Tarakan (ANTARA) - Pesawat pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Grand Caravan PK-SNM sudah terparkir di apron bandara Juata Tarakan, Kalimantan Utara.
Para pekerja dari PT. Pertamina Patra Logistik dan maskapai Smart Aviation sudah mulai sibuk untuk memasukan BBM yang berada dalam drum berisi solar dan pertalite.
“BBM solar dan pertalite ini mau diangkut dengan menggunakan pesawat angkut BBM menuju bandara Yuvai Semaring di Krayan Induk, Kabupaten Nunukan,” kata Pengawas Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) PT. Pertamina Patra Logistik Budi Sulistiono di Tarakan Senin (28/10).
Budi mengawasi para pekerja dari Pertamina Patra Logistik ada sebanyak dua operator dan enam orang dari maskapai Smart Aviation. Mereka bekerja mengangkat drum – drum berwarna merah berisi solar dan pertalite menuju ke pesawat yang akan mengangkut BBM.
Teriknya matahari siang hari di apron bandara Juata Tarakan tidak membuat mereka menyerah dengan keringat yang membasahi baju. Namun tetap bekerja penuh semangat untuk mengangkat drum berisi BBM.
Drum berwarna merah dengan dua ukuran, dimana untuk pertalite dimasukkan dalam drum ukuran 60 liter dan solar dimasukkan dalam drum ukuran 200 liter.
Semangat korsa yang dimiliki para petugas untuk melancarkan distribusi BBM menuju ke perbatasan. Sebagai bentuk semangat kebersamaan, tanggung jawab dan loyalitas serta menjadi pemersatu sesama anak bangsa.
Budi mengatakan yang membedakan dalam drum berisi solar atau pertalite selain ukurannya adalah labelnya yang tertulis dalam drum merah, untuk pertalite label tertulis N1203 dan drum pada solar label tertulis N1202.
“Mereka mengatur letak drum - drum solar dan pertalite di dalam pesawat biar tidak terjadi benturan. Selain itu, saat melakukan operasional menaikkan BBM ke pesawat tidak boleh menggunakan telepon genggam dan tidak boleh ada kegiatan lain,” katanya.
Para pekerja menggunakan sepatu pelindung, rompi warna kuning dengan aplikasi warna silver dan helm pengaman dengan warna senada dengan warna rompi.
Setelah siap, pesawat yang berisi BBM tersebut siap diterbangkan menuju bandara Yuvai Semaring di Krayan Induk dengan jarak tempuh 55 menit dari bandara Juata Tarakan.
Faktor cuaca merupakan faktor utama bisa berangkat atau tidaknya pesawat menuju ke wilayah tapal batas dengan negara Malaysia.
Setelah sampai bandara Yuvai Semaring, solar dan pertalite diberikan kepada pihak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
Ada empat SPBU 3T di Krayan yakni Krayan Induk, Krayan Timur, Krayan Barat dan Krayan Tengah. Sedangkan Krayan Selatan belum memiliki SPBU 3T, rencananya tahun depan akan dibangun.
Adapun waktu pembongkaran BBM dari pesawat setelah tiba di bandara Yuvai Semaring menggunakan waktu 5 – 10 menit kemudian kembali lagi ke bandara Juata Tarakan.
“Jadi waktu pengangkutan dari bandara Juata Tarakan ke bandara Yuvai Semaring dan kembali lagi ke Tarakan waktu yang digunakan dua jam lebih 10 menit,” kata Budi.
Saat ini, Pertamina menggunakan tambahan dua pesawat untuk mengangkut BBM Satu Harga ke wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia.
Hal tersebut untuk keadilan energi untuk masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat di Krayan. Untuk harga pertalite Rp10.000,- perliter sedangkan solar Rp6.800,- per liter.
Masyarakat Krayan juga dapat menikmati BBM Satu Harga sama dengan masyarakat lain di Indonesia. Hal ini memperlihatkan perhatian pemerintah kepada masyarakat yang berada di tapal batas.
