Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat tajam seiring positifnya mayoritas mata uang kawasan Asia.
Rupiah pada Selasa sore ditutup menguat 213 poin atau 1,29 persen menjadi Rp16.200 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.413 per dolar AS.
Baca juga: Aset berisiko dapat sentimen positif, rupiah menguat
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa, mengatakan pasar merespons positif melambatnya laju kasus kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat dan Eropa sebagai pusat pandemi global.
"Jumlah kematian harian Spanyol turun pada hari Senin untuk hari keempat menjadi 637, level terendah sejak 24 Maret. Sementara Italia melaporkan 525 kematian pada hari Minggu, paling sedikit sejak 19 Maret. Sedangkan di AS, tingkat kematian negara bagian relatif flat selama dua hari terakhir," ujar Ibrahim.
Dari domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar 121 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2020 sebesar 130,4 miliar dolar AS.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Penurunan cadangan devisa pada Maret 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah kondisi extraordinary karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.
Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.
Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi pasar berangsur-angsur pulih dan mekanisme pasar kembali berjalan sejak minggu terakhir Maret 2020.
Bank Indonesia memandang bahwa tingkat nilai tukar rupiah dewasa ini relatif memadai dan secara fundamental undervalued, dan diperkirakan akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 per dolar AS pada akhir 2020.
Rupiah pada Selasa pagi dibuka menguat di posisi Rp16.385 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp16.200 per dolar AS hingga Rp16.433 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp16.410 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp16.556 per dolar AS.
Baca juga: Stabilisasi rupiah, cadangan devisa turun 9,4 miliar dolar pada Maret
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah ketidakpastian akibat COVID-19
Rupiah pada Selasa sore ditutup menguat 213 poin atau 1,29 persen menjadi Rp16.200 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.413 per dolar AS.
Baca juga: Aset berisiko dapat sentimen positif, rupiah menguat
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa, mengatakan pasar merespons positif melambatnya laju kasus kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat dan Eropa sebagai pusat pandemi global.
"Jumlah kematian harian Spanyol turun pada hari Senin untuk hari keempat menjadi 637, level terendah sejak 24 Maret. Sementara Italia melaporkan 525 kematian pada hari Minggu, paling sedikit sejak 19 Maret. Sedangkan di AS, tingkat kematian negara bagian relatif flat selama dua hari terakhir," ujar Ibrahim.
Dari domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar 121 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2020 sebesar 130,4 miliar dolar AS.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Penurunan cadangan devisa pada Maret 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah kondisi extraordinary karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.
Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.
Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi pasar berangsur-angsur pulih dan mekanisme pasar kembali berjalan sejak minggu terakhir Maret 2020.
Bank Indonesia memandang bahwa tingkat nilai tukar rupiah dewasa ini relatif memadai dan secara fundamental undervalued, dan diperkirakan akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 per dolar AS pada akhir 2020.
Rupiah pada Selasa pagi dibuka menguat di posisi Rp16.385 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp16.200 per dolar AS hingga Rp16.433 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp16.410 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp16.556 per dolar AS.
Baca juga: Stabilisasi rupiah, cadangan devisa turun 9,4 miliar dolar pada Maret
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah ketidakpastian akibat COVID-19
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto