Jakarta (Antara News Kaltara) – Gubernur KalimantanUtara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie mengatakan, Kalimantan memiliki cadanganSumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, bebas gempa dan memiliki hutan yangdidaulat sebagai paru-paru dunia. Selain itu, luas wilayah Kalimantan sekitar 4kali luas Pulau Jawa, serta berada di antara Alur Laut Kepulauan Indonesia(ALKI) I dan II. “Sayangnya, aspek geostrategis ini belum banyak mendapatperhatian dari Pemerintah dengan membangun konektivitas yang optimal,†kataIrianto.
Dilihat dari pertumbuhan ekonominya, disebutkanIrianto, yang juga sebagai koordinator Forum Kerjasama Revitalisasi danPercepatan Pembangunan Regional Kalimantan itu, Kalimantan Barat (Kalbar) yangtertinggi sekitar 5,22 persen, disusul Kalimantan Tengah (Kalteng) sekitar 5,01persen, Kalimantan Selatan (Kalsel) 4,38 persen, Kaltara sekitar 3,75 persendan Kalimantan Timur (Kaltim) 0,04 persen. “Pada 2016, perekonomian Kalimantandiproyeksikan tumbuh membaik dengan dukungan peningkatan kinerja sektor industridan pertanian. Dari sisi permintaan, peningkatan ditopang oleh perbaikanekspor, kemudian secara spasial, perbaikan perekonomian Kalimantan pada 2016diperkirakan terjadi di semua daerah,†urai Irianto.
Kalimantan berada pada peringkat ketiga untuk perananwilayah atau pulau dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional1978 hingga 2015, dengan tingkat kontribusi sekitar 8,15 persen. Kontribusi itudidominasi eksploitas sumber daya alam tak terbarukan, pertambangan danpenggalian, dan industri pengolahan, khususnya berbasiskan minyak dan gas bumi.“Kontribusi PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) provinsi di wilayahKalimantan terhadap PDB 2016, Kaltim-Kaltara merupakan yang terbesar, yaknisekitar 60 persen atau mencapai 564,69 triliun,†papar Irianto.
Pada 2018, Provinsi Kaltara menargetkan pertumbuhanekonomi mencapai 4,19 persen, tingkat kemiskinan 4,81 persen, dan tingkatpengangguran 4,60 persen. Kaltim memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 1,62persen, tingkat kemiskinan 5,02 persen, dan tingkat pengangguran 7,20 persen;Kalsel, pertumbuhan ekonomi 5,19 persen, tingkat kemiskinan 4,22 persen, dantingkat pengangguran 3,60 persen; Kalteng, pertumbuhan ekonomi 7,18 persen,tingkat kemiskinan 5,14 persen, dan tingkat pengangguran 230 persen; danKalbar, tingkat pertumbuhan ekonomi 6,16 persen, tingkat kemiskinan 6,86persen, serta tingkat pengangguran 2,30 persen.
Untuk mendukung dan mewujudkan target pembangunan diKalimantan, pemerintah provinsi se Kalimantan berkomitmen bersama mengintegrasikanusulan program pembangunan di Pulau Kalimantan, menjadi dua fokus prioritasregional. Yakni fokus infrastruktur konektivitas dan pemberdayaan energiterbarukan.
“Dua fokus itu merupakan peluang dan tantanganklasik dalam mewujudkan target pembangunan di Pulau Kalimantan, dan akan kamikawal kesinambungannya selama dua tahun,†ucap Irianto.
Kenapa harus fokus kepada dua target itu?“Keberhasilan pembangunan di Pulau Kalimantan bergantung pada tersambungannyakonektivitas antar daerah. Perhatiannya adalah menyambungkan Sebatik di Kaltaradengan Sambas di Kalbar,†ungkap Irianto.
Untuk konektivitas ini, ada tiga poros yangdirencanakan dibangun. Yakni Poros Utara sepanjang 2.004 kilometer, PorosTengah 1.446 kilometer dan Poros Selatan 4.170 kilometer. “Yang menjadi masalahadalah konektivitas antar kota dalam provinsi, dan antar provinsi belumtersambung sempurna. Kondisi geografis dan ketersediaan dana untuk membangunjalan pun menjadi persoalan,†jelas Irianto.
Usulan infrastruktur lain di 2018, adalahpeningkatan Pelabuhan Ferry Sebatik dan Nunukan, Jembatan Nunukan-Tinabasan,pembangunan lintas selatan ruas Penajam-Balikpapan, pembangunan JembatanPenghubung Pulau Laut-Daratan Kalimantan di Kabupaten Tanahbumbu dan Kotabaru,pembangunan Jemabtan Panda trase Tabukan-Dadahup, pembangunan ruas jalan batasKalbar-Tumbang Sanamang-Tumbang Hiran-Tumbang Samba, dan lainnya.
“Diusulkan juga fokus infrastruktur terminal diTanjung Selor. Karena sebagai ibukota Kaltara, Tanjung Selor belum punyaterminal yang nantinya untuk pelayanan penumpang dari Sebatik menuju Samarindadan Balikpapan. Di Samarinda juga perlu dibangun terminal karena terminal yangada belum representatif,†urai Irianto.
Dikatakan juga Kalimantan perlu memiliki pelabuhanyang representatif. Di antaranya, untuk Pelabuhan Pidada, Kaltara; Deep SeaPort Kijing, Kalbar dan lainnya. Tak terkecuali Bandar Udara (Bandara), forummengusulkan pengembangan dan pembangunan sejumlah bandara di Kalimantan.Termasuk pengembangan Bandara Juwata Tarakan, Tanjung Harapan (Bulungan) danNunukan. “Kalimantan juga mengusulkan pembangunan infrastruktur kereta api,â€singkat Irianto.
Pada perihal fokus energi, dikatakan Iriantopermasalahan umum di Kalimantan adalah, konsumsi energi sangat tinggi, namunpenyediaan sumber energi alternatif masih minim. “Kondisi geografis, akses yangbelum merata, dan penguasaan teknologi energi belum maksimal menjadi persoalandalam fokus ini,†jelas Irianto.
Persoalankhususnya, adalah belum adanya pembangkit listrik dan jaringan interkoneksise-Kalimantan serta belum dikembangkannya energi baru dan terbarukan.Dampaknya, Kalimantan sebagian besar mengalami defisit tenaga listrik. Kaltaramisalnya, mengalami kekurangan tenaga listrik sekitar 978 Megawatt (MW) dan 562kilometer transmisi. “Dari itu diusulkanlah pembangunan PLTA (PembangkitListrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTS (PembangkitListrik Tenaga Surya) dan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas),†ungkapIrianto. Usulan itu, di antaranya PLTA Kayan 9.000 MW, PLTA Sembakung 500 MWdan PLTA Mentarang 7.600 MW di Kaltara. Lalu, PLTA Kapuas 100 MW dan lainnya.