Tarakan (ANTARA) - Memasuki gudang Koperasi Kelurahan (Kopkel) Merah Putih Selumit yang terletak di Jalan Hang Tuah, Selumit, Tarakan sudah disambut dengan poster besar yang terbentang di depan koperasi bergambar Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Hal tersebut menandakan kebijakan baru yang digagas sebagai upaya penguatan ekonomi desa/kelurahan melalui asas gotong royong dan semangat kebangsaan.
Adanya poster tersebut memudahkan masyarakat untuk menemukan lokasi berdirinya Kopkel Merah Putih Selumit, dimana gudang dan kantor koperasi tersebut berseberangan.
Saat memasuki bangunan ukuran sekitar 9X10 meter yang diperuntukkan untuk gudang koperasi terlihat barang-barang produksi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti tabung gas LPG subsidi ukuran 3 kilogram berwarna hijau yang akrab disebut gas “melon”, tabung gas non-subsidi ukuran 5,5 kilogram berwarna pink dari Pertamina, tepung dan beras dari Badan Usaha Logistik (Bulog) dan pupuk dari PT. Pupuk Indonesia.
“Koperasi ini mulai diluncurkan serentak di Indonesia pada Juli 2025 oleh Pak Prabowo, sebelumnya belum ada pangkalan menjual tabung gas LPG di daerah sini. Memang pada awalnya sesuai Inpres ada 6 usaha untuk Koperasi Merah Putih,” kata Ketua Kopkel Merah Putih Selumit, Saiful (47) di Tarakan, Selasa (16/7).
Dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2025 Tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, adapun 6 usaha tersebut adalah gerai sembako murah, gerai obat murah, unit simpan pinjam, klinik desa, sistem pergudangan serta sarana logistik dan distribusi.
Saat ini, Kopkel Merah Putih Selumit baru menjual produk LPG, beras dan pupuk. Untuk gas LPG ukuran 3 kilogram, pihak Kopkel Merah Putih Selumit menjual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp16.650,- per tabung. LPG 3 kilogram ini diperuntukkan untuk warga sekitar kurang mampu dan anggota kopkel sebanyak 102 orang serta pemilik usaha mikro.
Dengan harga jual yang sesuai HET ini yakni Rp16.650,- per tabung LPG, Saiful kerap kali mendapat protes dari para pemilik pangkalan LPG yang lain, karena banyak menjual dengan harga tinggi sampai Rp20.000,- per tabung LPG ukuran 3 kilogram. “Mereka meminta saya menjual 20 ribu, tapi saya tidak mau menjual LPG subsidi ini dengan harga segitu, saya menjual sesuai HET saja, walaupun kami dapat untung hanya 1.000 rupiah,” katanya.
Para pemilik pangkalan yang menjual LPG 3 kilogram yang menjual di atas HET tersebut, kerap datang ke Kopkel Merah Putih di Selumit, memang tidak mengancam kepada Saiful yang menjual LPG subsidi sesuai ketentuan, namun kadang berkata dengan nada sinis.
Namun sama sekali hal tersebut tidak menyurutkan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Selumit ini gentar. Bahkan dengan keuntungan yang tidak banyak dari koperasi ini, Saiful bersama lima pengurus bahu membahu mengelola.
Kopkel Merah Putih Selumit sebagai bentuk transparansi juga sudah memasang papan pengumuman ukuran sekitar 40X70 centimeter yang dasarnya berwarna hijau dengan tulisan berwarna hitam “HARGA ECERAN TERTINGGI : 16.650” hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kalimantan Utara 100.3.3.1/114/2025 Tanggal 21 Januari 2025. Hal ini dilakukan sebagai langkah keterbukaan dalam melakukan penjualan LPG bersubsidi.
Selain itu, papan pengumuman tersebut juga mencantumkan nomor kontak pengaduan ke agen PT. Warga Migas Nusantara, layanan pemda setempat, Call Center Pertamina – 135 dan Call Center Ditjen Migas – 136.