Dengan menggunakan penggunaan BBM produksi dalam negeri memperlihatkan rasa rasa cinta Tanah Air dan meningkatkan rasa nasionalisme warga di perbatasan.
Munculnya kebijakan tentang pemberlakuan BBM Satu Harga di Indonesia dikarenakan sebelumnya adanya perbedaan harga jual BBM di berbagai daerah, khususnya daerah 3T.
Sehingga, pemerintah ingin menyamaratakan harga BBM agar tidak ada kesenjangan antar daerah. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016 tentang percepatan pemberlakuan satu harga BBM.
Kebijakan pemerintah tentang pemberlakuan satu harga BBM merupakan langkah yang tepat, karena kebijakan ini sebagai wujud dari amanat konstitusi yang terdapat pada sila kelima dari Pancasila yakni “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Penambahan armada angkutan udara
Guna melancarkan distribusi BBM Satu Harga ke Krayan, Pertamina menambah armada angkutan udara dari satu pesawat saat ini bertambah satu armada lagi. Karena saat ini jalur satu – satunya yang bisa mengangkut BBM ke sana hanya menggunakan jalur udara.
Armada angkutan udara dulu hanya menggunakan pesawat Air Tractor milik PT. Pelita Air Service (PAS) dengan kapasitas 4.000 liter untuk satu kali pengangkutan.
Sejak Februari 2024 ditambah lagi dua pesawat jenis Grand Caravan milik Smart Aviation yang disewa oleh PT. Pertamina Patra Logistik dengan kapasitas 1.400 liter.
“Dulu menggunakan satu pesawat hanya dua kali penerbangan untuk mengangkut satu jenis BBM solar saja atau pertalite saja. Saat ini tujuh kali penerbangan perhari dan dapat mengangkut langsung pertalite dan solar untuk satu kali penerbangan karena BBM dimasukkan dalam drum,” kata Budi yang bertugas di PT. Pertamina Patra Logistik sejak 2016.
Satu pesawat maksimal empat kali penerbangan menuju Krayan, jika lancar dan cuaca bagus. Pesawat angkutan BBM berangkat paling pagi dari bandara Juata menuju bandara Yuvai Semaring pada pukul 07.10 WITA dan pesawat terakhir yang berangkat ke bandara Yuvai Semaring pukul 14.10 WITA.
Setiap hari pesawat berangkat ke Krayan kecuali hari Minggu. “Dalam pesawat hanya ada dua pilot dan co pilot tidak boleh ada penumpang,” katanya.
Sejak adanya penambahan angkutan udara, jumlah permintaan BBM ke Krayan mengalami peningkatan secara signifikan menyesuaikan dengan kebutuhan. Kalau dulu karena ada keterbatasan, tapi saat ini kebutuhan BBM di perbatasan sudah bisa diakomodir oleh Pertamina.
Saat melakukan pengangkutan BBM yang diisi dari mobil tangki BBM berkapasitas 5.000 liter milik Pertamina dari Fuel Terminal (FT) Tarakan di kawasan Lingkas. Ada dua mobil tangki BBM yang diberangkatkan pada pagi hari menuju bandara Juata, satu mobil tangki berisi solar dan satu lagi berisi pertalite.
Dalam melakukan pengangkutan BBM dengan mempergunakan pesawat jenis Grand Caravan tidak lepas dari monitor dari pihak maskapai penerbangan dalam hal ini maskapai Smart Aviation. Salah satunya petugas pengawas bernama Nasrul sebagai Flight Operation Officer (FOO) Smart Aviation.
Dia mengatakan baru tahun ini dan tahun depan PT. Pertamina Logistik menggunakan jasa penerbangan maskapai Smart Aviation untuk mengangkut BBM ke Krayan. Setiap hari sampai tujuh kali penerbangan kecuali hari Minggu libur.
