Malaysia Proyeksikan Pemanfaatan Nuklir 10-15 Tahun Mendatang

id Malaysia, Nuklir

Malaysia Proyeksikan Pemanfaatan Nuklir 10-15 Tahun Mendatang

Ilustrasi - Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) menyambut baik pengesahan resolusi Dewan Pengurus Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Sabtu (23/11/2024) yang membahas Perjanjian Pengamanan Iran. /ANTARA/Anadolu/py

Kuala Lumpur (ANTARA) - Otoritas Malaysia memproyeksikan pemanfaatan energi nuklir sebagai energi baru di negara tersebut, dapat dilakukan 10—15 tahun mendatang, setelah dilakukan kajian mendalam atas hal itu.

Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Fadillah Yusof, seperti dikutip dari BERNAMA, Senin, menyatakan beberapa negara ASEAN pun tengah mempertimbangkan hal serupa, di antaranya Indonesia, Singapura, Vietnam, Filipina, Myanmar, dan Thailand.

"Pada dasarnya, mereka memutuskan untuk menggunakan energi nuklir sebagai salah satu sumbernya," ujarnya.

Baru-baru ini di Korea Selatan, pada Pertemuan Menteri Energi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), juga disepakati bahwa nuklir merupakan salah satu pilihan bagi negara-negara APEC untuk memastikan pasokan energi bersih.

Dalam upaya memastikan perkembangan ekonomi negara dan penyediaan energi bagi industri, terutama ekonomi digital seperti kecerdasan buatan (Al) dan pusat data yang menggunakan energi, maka Malaysia merasa perlu memastikan pasokan energi yang aman.

"Oleh karena itu, pemerintah kini juga mempertimbangkan energi nuklir sebagai salah satu sumbernya," jelasnya.

Fadillah mengatakan, badan di bawah Kementerian Peralihan Tenaga dan Transformasi Air (PETRA) Malaysia, yakni MyPower, telah diberi peran untuk melakukan studi tentang penggunaan energi nuklir sebagai energi alternatif.

Dalam hal keselamatan di kawasan Asia, katanya, sebagian besar pembangkit listrik tenaga nuklir dari generasi kedua hingga ketiga terbukti telah berkembang baik dalam hal teknologi, keselamatan, dan lingkungan, serta dapat diterima oleh masyarakat dunia.
Baca juga: Khamenei: Negosiasi Nuklir Dengan AS Tidak Akan Menghapus Sanksi Iran
Baca juga: Beijing Jawab Donald Trump Soal Pengurangan Jumlah Senjata Nuklir

Pewarta :
Editor : Susylo Asmalyah
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.