“Setiap bulan kami dijatah 200 tabung LPG 3 kilogram walaupun tidak cukup kami berbagi. Misalnya minggu ini ada warga atau anggota koperasi sudah dapat, minggu depan tidak lagi gantian dengan warga yang lain. Tiap minggu agen mengirim ke koperasi ini 50 tabung LPG 3 kilogram,” kata Saiful.
Pengecekan Data Menggunakan Aplikasi MAP Pertamina
Warga atau anggota koperasi yang hendak membeli harus membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK), kemudian dilakukan pengecekan menggunakan Merchant App Pangkalan (MAP) Pertamina merupakan platform digital dari Pertamina yang memungkinkan pedagang seperti pangkalan LPG subsidi 3 kilogram, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan pedagang lain untuk melakukan pendaftaran dan mengelola transaksi. Bahkan mengakses promosi yang ditawarkan.
Pengecekan dengan MAP Pertamina berperan dalam mendukung distribusi dan pengawasan yang lebih terintegrasi untuk LPG bersubsidi. “Jadi mereka yang sudah membeli LPG subsidi di pangkalan lain, kemudian mau beli lagi di koperasi ini tidak bisa dilayani, karena tertolak di sistem MAP Pertamina. Bukan kami tidak melayani, tapi sistem yang menolaknya berdasarkan dari KTP dan KK yang dibawa,” kata Saiful.
MAP Pertamina bertujuan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam penyaluran LPG subsidi agar lebih tepat sasaran, serta meningkatkan efisiensi distribusi produk-produk Pertamina melalui digitalisasi.
Kopkel Merah Putih Selumit juga menyediakan sistem pembayaran dengan menggunakan tunai maupun QRIS (Quick Response Code Indonesian) merupakan standar nasional pembayaran non-tunai yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI) dengan metode pembayaran menggunakan kode QR. Dengan menggunakan QRIS memungkinkan transaksi pembayaran digital dengan cepat, mudah, murah, aman dan andal.
Setiap tabung gas LPG yang dikirim dari agen ke Kopkel Merah Putih Selumit ditaruh dulu di tempat yang telah disiapkan. Pihak koperasi juga memasang pengumuman tentang keselamatan dan larangan dengan spanduk bertuliskan “Bahaya Mudah Terbakar” dan gambar dilarang merokok di tempat ditaruhnya tabung LPG. Hal tersebut memperlihatkan pihak koperasi juga menerapkan prosedur keselamatan kerja di tempat kerjanya, untuk keselamatan bersama.
Adanya Kopkel Merah Putih juga memperpendek jalur distribusi LPG subsidi dan barang subsidi lain ke warga yang membutuhkan dan tepat sasaran. Serta menutup jalur para rentenir dan mafia yang memanfaatkan barang – barang subsidi dengan harga di atas HET.
Hal ini, tentunya tidak lepas dari tujuan berdirinya koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional dalam sistem ekonomi Pancasila dan pasal 33 Undang – Undang Dasar (UUD) 1945 yang berlandaskan asas kekeluargaan dan gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kelurahan.
Keadilan Energi Untuk Warga
Adanya Kopkel Merah Putih di Selumit membawa harapan baru bagi warga sekitar dan anggotanya, dimana kebutuhan barang-barang subsidi dari pemerintah dengan mudah dan cepat diperoleh.
Salah satu warga Kelurahan Selumit, Anna Wahyu (43) yang mendapatkan harapan baru dengan adanya Kopkel Merah Putih yang menjual tabung gas LPG 3 kilogram dengan HET Rp16.650,-. Anna yang sehari-harinya menjual risoles di pinggir jalan merasa sangat terbantu dengan adanya koperasi tersebut.
“Setelah adanya koperasi yang menjual LPG 3 kilogram ini, saya mudah mendapatkannya, kalau habis bisa langsung beli di koperasi dan harganya terjangkau,” kata Anna.
Anna menceritakan sebelum adanya Kopkel Merah Putih Selumit, dia mengalami kesulitan mendapatkan LPG 3 kilogram, bahkan pernah mendapatkan harga sampai Rp70.000,- per tabung. Hal ini tentu memberatkannya yang hanya memiliki usaha mikro sebagai pedagang risoles yang digelar dengan menggunakan meja untuk menjajakan barang dagangannya.
