Tarakan (ANTARA) - Inflasi di Kalimantan Utara yang dilihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) pada dua kota utama di Kaltara per Februari 2023 tercatat 0,12 persen (month to month/mtm), yakni lebih rendah ketimbang nasional pada periode yang sama 0,16 persen.
"Kita patut bersyukur karena upaya menekan inflasi menunjukkan hasil positif, apalagi capaian tersebut juga lebih rendah dari periode yang sama di Kaltara untuk Januari 2023 0,25 persen (mtm)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara, Wahyu Indra Sukma di Tarakan, Jumat.
Dua kota penyumbang IHK Kaltara yaitu Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm) dan inflasisebesar 0,25 persen (mtm).
Rendahnya tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau terutama disebabkan oleh komoditas aneka sayur seperti sawi hijau dan tomat, serta cabai rawit.
Dia mengungkapkan hal tersebut disebabkan kondisi seiring dengan cuaca pada bulan Februari 2023 yang lebih baik dari periode sebelumnya, sehingga produktivitas panen mengalami peningkatan.
Penurunan harga cabai rawit juga sejalan dengan sinergi dan kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Provinsi
Kaltara melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan gerakan
penanaman cabai sehingga meningkatkan ketersediaan pasokan dan kestabilan harga.
Selain itu, daging ayam ras juga mengalami penurunan harga di tengah isu merebaknya flu
burung.
"Di sisi lain, turunnya tekanan inflasi pada Februari 2023 tertahan oleh komoditas
angkutan udara seiring dengan berkurangnya beberapa rute penerbangan di tengah
rendahnya permintaan penerbangan pada awal tahun," kata Wahyu.
Hal ini menyebabkan maskapai mengurangi jumlah penerbangannya sebagai upaya efisiensi operasional maskapai. Selain itu, naiknya
harga beras juga turut menahan penurunan tekanan inflasi seiring dengan pemenuhan
pasokan nasional yang belum optimal.
Sejalan dengan itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga menjadi faktorpenahan menurunnya tekanan inflasi dengan mengalami peningkatan tekanan inflasi 0,36 persen (mtm).
Tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan olehkomoditas emas perhiasan dengan andil Inflasi 0,05 persen (mtm) sejalan dengan meningkatnyaemas global.
"Dengan perkembangan tersebut, Inflasi gabungan dua kota IHK Provinsi Kaltara secara tahunan tercatat mengalami peningkatan tekanan inflasi menjadi 4,64 persen (yoy) dari sebelumnya 4,51 persen (yoy)," kata Wahyu.
Inflasi Kaltara tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,47 persen (yoy).
Terjaga tingkat inflasi gabungan dua kota IHK Provinsi Kaltara ini sejalan dengan gencarupaya pengendalian Inflasi yang dijalankan TPIDbaik provinsi, maupun kabupaten/kota di wilayah Kaltara.
Kegiatan pengendalian inflasi yang merupakan sinergitas antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, instansi vertikal, danpelaku usaha di Kaltara, antara lain operasi pasar murah, pemantauan harga dan sidak pasar.
"Kemudian pelaksanaan kerja sama antar daerah dan implementasi GNPIP yang terbukti mampu meredam tekanan inflasi pada tahun 2022 akan dilanjutkan untuk mengendalikan inflasi di tahun 2023," katanya.