"Tebal awannya nggak kelihatan (hilal)," kata Khairul usai meneropong.
Saat pemantauan hilal tersebut dihadiri pula oleh pihak BMKG Kota Tarakan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tarakan, KH. Muhammad Anas dan Kepala Kementerian Agama, HM. Shaberah.
Mereka juga tidak melihat adanya hilal penentuan untuk Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah.
"Ini adalah tata cara dan merupakan Sunnah Rasulullah. Kalau tidak bisa melihat yah digenapkan menjadi 30 hari," kata Khairul.
Apapun hasilnya ini merupakan bagian dari ritual dan perintah dari pemerintah. Meskipun BMKG Kota Tarakan sudah menyampaikan bahwa posisi hilal di Tarakan pada saat matahari terbenam pada hari Selasa (11/5) yakni -5 derajat. 13,77 menit.
Sedangkan pada hari Rabu (13/5) ketinggian hilal di Kota Tarakan saat matahari terbenam sebesar 5 derajat 22,75 menit.
Sementara itu Kepala Kemenag Tarakan, Shaberah mengatakan bahwa laporan dari BMKG dimana posisi hilal -5 derajat untuk Kalimantan Utara, itu berat untuk dilihat.
"Bahkan ketinggian hilal di bawah 2 derajat, itu rada sulit dilihat, tapi ini tugas yang harus kita laksanakan tugas rutin Kementerian Agama setiap 1 Syawal," kata Shaberah.
Dia mengatakan hanya menunggu sidang isbat dari Kementerian Agama. Kalau memang tidak ada laporan adanya hilal di seluruh Indonesia maka sesuai anjuran Rasulullah dibulatkan jadi 30 hari.
"Besok kita masih berpuasa, besoknya kita lebaran. Jadi Insya Allah, lebaran kita tahun ini bisa bersamaan," kata Shaberah.
Baca juga: Muhammadiyah: Idul Fitri jatuh pada Kamis 13 Mei