Empat sektor potensi investasi disebut Gubernur, sangat berpeluang menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Baik Kaltara maupun investor. Yakni, potensi investasi sektor pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), infrastruktur, minyak dan gas bumi (Migas), juga pertanian. “Indonesia masih memiliki potensi cadangan sekitar 100 miliar barrel yang terdapat di dalam cekungan sedimen tersier dan tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua dan lainnya. Sebagian potensi cadangan itu masih dalam proses eksplorasi,” kata Irianto.
Cekungan sedimen tersier di Kaltara, menyimpan cadangan potensial di 9 titik tambang. Dimana salah satu titik tambang itu, terdeteksi mengandung 764 juta barrel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. “9 titik potensi cadangan migas tersebut berada di Blok Ambalat. Konsesi eksplorasi di blok ini berada pada Chevron East Ambalat Ltd, ENI Bukat Ltd, ENI Ambalat Ltd, dan ENI Bulungan. Tapi, di blok ini belum dilakukan eksploitasi,” urai Gubernur. Untuk potensi gas, berada di daratan Bulungan, Tana Tidung dan Nunukan dengan luas 2.750 kilometer persegi. Potensi gas itu, sebanyak 23 triliun kaki kubik dengan masa produksi 30 tahun.
Potensi lainnya, Kaltara juga menawarkan kerja sama pengelolaan potensi energi terbarukan berupa hydro power dan biofuel. Dimana, potensi energi alternatif (Biofuel) dari komoditas kelapa sawit, tergambarkan pada lahan perkebunan sawit yang telah memiliki Izin Usaha Perkebunan (IUP) seluas 712.217 hektare. Sementara, realisasi lahan yang telah ditanami sawit 526.464 hektare. “Dari luasan lahan yang telah ditanami itu, berpotensi menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 2.105.859 ton per tahun. Dengan CPO sebanyak itu, mampu menghasilkan 2.316.444 kilo liter biofuel per tahun atau setara 14.568.833 barrel per tahun,” jelas Irianto.
Sejauh ini, ungkap Gubernur, baru ada 6 pabrik pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Kaltara. “Peluang investasi itu, mengelola 2.105.859 ton CPO per tahun menjadi produk turunan lainnya. Seperti sabun, kosmetik, margarin, pasta gigi, obat-obatan, kertas dan lainnya. Berdasarkan penelitian, ada sekitar 900 produk turunan dari CPO itu,” kata Gubernur.(bersambung)