Diduga kena virus ASF, ratusan babi mati mendadak di Kaltara

id Karantina,Virus babi hutan

Diduga kena virus ASF, ratusan babi mati mendadak di Kaltara

Kepala Karantina Pertanian Tarakan, Akhmad Alfaraby. Antara/Susylo Asmalyah.

Tarakan (ANTARA) - Karantina Pertanian Tarakan kini masih menunggu hasil laboratorium Balai Veteivener (Bvet) di Banjarbaru, Kalsel terkait ratusan ekor babi hutan mati mendadak di Kalimantan Utara yang diduga terkena virus ASF.

Kepala Karantina Pertanian Tarakan Akhmad Alfaraby di Tarakan, Jumat mengakui ada dugaan mati mendadak ratusan babi itu terkena penyakit Virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika namun belum bisa memastikan sebelum keluar hasil laboratorium Bvet.

"Kami sedang menunggu hasil laboratorium yang dikirim dari tim Dinas Pertanian dan Peternakan Kaltara dan Karantina Pertanian. Kami sudah mengirim sampel ke Bvet di Banjarbaru," imbuhnya.

Dia mengatakan bahwa Karantina Pertanian Tarakan untuk komoditas babi dan produknya sangat minim di Tarakan.

"Walaupun demikian Karantina Pertanian Tarakan tetap bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kaltarasambil melakukan identifikasi masalah dan menunggu hasil dari Bvet," kata Alfaraby.

Balai Karantina Tarakan hanya melakukan pengawasan di pintu masuk dan keluar wilayah Kaltara, sementara ini belum ada laporan babi yang keluar masuk wilayah kerjanya.

Ratusan ekor babi hutan mati mendadak beberapa daerah di Kaltara, diduga terserang penyakit Virus African Swine Fever (ASF).

ASF adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen.

Bagi petani ini mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

ASF adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular, menimbulkan berbagai perdarahan pada organ internal dan disertai angka kematian yang sangat tinggi.

Kondisi ini membuat DPKPProvinsi Kaltara turun melakukan identifikasi dan pengambilan sampel.

Baca juga: Antisipasi virus flu babi dari Malaysia

Baca juga: Eijkman ingatkan flu babi G4 bisa jadi pandemi

Baca juga: Ini penjelasan Kementan tentang flu babi China