Tanjung Selor (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan tingkat inflasi Provinsi Kalimantan Utara tahun ke tahun (yoy) yang turun menjadi 2,47 persen pada April 2024, berkat kerja keras Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Utara.
“Inflasi tahunan, yaitu April 2024 termasuk rendah dibandingkan April 2023, cukup tinggi saat itu mencapai 4,09 persen dan ini tidak terlepas dari kerja sama semua pihak, khususnya TPID,” kata Kepala BPS Provinsi Kalimantan Utara, Mas’ud Rifai di Tanjung Selor, Kamis.
.
Secara bulanan komoditas yang menyumbang inflasi di Kalimantan Utara pada April 2024 adalah angkutan udara 0,15 persen, emas perhiasan 0,07 persen, dan bawang merah 0,05 persen.
Mas’ud Rifai mengatakan, dua komoditas yang memberi andil terhadap inflasi maupun deflasi yaitu angkutan udara dan emas perhiasan disebabkan oleh dinamika momen lebaran.
“Jasa penerbangan sangat diburu oleh masyarakat untuk mudik menyambut Idul Fitri, begitu juga dengan emas, selain ada tren penggunaan di hari-hari besar, juga dipengaruhi naiknya harga emas di tingkat internasional,” ujarnya.
Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tinggi pada April 2024 adalah kelompok makan, minum, dan tembakau yang mencapai 3,58 persen dan memberi andil terhadap inflasi tahunan sebesar 1,72 persen.
“Ini cukup tinggi kenaikannya, karena kita tahu di beberapa bulan ini beras mengalami lonjakan harga sehingga andil kelompok makanan ini secara tahun ke tahunnya tinggi,” kata Mas’ud Rifai.
BPS juga merinci inflasi berdasarkan kabupaten/kota di Kalimantan Utara yaitu Tarakan, Tanjung Selor, dan Nunukan. Kota Tarakan mengalami inflasi bulan ke bulan (Maret 2024 ke Maret 2024) sebesar 0,58 persen dan tahunan 2,37 persen.
Kota Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan) mengalami inflasi bulanan 0,03 persen dan inflasi tahunan 1,50 persen. Kota Nunukan (Kabupaten Nunukan) mengalami inflasi bulanan 0,28 persen dan inflasi tahunan sebesar 3,17 persen.
“Komoditas yang mengalami inflasi tertinggi di Nunukan adalah tomat dan cabai masing-masing 0,11 persen,” katanya.
Kepala BPS Kalimantan Utara tetap meminta Pemerintah Daerah untuk melakukan langkah-langkah strategis agar tingkat inflasi tetap stabil.
Beberapa upaya pengendalian inflasi yang dilakukan seperti menjaga stabilitas pasokan dan distribusi pangan melalui kegiatan operasi pasar, memperkuat cadangan pangan, dan mengawasi distribusi bahan pokok untuk mencegah penimbunan dan kelangkaan.
BPS juga menyarankan untuk meningkatkan produksi pangan lokal melalui peningkatan fasilitas pertanian, membangun infrastruktur, dan kebijakan diversifikasi pangan lokal beragam untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah.
“Perlu juga memperkuat peran BUMN, BUMD, dan swasta baik dalam operasi pasar dan penyediaan cadangan pangan, juga kerja sama swasta untuk meningkatkan produksi dan distribusi bahan pokok,” ujarnya.
Mas’ud Rifai juga meminta Pemerintah Daerah mengedukasi masyarakat untuk menjadi konsumen yang bijak dalam berbelanja, seperti membeli secukupnya dan tidak tergoda dengan promosi yang berlebihan.
“Inflasi tahunan, yaitu April 2024 termasuk rendah dibandingkan April 2023, cukup tinggi saat itu mencapai 4,09 persen dan ini tidak terlepas dari kerja sama semua pihak, khususnya TPID,” kata Kepala BPS Provinsi Kalimantan Utara, Mas’ud Rifai di Tanjung Selor, Kamis.
.
Secara bulanan komoditas yang menyumbang inflasi di Kalimantan Utara pada April 2024 adalah angkutan udara 0,15 persen, emas perhiasan 0,07 persen, dan bawang merah 0,05 persen.
Mas’ud Rifai mengatakan, dua komoditas yang memberi andil terhadap inflasi maupun deflasi yaitu angkutan udara dan emas perhiasan disebabkan oleh dinamika momen lebaran.
“Jasa penerbangan sangat diburu oleh masyarakat untuk mudik menyambut Idul Fitri, begitu juga dengan emas, selain ada tren penggunaan di hari-hari besar, juga dipengaruhi naiknya harga emas di tingkat internasional,” ujarnya.
Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tinggi pada April 2024 adalah kelompok makan, minum, dan tembakau yang mencapai 3,58 persen dan memberi andil terhadap inflasi tahunan sebesar 1,72 persen.
“Ini cukup tinggi kenaikannya, karena kita tahu di beberapa bulan ini beras mengalami lonjakan harga sehingga andil kelompok makanan ini secara tahun ke tahunnya tinggi,” kata Mas’ud Rifai.
BPS juga merinci inflasi berdasarkan kabupaten/kota di Kalimantan Utara yaitu Tarakan, Tanjung Selor, dan Nunukan. Kota Tarakan mengalami inflasi bulan ke bulan (Maret 2024 ke Maret 2024) sebesar 0,58 persen dan tahunan 2,37 persen.
Kota Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan) mengalami inflasi bulanan 0,03 persen dan inflasi tahunan 1,50 persen. Kota Nunukan (Kabupaten Nunukan) mengalami inflasi bulanan 0,28 persen dan inflasi tahunan sebesar 3,17 persen.
“Komoditas yang mengalami inflasi tertinggi di Nunukan adalah tomat dan cabai masing-masing 0,11 persen,” katanya.
Kepala BPS Kalimantan Utara tetap meminta Pemerintah Daerah untuk melakukan langkah-langkah strategis agar tingkat inflasi tetap stabil.
Beberapa upaya pengendalian inflasi yang dilakukan seperti menjaga stabilitas pasokan dan distribusi pangan melalui kegiatan operasi pasar, memperkuat cadangan pangan, dan mengawasi distribusi bahan pokok untuk mencegah penimbunan dan kelangkaan.
BPS juga menyarankan untuk meningkatkan produksi pangan lokal melalui peningkatan fasilitas pertanian, membangun infrastruktur, dan kebijakan diversifikasi pangan lokal beragam untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah.
“Perlu juga memperkuat peran BUMN, BUMD, dan swasta baik dalam operasi pasar dan penyediaan cadangan pangan, juga kerja sama swasta untuk meningkatkan produksi dan distribusi bahan pokok,” ujarnya.
Mas’ud Rifai juga meminta Pemerintah Daerah mengedukasi masyarakat untuk menjadi konsumen yang bijak dalam berbelanja, seperti membeli secukupnya dan tidak tergoda dengan promosi yang berlebihan.