Bahkan banyak modal yang dikeluarkan untuk membeli LPG 3 kilogram, agar usahanya dapat berjalan terus. Anna yang sudah empat tahun berjualan risoles, dulu sempat mengalami sampai tidak berjualan karena kelangkaan LPG 3 kilogram dan harga di pasaran yang tinggi jauh di atas HET.
Dia juga pernah merasakan bagaimana menggunakan kompor dengan bahan bakar minyak tanah untuk berdagang. Menurutnya sangat boros dengan harga per liter minyak tanah di Tarakan Rp12.000,- hanya dapat digunakan selama 2 hari.
Anna membeli LPG subsidi 3 kilogram ke Kopkel Merah Putih Selumit biasanya paling lama dua minggu sekali atau setelah LPG yang digunakan habis untuk berdagang. Dengan menggunakan KTP dan dicek menggunakan MAP Pertamina, dia dapat dilayani oleh pihak Kopkel Merah Putih.
“Adanya koperasi yang menjual LPG dengan harga yang wajar ini, saya jadi bisa menabung, kalau dulu habis uang hanya untuk beli LPG harganya tinggi. Kalau nggak beli saya nggak bisa jualan, bagaimana mau buat risolesnya,” kata Anna.
Kopkel Merah Putih dengan menjual barang subsidi seperti LPG 3 kilogram, memperlihatkan harapan baru buat Anna untuk tetap dapat berdagang risoles dan mengembangkan usahanya.
Hal senada dirasakan oleh Susilowati (55) yang sehari – hari berjualan gorengan seperti ote-ote dan pisang goreng sejak 2014, sangat merasakan keuntungan dengan adanya distribusi LPG 3 kilogram melalui Kopkel Merah Putih Selumit.
“Lumayan bu, adanya LPG dijual di koperasi Selumit ini, jadi keuntungan saya bertambah, karena tidak habis modal untuk membeli gas kayak dulu,” kata Susilowati. Dia mengungkapkan kalau dulu harga LPG 3 kilogram didapat mahal di atas Rp16.650,- dan harus antre.
Saat ini, Susilowati untuk memperoleh guna keperluan menjalankan usaha mikro tidak repot lagi, tinggal membeli di Kopkel Merah Putih Selumit yang sesuai dengan HET. Biasanya setiap 2 minggu sekali LPG 3 kilogram yang digunakan sudah habis.
Usaha menjual gorengan tersebut dijajakan di depan Kantor Kelurahan Selumit dengan menaruh barang dagangan di atas meja dan menyiapkan LPG 3 kilogram pada pagi hari sampai pukul 10.00 WITA selesai berjualan.
“Saat harga LPG 3 kilogram ini tinggi dan susah didapat, sempat terpikir untuk berhenti usaha gorengan ini, karena modal besar habis membeli gas aja,” katanya. Namun setelah ada LPG 3 kilogram yang didistribusikan oleh Kopkel Merah Putih di Selumit, Susilowati sangat bersyukur dan usahanya menjadi lancar.
Adanya Kopkel Merah Putih yang menyalurkan LPG 3 kilogram ke masyarakat dengan HET yang sesuai peraturan hal tersebut memberikan rasa keadilan masyarakat yang berhak mendapatkan LPG subsidi dengan tepat sasaran.
Pengawasan Dalam Distribusi
Saat ini di Kalimantan Utara baru ada 2 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih selain KKMP Selumit di Tarakan, satu lagi Koperasi Desa Merah Putih di Desa Apung, Bulungan.
“Kedua koperasi tersebut menjual barang subsidi pemerintah termasuk LPG 3 kilogram milik Pertamina dan itu pangkalan sesuai kontraknya dengan agen,” kata Sales Branch Manager (SBM) Pertamina Patra Niaga Kalimantan Timur dan Utara, Seftian Reza Pangestu.