“Saya yang melakukan monitor untuk diangkut ke Krayan, karena memiliki lisensi DG (Dangerous Good). Untuk memonitor proses pengangkutan BBM ke pesawat,” kata Nasrul. BBM yang merupakan barang termasuk berbahaya jadi saat pengisian BBM dari mobil ke drum – drum jauh dari lokasi apron.
Lisensi DG adalah lisensi resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan RI untuk para pekerja di dunia penerbangan.
Pemegang Lisensi DG melakukan pengenalan dan pengklasifikasian barang berbahaya yang dapat mengancam keselamatan dan keamanan penerbangan sesuai dengan peraturan keamanan penerbangan yang ada.
Kemudian drum dinaikkan di gerobak bagasi selanjutnya ditarik menuju pesawat yang membutuhkan waktu sekitar lima menit. Dan memasukkan drum berisi solar dan pertalite ke pesawat membutuhkan waktu lima menit setelah itu pesawat siap berangkat.
“Kita selalu awasi, mulai dari pengawasan drum yang digunakan, apakah ada kebocoran apa tidak. Kemudian drum sudah dikunci kemudian ditarik ke pesawat dan melakukan loading sesuai SOP Smart Aviation,” kata Nasrul.
Harga tetap sama
Pengiriman solar dan pertalite ke Krayan sesuai dengan permintaan para penyalur, saat ini ada empat penyalur yang ada di Krayan.
Sales Branch Manager Kaltim Kaltara V Fuel PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan Ferdi Kurniawan mengatakan ada empat penyalur setiap kecamatan yakni Krayan Induk, Krayan Tengah, Krayan Barat dan Krayan Timur, sedangkan Krayan Selatan baru ada penyalur tahun depan.
“Lembaga penyalur harus menebus dulu (pembayaran) ke Pertamina, kalau sudah ditebus baru disalurkan. Untuk harga tetap sama karena ongkos angkut disubsidi dari Pertamina ,” kata Ferdi.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung penyediaan energi di wilayah terpencil, dengan melakukan penyaluran BBM Satu Harga ke daerah 3T di Krayan.
Sebagai Sub Holding Commercial and Trading dari PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Patra Niaga diberikan amanah menjalankan program BBM satu harga dari Pemerintah dan Pertamina. Salah satu lokasi BBM Satu Harga yang dijalankan berada di wilayah Long Bawan, Krayan.
“Sebelum ada program BBM Satu Harga disana, masyarakat harus membayar harga per liter BBM jenis premium (dulu) dan solar yang jauh di atas harga SPBU hingga 3-7 kali lipat,” kata Area Manager Communication, Relation and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan Arya Yusa Dwicandra.
Semenjak adanya program BBM Satu Harga, Pertamina dengan menggunakan moda Air Tractor mengantarkan BBM ke Krayan dan dijual dengan harga yang sama dengan SPBU di kota besar.
Program BBM Satu Harga merupakan bukti komitmen Pemerintah melalui Pertamina yang bertujuan untuk pemerataan energi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Distribusi BBM via udara di wilayah 3T menghadapi sejumlah kendala yang kompleks. “Kendala cuaca seperti angin kencang dan cuaca ekstrim sering mengganggu penerbangan, mengakibatkan keterlambatan pengiriman.
Selain itu, infrastruktur yang kurang memadai, seperti bandara kecil dan minimnya fasilitas penyimpanan, memperumit proses distribusi,” kata Arya.
Penyaluran ini merupakan bagian dari program strategis Pertamina dalam mendukung ketahanan energi nasional dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil.
Dengan adanya BBM yang tersedia, diharapkan kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat di Krayan dapat meningkat.
PT Pertamina Patra Niaga akan terus berinovasi dan berupaya untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah yang memiliki tantangan geografis. Melalui program ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan wilayah dan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Pertamina Siap Bangun PLTS Atap Terbesarnya di Kilang Balikpapan
Baca juga: Lapas Tarakan dan Pertamina Rencana Kerjasama Pembinaan Kemandirian Napi
Para pekerja dari PT. Pertamina Patra Logistik dan maskapai Smart Aviation sudah mulai sibuk untuk memasukan BBM yang berada dalam drum berisi solar dan pertalite.
“BBM solar dan pertalite ini mau diangkut dengan menggunakan pesawat angkut BBM menuju bandara Yuvai Semaring di Krayan Induk, Kabupaten Nunukan,” kata Pengawas Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) PT. Pertamina Patra Logistik Budi Sulistiono di Tarakan Senin (28/10).
Budi mengawasi para pekerja dari Pertamina Patra Logistik ada sebanyak dua operator dan enam orang dari maskapai Smart Aviation. Mereka bekerja mengangkat drum – drum berwarna merah berisi solar dan pertalite menuju ke pesawat yang akan mengangkut BBM.
Teriknya matahari siang hari di apron bandara Juata Tarakan tidak membuat mereka menyerah dengan keringat yang membasahi baju. Namun tetap bekerja penuh semangat untuk mengangkat drum berisi BBM.
Drum berwarna merah dengan dua ukuran, dimana untuk pertalite dimasukkan dalam drum ukuran 60 liter dan solar dimasukkan dalam drum ukuran 200 liter.
Semangat korsa yang dimiliki para petugas untuk melancarkan distribusi BBM menuju ke perbatasan. Sebagai bentuk semangat kebersamaan, tanggung jawab dan loyalitas serta menjadi pemersatu sesama anak bangsa.
Budi mengatakan yang membedakan dalam drum berisi solar atau pertalite selain ukurannya adalah labelnya yang tertulis dalam drum merah, untuk pertalite label tertulis N1203 dan drum pada solar label tertulis N1202.
“Mereka mengatur letak drum - drum solar dan pertalite di dalam pesawat biar tidak terjadi benturan. Selain itu, saat melakukan operasional menaikkan BBM ke pesawat tidak boleh menggunakan telepon genggam dan tidak boleh ada kegiatan lain,” katanya.
Para pekerja menggunakan sepatu pelindung, rompi warna kuning dengan aplikasi warna silver dan helm pengaman dengan warna senada dengan warna rompi.
Setelah siap, pesawat yang berisi BBM tersebut siap diterbangkan menuju bandara Yuvai Semaring di Krayan Induk dengan jarak tempuh 55 menit dari bandara Juata Tarakan.
Faktor cuaca merupakan faktor utama bisa berangkat atau tidaknya pesawat menuju ke wilayah tapal batas dengan negara Malaysia.
Setelah sampai bandara Yuvai Semaring, solar dan pertalite diberikan kepada pihak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
Ada empat SPBU 3T di Krayan yakni Krayan Induk, Krayan Timur, Krayan Barat dan Krayan Tengah. Sedangkan Krayan Selatan belum memiliki SPBU 3T, rencananya tahun depan akan dibangun.
Adapun waktu pembongkaran BBM dari pesawat setelah tiba di bandara Yuvai Semaring menggunakan waktu 5 – 10 menit kemudian kembali lagi ke bandara Juata Tarakan.
“Jadi waktu pengangkutan dari bandara Juata Tarakan ke bandara Yuvai Semaring dan kembali lagi ke Tarakan waktu yang digunakan dua jam lebih 10 menit,” kata Budi.
Saat ini, Pertamina menggunakan tambahan dua pesawat untuk mengangkut BBM Satu Harga ke wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia.
Hal tersebut untuk keadilan energi untuk masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat di Krayan. Untuk harga pertalite Rp10.000,- perliter sedangkan solar Rp6.800,- per liter.
Masyarakat Krayan juga dapat menikmati BBM Satu Harga sama dengan masyarakat lain di Indonesia. Hal ini memperlihatkan perhatian pemerintah kepada masyarakat yang berada di tapal batas.
Dengan menggunakan penggunaan BBM produksi dalam negeri memperlihatkan rasa rasa cinta Tanah Air dan meningkatkan rasa nasionalisme warga di perbatasan.
Munculnya kebijakan tentang pemberlakuan BBM Satu Harga di Indonesia dikarenakan sebelumnya adanya perbedaan harga jual BBM di berbagai daerah, khususnya daerah 3T.
Sehingga, pemerintah ingin menyamaratakan harga BBM agar tidak ada kesenjangan antar daerah. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016 tentang percepatan pemberlakuan satu harga BBM.
Kebijakan pemerintah tentang pemberlakuan satu harga BBM merupakan langkah yang tepat, karena kebijakan ini sebagai wujud dari amanat konstitusi yang terdapat pada sila kelima dari Pancasila yakni “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Penambahan armada angkutan udara
Guna melancarkan distribusi BBM Satu Harga ke Krayan, Pertamina menambah armada angkutan udara dari satu pesawat saat ini bertambah satu armada lagi. Karena saat ini jalur satu – satunya yang bisa mengangkut BBM ke sana hanya menggunakan jalur udara.
Armada angkutan udara dulu hanya menggunakan pesawat Air Tractor milik PT. Pelita Air Service (PAS) dengan kapasitas 4.000 liter untuk satu kali pengangkutan.
Sejak Februari 2024 ditambah lagi dua pesawat jenis Grand Caravan milik Smart Aviation yang disewa oleh PT. Pertamina Patra Logistik dengan kapasitas 1.400 liter.
“Dulu menggunakan satu pesawat hanya dua kali penerbangan untuk mengangkut satu jenis BBM solar saja atau pertalite saja. Saat ini tujuh kali penerbangan perhari dan dapat mengangkut langsung pertalite dan solar untuk satu kali penerbangan karena BBM dimasukkan dalam drum,” kata Budi yang bertugas di PT. Pertamina Patra Logistik sejak 2016.
Satu pesawat maksimal empat kali penerbangan menuju Krayan, jika lancar dan cuaca bagus. Pesawat angkutan BBM berangkat paling pagi dari bandara Juata menuju bandara Yuvai Semaring pada pukul 07.10 WITA dan pesawat terakhir yang berangkat ke bandara Yuvai Semaring pukul 14.10 WITA.
Setiap hari pesawat berangkat ke Krayan kecuali hari Minggu. “Dalam pesawat hanya ada dua pilot dan co pilot tidak boleh ada penumpang,” katanya.
Sejak adanya penambahan angkutan udara, jumlah permintaan BBM ke Krayan mengalami peningkatan secara signifikan menyesuaikan dengan kebutuhan. Kalau dulu karena ada keterbatasan, tapi saat ini kebutuhan BBM di perbatasan sudah bisa diakomodir oleh Pertamina.
Saat melakukan pengangkutan BBM yang diisi dari mobil tangki BBM berkapasitas 5.000 liter milik Pertamina dari Fuel Terminal (FT) Tarakan di kawasan Lingkas. Ada dua mobil tangki BBM yang diberangkatkan pada pagi hari menuju bandara Juata, satu mobil tangki berisi solar dan satu lagi berisi pertalite.
Dalam melakukan pengangkutan BBM dengan mempergunakan pesawat jenis Grand Caravan tidak lepas dari monitor dari pihak maskapai penerbangan dalam hal ini maskapai Smart Aviation. Salah satunya petugas pengawas bernama Nasrul sebagai Flight Operation Officer (FOO) Smart Aviation.
Dia mengatakan baru tahun ini dan tahun depan PT. Pertamina Logistik menggunakan jasa penerbangan maskapai Smart Aviation untuk mengangkut BBM ke Krayan. Setiap hari sampai tujuh kali penerbangan kecuali hari Minggu libur.
“Saya yang melakukan monitor untuk diangkut ke Krayan, karena memiliki lisensi DG (Dangerous Good). Untuk memonitor proses pengangkutan BBM ke pesawat,” kata Nasrul. BBM yang merupakan barang termasuk berbahaya jadi saat pengisian BBM dari mobil ke drum – drum jauh dari lokasi apron.
Lisensi DG adalah lisensi resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan RI untuk para pekerja di dunia penerbangan.
Pemegang Lisensi DG melakukan pengenalan dan pengklasifikasian barang berbahaya yang dapat mengancam keselamatan dan keamanan penerbangan sesuai dengan peraturan keamanan penerbangan yang ada.
Kemudian drum dinaikkan di gerobak bagasi selanjutnya ditarik menuju pesawat yang membutuhkan waktu sekitar lima menit. Dan memasukkan drum berisi solar dan pertalite ke pesawat membutuhkan waktu lima menit setelah itu pesawat siap berangkat.
“Kita selalu awasi, mulai dari pengawasan drum yang digunakan, apakah ada kebocoran apa tidak. Kemudian drum sudah dikunci kemudian ditarik ke pesawat dan melakukan loading sesuai SOP Smart Aviation,” kata Nasrul.
Harga tetap sama
Pengiriman solar dan pertalite ke Krayan sesuai dengan permintaan para penyalur, saat ini ada empat penyalur yang ada di Krayan.
Sales Branch Manager Kaltim Kaltara V Fuel PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan Ferdi Kurniawan mengatakan ada empat penyalur setiap kecamatan yakni Krayan Induk, Krayan Tengah, Krayan Barat dan Krayan Timur, sedangkan Krayan Selatan baru ada penyalur tahun depan.
“Lembaga penyalur harus menebus dulu (pembayaran) ke Pertamina, kalau sudah ditebus baru disalurkan. Untuk harga tetap sama karena ongkos angkut disubsidi dari Pertamina ,” kata Ferdi.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung penyediaan energi di wilayah terpencil, dengan melakukan penyaluran BBM Satu Harga ke daerah 3T di Krayan.
Sebagai Sub Holding Commercial and Trading dari PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Patra Niaga diberikan amanah menjalankan program BBM satu harga dari Pemerintah dan Pertamina. Salah satu lokasi BBM Satu Harga yang dijalankan berada di wilayah Long Bawan, Krayan.
“Sebelum ada program BBM Satu Harga disana, masyarakat harus membayar harga per liter BBM jenis premium (dulu) dan solar yang jauh di atas harga SPBU hingga 3-7 kali lipat,” kata Area Manager Communication, Relation and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan Arya Yusa Dwicandra.
Semenjak adanya program BBM Satu Harga, Pertamina dengan menggunakan moda Air Tractor mengantarkan BBM ke Krayan dan dijual dengan harga yang sama dengan SPBU di kota besar.
Program BBM Satu Harga merupakan bukti komitmen Pemerintah melalui Pertamina yang bertujuan untuk pemerataan energi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Distribusi BBM via udara di wilayah 3T menghadapi sejumlah kendala yang kompleks. “Kendala cuaca seperti angin kencang dan cuaca ekstrim sering mengganggu penerbangan, mengakibatkan keterlambatan pengiriman.
Selain itu, infrastruktur yang kurang memadai, seperti bandara kecil dan minimnya fasilitas penyimpanan, memperumit proses distribusi,” kata Arya.
Penyaluran ini merupakan bagian dari program strategis Pertamina dalam mendukung ketahanan energi nasional dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil.
Dengan adanya BBM yang tersedia, diharapkan kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat di Krayan dapat meningkat.
PT Pertamina Patra Niaga akan terus berinovasi dan berupaya untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah yang memiliki tantangan geografis. Melalui program ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan wilayah dan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Pertamina Siap Bangun PLTS Atap Terbesarnya di Kilang Balikpapan
Baca juga: Lapas Tarakan dan Pertamina Rencana Kerjasama Pembinaan Kemandirian Napi