TBM PADU Menjawab Tantangan Literasi, Iklim dan Anak Tidak Sekolah di Perbatasan Indonesia--Malaysia

id INOVASI

TBM PADU Menjawab Tantangan Literasi, Iklim dan Anak Tidak Sekolah di Perbatasan Indonesia--Malaysia

Minister Counsellor Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Tim Stapleton, menyapa TBM dari daerah 3T yaitu Kalimantan Utara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hadir secara daring dalam Festival Literasi dan Iklim di Taman Literasi Martha Tiahahu, Blok M, Jakarta, Minggu (21/9). (ANTARA/HO-INOVASI)

Nunukan (ANTARA) - Di tengah semarak Festival Literasi dan Iklim yang digelar pekan lalu di Jakarta, praktik baik dari wilayah perbatasan Indonesia menarik perhatian publik.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Patok Dua (PADU) dari Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, secara daring menunjukkan peran nyata dalam menghadapi tantangan literasi, perubahan iklim, serta menurunkan angka Anak Tidak Sekolah (ATS).

“Kami sangat senang bisa berbagi praktik baik dalam kegiatan pekan lalu. Kami ingin menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya melalui Taman Bacaan Masyarakat. Ketika warga terlibat aktif, bukan hanya buku yang dibaca, tetapi harapan yang ditumbuhkan,” terang Amran, salah satu pengelola TBM PADU di Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (27/9).

TBM PADU berdiri pada 2 Mei 2022 di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, sebagai ruang belajar alternatif yang inklusif.

TBM ini merupakan hasil tindak lanjut pelatihan fasilitator pemanfaatan buku bacaan oleh Yayasan Litara Bandung, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), kemitraan pendidikan antara pemerintah Australia dan Indonesia.

TBM ini mengusung slogan Menghadirkan Literasi Sampai ke Perbatasan Negeri.

“Slogan ini merupakan visi kami untuk memberikan layanan yang lebih holistik daripada sekadar menjadi tempat membaca. TBM ini menjadi pusat gerakan literasi yang aktif menumbuhkan minat baca, semangat belajar, dan keterlibatan masyarakat dalam isu-isu penting seperti perubahan iklim dan ATS,” tambah Amran.

Amran menyebut, data Kemendikdasmen mencatat jumlah ATS di Indonesia mencapai sekitar 3,9 juta anak. Angka putus sekolah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional di semua jenjang pendidikan.

Sebagai warga di daerah 3T, Amran bersama pengelola TBM PADU terpanggil untuk turut mengatasi persoalan tersebut.

TBM PADU bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Firdaus membantu ATS.

Anak-anak yang terputus dari pendidikan formal dicari, dikumpulkan dan diberikan akses kembali melalui program kesetaraan Paket A, B, dan C. Saat ini, sebanyak 10 anak mengikuti proses penyetaraan.

TBM PADU juga membuka kelas digital berbasis aplikasi Enuma Indonesia, hasil kolaborasi Yayasan Litara dan The Head Foundation dari Singapura.

Aplikasi ini memungkinkan anak-anak belajar membaca, berhitung, dan mengenal dunia secara interaktif.

“Kegiatan untuk membantu anak tidak sekolah kami lakukan secara rutin, dengan pendekatan yang ramah anak dan berbasis teknologi,” ujar Amran.

TBM PADU juga aktif mengedukasi masyarakat tentang pelestarian lingkungan dan perubahan iklim.

Melalui program bulanan Goes to School, relawan TBM mengunjungi sekolah-sekolah untuk menyampaikan materi lingkungan, perubahan iklim, termasuk literasi keuangan melalui kampanye Cinta, Bangga, Paham Rupiah. Kegiatan ini dikemas menarik dengan lapak baca dan buku-buku tematik yang menggugah minat siswa.

Hingga kini, TBM PADU telah mendampingi tujuh sekolah di Pulau Sebatik dan terus memperkuat jaringan literasi bersama TBM lain di wilayah tersebut.

“Sebagai TBM yang berada di daerah perbatasan langsung antara Indonesia dan Malaysia, kami juga terpanggil untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta Indonesia,” tambah Amran.

Provincial Manager Program INOVASI Kalimantan Utara, Agus Prayitno, menyebut sinergi antara TBM, sekolah, dan komunitas masyarakat sebagai gerakan organik di Kalimantan Utara.

“Gerakan ini dimotori oleh relawan-relawan TBM yang ada di seluruh Kalimantan Utara dan telah tumbuh sejak tahun 2019,” ujarnya.

Agus menyampaikan bahwa gerakan TBM memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan keterampilan membaca anak, terutama bagi mereka yang paling tertinggal.

Hal ini dibuktikan melalui hasil pengukuran akhir (endline) program rintisan literasi kelas awal yang dilaksanakan di Kabupaten Bulungan pada periode 2017–2019.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kombinasi antara pelatihan guru, penguatan budaya membaca di sekolah dan masyarakat, serta layanan khusus bagi anak lamban membaca (slow learner) dengan dukungan TBM memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kemampuan literasi.

Data menunjukkan kelulusan tes literasi dasar siswa meningkat dari 57% pada 2017 menjadi 94% pada Agustus 2019. Selain itu, efisiensi waktu pencapaian juga meningkat drastis.

Jika sebelumnya butuh tiga tahun agar 84% siswa mencapai kompetensi literasi dasar di kelas 3, kini cukup dua tahun saja sudah mencapai 87%.

Pengukuran ini membuktikan bahwa pendekatan terpadu, termasuk dengan keterlibatan TBM, mampu mempercepat peningkatan kemampuan literasi.

Praktik baik TBM PADU mencerminkan semangat gotong royong, pemanfaatan teknologi, dan kecintaan terhadap literasi di wilayah perbatasan.

Di tengah tantangan geografis dan sosial, mereka membuktikan bahwa gerakan literasi mampu menjadi solusi nyata bagi pendidikan inklusif dan pembangunan berkelanjutan.

Dengan dukungan relawan dan berbagai pihak, TBM PADU terus menyalakan harapan bagi anak-anak Indonesia di garis depan negeri.

Festival Literasi dan Iklim merupakan hasil kolaborasi antara Program INOVASI, Yayasan Heka Leka, PT Integrasi Transit Jakarta, serta didukung oleh Pusat Perbukuan Kemendikdasmen.

Tujuan utama festival ini adalah meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya literasi dan pendidikan iklim.

Hal tersebut diwujudkan melalui peluncuran buku, diskusi tematik, dan berbagai kegiatan interaktif.

Festival ini juga mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memperluas akses terhadap buku berkualitas bagi anak-anak di daerah terpencil.

Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, Minister Counsellor Kedutaan Besar Australia Tim Stapleton, Kepala Pusat Perbukuan Kemendikdasmen Supriyatno, serta pegiat literasi dari berbagai provinsi.
Baca juga: Tingkatkan Literasi, Gubernur Dorong Inovasi Digital Perpustakaan
Baca juga: Pemerintah Dorong Transformasi Inovasi Digital Dalam Pelayanan Publik

Pewarta :
Editor : Susylo Asmalyah
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.