Sementara untuk LPG subsidi, distribusi mengikuti Surat Keputusan (SK) dari Dirjen Migas. Pertamina tidak menentukan kuota subsidi. Namun menyalurkan sesuai kuota yang sudah ditetapkan pemerintah melalui SK Dirjen Migas.
Adapun khusus di Kota Tarakan, kuota LPG subsidi mencapai sekitar 280–300 metrik ton per bulan, atau setara 96 ribu hingga 97 ribu tabung LPG. Jika rata-rata, setiap hari ada sekitar 3.800 hingga 4.000 tabung LPG yang disalurkan ke masyarakat, dengan pengecualian pada hari libur.
“Kalau dihitung per bulan, kira-kira 96 ribu tabung LPG. Itu dibagi rata dengan hari penyaluran sekitar 25 hari kerja, jadi sekitar 3.800 sampai 4.000 tabung LPG per hari masuk ke Tarakan,” kata Reza.
Dengan pola distribusi tersebut, Pertamina berharap ketersediaan LPG subsidi di Tarakan tetap terjaga dan tepat sasaran. Saat ini di Tarakan ada sekitar 400 pangkalan dan tersebar di seluruh wilayah.
Sedangkan untuk pengawasan pihak Pertamina sering melakukan pemantauan ke beberapa penyalur baik dari agen dan pangkalan – pangkalan yang masih dalam jalur distribusi Pertamina.
Selain itu, melakukan koordinasi dengan pemda terkait, baik dengan Pemerintah Provinsi dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya untuk melakukan sidak dan pengecekan di lapangan guna memastikan penyaluran LPG tepat sasaran.
Pertamina juga terus mengupayakan program One Village One Outlet (OVOO) agar memperluas distribusi LPG 3 kilogram. Untuk memperluas jangkauan pelayanan LPG hingga ke pedesaan dan kelurahan minimal ada satu pangkalan. Sehingga masyarakat di pedesaan dan kelurahan mendapatkan energi yang bersih, hemat dan ramah lingkungan.
Menurut Direktur Politeknik Bisnis Kaltara Dr. Ana Sriekaningsih, SE., S.Th., MM mengatakan Koperasi Merah Putih dibentuk dengan tujuan bukan sekadar organisasi, namun Koperasi Merah Putih adalah lambang harapan dengan dasar gotong royong, teknologi dan kepercayaan serta mampu menciptakan sistem distribusi yang adil dan berkelanjutan. Tentu diharapkan pula mampu mengembalikan kendali ekonomi ke tangan rakyat desa/kelurahan.
“Koperasi Merah Putih yang menjual LPG subsidi merupakan implementasi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam distribusi LPG subsidi,” kata Ana.
Tujuannya menjadikan Koperasi Merah Putih sebagai entitas resmi yang menyalurkan LPG subsidi kepada masyarakat, khususnya rumah tangga sasaran, usaha mikro dan nelayan kecil.
Dampak, Program ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan warga terhadap praktik rentenir dan pinjaman online ilegal, serta meningkatkan pemerataan ekonomi di tingkat desa/kelurahan. Serta menjaga harga sesuai HET dan tidak melakukan penimbunan atau penjualan ke luar sasaran.
Adanya Kopkel Merah Putih di Selumit yang menyalurkan LPG 3 kilogram sesuai HET merupakan bentuk keadilan sosial dan energi yang berkeadilan yang mengacu pada kebijakan subsidi LPG 3 kilogram yang menjangkau kelompok masyarakat yang membutuhkan dan tepat sasaran.
Keberhasilan koperasi ini sangat bergantung pada peran serta aktif masyarakat, transparansi, akuntabilitas, dan penguatan kelembagaan lokal. Dengan demikian, Koperasi Merah Putih dapat menjadi alternatif kebijakan ekonomi desa/kelurahan yang lebih partisipatif dan berkeadilan.
Baca juga: Pertamina Targetkan Penggabungan 3 Anak Usaha Rampung Akhir 2025
Baca juga: Pertamina Tambah SPBU Satu Harga di Krayan