Tarakan (ANTARA) - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara menyebut meskipun selama 2023 tidak terjadi serangan teroris terbuka atau 'zero terrorist attack' di Indonesia namun jangan membuat lengah karena hakikatnya sel-sel organisasi teroris itu masih ada.
Hal itu disampaikan Ketua FKPT Kaltara Datuk Iskandar Zulkarnaen di Tarakan, Rabu.
"Kita selalu waspada bahwa virus radikal terorisme tetap ada dan masih berkembang, " katanya.
Hal itu disampaikan pada Kegiatan Bangga Bernegara dan Beragama kerja sama FKPT Kaltara dengan BNPT melibatkan 100 orang tokoh agama, tokoh masyarakat, unsur organisasi dan mahasiswa.
Data itu tidak boleh membuat lengah karena BNPT menemukan tren peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi.
Sel-sel dari kelompok ini masih berkembang, yakni terlihat pada 2023 semakin meningkatnya jumlah pelaku yang ditangkap dan jumlah penyitaan senjata amunisi dan bahan peledak ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Kedua, terjadi peningkatan pengumpulan dana untuk kegiatan terorisme dengan menggunakan berbagai cara, termasuk membungkus dengan istilah dana kemanusiaan.
Indikasi lain, adanya peningkatan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, perempuan anak-anak, dan remaja yang proses radikalisasi tersebut dilakukan secara sistematis, masif dan terencana.
BNPT bersama FKPT Kaltara terus berupaya untuk melakukan pencegahan, termasuk kegiatan Gembira Beragama ini.
FKPT berkolaborasi dengan berbagai pihak yang tergabung dalam unsur pentahelix. Meliputi pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat seperti organisasi kepemudaan dan organisasi agama hingga media massa.
Ia mengakui, FKPT tidak bisa bekerja sendiri dalam pencegahan aksi terorisme namun perlu dukungan semua pihak untuk berkolaborasi seperti gerakan pentahelix itu.
Ia menambahkan bahwa sikap kewaspadaan terhadap ancaman paham terorisme di Kaltara perlu ditingkatkan.
Pasalnya selain menjadi pintu gerbang Indonesia, Kaltara juga kini menjadi daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Baca juga: BNPT Bersama Generasi Muda Papua Barat Berkreasi Melawan Terorisme Lewat di Youth of Indonesia
Baca juga: Generasi Muda Papua Barat Beraksi, Lomba Budaya Jadi Senjata Cegah Terorisme
Hal itu disampaikan Ketua FKPT Kaltara Datuk Iskandar Zulkarnaen di Tarakan, Rabu.
"Kita selalu waspada bahwa virus radikal terorisme tetap ada dan masih berkembang, " katanya.
Hal itu disampaikan pada Kegiatan Bangga Bernegara dan Beragama kerja sama FKPT Kaltara dengan BNPT melibatkan 100 orang tokoh agama, tokoh masyarakat, unsur organisasi dan mahasiswa.
Data itu tidak boleh membuat lengah karena BNPT menemukan tren peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi.
Sel-sel dari kelompok ini masih berkembang, yakni terlihat pada 2023 semakin meningkatnya jumlah pelaku yang ditangkap dan jumlah penyitaan senjata amunisi dan bahan peledak ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Kedua, terjadi peningkatan pengumpulan dana untuk kegiatan terorisme dengan menggunakan berbagai cara, termasuk membungkus dengan istilah dana kemanusiaan.
Indikasi lain, adanya peningkatan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, perempuan anak-anak, dan remaja yang proses radikalisasi tersebut dilakukan secara sistematis, masif dan terencana.
BNPT bersama FKPT Kaltara terus berupaya untuk melakukan pencegahan, termasuk kegiatan Gembira Beragama ini.
FKPT berkolaborasi dengan berbagai pihak yang tergabung dalam unsur pentahelix. Meliputi pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat seperti organisasi kepemudaan dan organisasi agama hingga media massa.
Ia mengakui, FKPT tidak bisa bekerja sendiri dalam pencegahan aksi terorisme namun perlu dukungan semua pihak untuk berkolaborasi seperti gerakan pentahelix itu.
Ia menambahkan bahwa sikap kewaspadaan terhadap ancaman paham terorisme di Kaltara perlu ditingkatkan.
Pasalnya selain menjadi pintu gerbang Indonesia, Kaltara juga kini menjadi daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Baca juga: BNPT Bersama Generasi Muda Papua Barat Berkreasi Melawan Terorisme Lewat di Youth of Indonesia
Baca juga: Generasi Muda Papua Barat Beraksi, Lomba Budaya Jadi Senjata Cegah Terorisme