itu melalui program "Smart  (sehat mental, keluarga cerdas dan tangguh) Bangsaku, Bersatu Indonesiaku dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme".

Ia memaparkan bahwa sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, di kawasan utara Kalimantan itu berdiri Kesultanan Bulungan yang sejak ratusan tahun silam sudah memiliki kearifan lokal dalam menjaga keutuhan dan keamanan daerahnya meskipun terdapat  berbagai suku dan agama di sana.

"Misalnya warna kebesaran Kesultanan Bulungan, yakni kuning, biru dan hitam yang sering jadi dasar warna umbul-umbul atau ornamen daerah di gedung, termasuk siring Sungai Kayan itu  sarat dengan filosofi Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya pada acara hasil kerja sama BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan FKPT Kaltara itu.

Warna kuning itu melambangkan keberadaan Kesultanan Bulungan atau suku asli Bulungan, hijau melambangkan para pendatang dan hitam melambangkan warga pedalaman.  

Tiga kelompok ini adalah bentuk keanekaragaman budaya dan sosial namun  bersatu padu dalam  membangun wilayah Kesultanan Bulungan atau kini dikenal dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

"Jika generasi muda memahami itu, maka tentunya bisa menangkal virus radikalisme dan terorisme yang biasanya berawal dari intoleransi, " katanya di depan sekitar 100 peserta terdiri dari pelajar dan organisasi wanita.

Ia menyebutkan bahwa penyebaran virus paham radikal terorisme saat ini kian marak bagi generasi muda dan wanita, salah satu penyebabnya terkait dengan berkembangnya teknologi informasi dengan memanfaatkan kemajuan dunia maya.

Berdasarkan penelitian BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) pada  2023, indeks potensi radikalisme menunjukkan peningkatan  1,7 ketimbang 2022. Indeks ini lebih  tinggi pada perempuan, generasi Z, dan masyarakat yang aktif di internet.

Oleh sebab itu, katanya, program
prioritas BNPT menekankan pentingnya pencegahan radikalisme pada perempuan, anak, dan remaja.

Penelitian menunjukkan perempuan terlibat dalam aksi terorisme, baik sebagai pelaku utama maupun bagian dari jaringan keluarga atau
sosialnya.

Fakta ini menggarisbawahi peran penting perempuan dalam mencegah radikalisme melalui keluarga.

Hasil penelitian BNPT lainnya menunjukkan generasi Z juga rentan terhadap radikalisme, dengan potensi mencapai  12,3 persen yang lebih tinggi dari generasi milenial dan generasi X.

"Kalimantan utara, sebagai salah satu provins termuda atau i ke-34 di Indonesia, turut menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas sosial dan keamanan," katanya.

Selain wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia juga terdapat  beragam suku, budaya dan agama sehingga memiliki potensi kerawanan terhadap penyebaran paham radikal jika kearifan lokal menjaga nilai keberagaman itu tidak dipelihara.
Baca juga: BNPT dan FKPT Aceh gelar Festival Youth of Indonesia di Banda Aceh
Baca juga: Ke Unisnu Jepara, BNPT bawa semangat kolaborasi lintas generasi
 

Pewarta : Redaksi
Editor : Susylo Asmalyah
Copyright © ANTARA 2024