Surabaya (ANTARA) - Universitas Airlangga Surabaya bersama Kobe University, Jepang, menemukan alat pendeteksi ataureagennovel corona virus (2019-nCov) atau virus corona.
"Kami dan Kobe University telah menemukanreagenvirus corona. Permasalahan ketersediaan alat pendeteksi di Indonesia ini sempat menjadi kekhawatiran dari masyarakat," ujar Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Senin.
Selain di Unair, kata dia,reagenjuga telah dimiliki Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes.
Baca juga:Kemenkes: 34 spesimen yang diperiksa negatif virus corona
Baca juga:RS Udayana libatkan 100 tenaga medis dalam simulasi kasus corona
Pria asal Gresik tersebut menambahkanreagentemuan Unair dapat mengidentifikasi pasien yang sudah suspect terjangkit virus berasal dari Wuhan, China, itu.
"Masyarakat yang ingin kepastian bisa memanfaatkan lembaga kami untuk mengonfirmasi ada atau tidaknya virus. Identifikasinya tidak lama, hanya dalam hitungan jam, tetapi mekanisme sudah sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization)," ucap guru besar akuntansi tersebut.
Dengan identifikasi secara spesifik, Nasih berharap ke depannya dapat menghasilkan riset penanganan dan pencegahan akan virus ini.
"Sekarang di Indonesia mau menemukan obatnya masih susah, karena kami belum mengetahui jenis mutasi virus ini seperti apa," katanya.
Baca juga:DPR yakin pemerintah berpikir matang observasi 245 WNI di Natuna
Baca juga:Dokter Thailand: Ramuan obat flu dan HIV bantu lawan corona
Ia menyatakan, akurasireagenini mencapai 99 persen, sebab adareagenyang berasal dari parameter positif tertular virus.
"Jadi pemeriksaannya dari dahak, kalau memang hasilnya sama dengan parameter yang positif maka akan dilakukan penanganan khusus," tuturnya.
Penanganan khusus ini termasuk kesediaan tim khusus dan ruang isolasi di RS Unair dan RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Jika adasuspectbisa dibawa ke Unair dan yang dari RSUD Dr Soetomo sebelumnya juga dibawa ke Unair, meskipun masih memakaireagenyang lama.
Nasih mengakui kemampuan Unair dalam menemukanreagenini tak lepas dari akses Kobe University dan relasi di Jerman dalam mengakses data dan gen virus corona dari bank virus.
"Bahan untuk membuatreagenini baru Sabtu (1/2) datang di Unair setelah disiapkan di Kobe university. Sebelumnya kami masih memakai alat deteksi yang lama," katanya.
Baca juga:PMI siap kirim 70 ribu masker ke Natuna dan Hong Kong
Baca juga:Virus corona bisa dilawan dengan antibiotik, mitos atau fakta?
Baca juga:Kemendag hentikan sementara impor dari China karena virus corona
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Budhi Santoso
Berita Terkait
AS kecewa China tolak penyelidikan asal usul COVID-19
Jumat, 23 Juli 2021 16:04
Catatan Ilham Bintang - Penanganan virus COVID-19 di Selandia Baru
Senin, 19 Juli 2021 10:07
WHO sebut secara global varianCOVID Delta jadi dominan
Sabtu, 19 Juni 2021 14:32
Menteri Kesehatan ingatkan tiga varian virus corona sudah masuk ke Indonesia
Rabu, 19 Mei 2021 21:01
Kemenkes: tiga varian baru virus lebih cepat menular telah di Indonesia
Rabu, 5 Mei 2021 3:27
Belum tuntas pandemi COVID-19, ada lagi ancaman Virus Nipah
Jumat, 29 Januari 2021 5:23
WHO nilai belum perlu peringatan keras atas varian baru virus corona
Selasa, 22 Desember 2020 13:49
Benarkah oleskan minyak kayu putih di masker bunuh virus corona?
Kamis, 3 Desember 2020 22:26