Tanjung Selor (ANTARA) - Bupati Bulungan Syarwani berjanji siap menggelar secara rutin setiap tahun pesta budaya Birau dalam memperingati hari jadi Kabupaten Bulungan dan Kota Tanjung Selor Kalimantan Utara.
"Zaman bisa berubah tapi budaya harus dilestarikan salah satunya melalui pesta budaya Birau," kata Syarwani di Tanjung Palas, Rabu.
Hal itu disampaikan dalam penutupan lomba pantun dan lomba busana Bulungan yang digelar di depan Lamin Adat dalam memeriahkan HUT ke-61 Kabupaten Bulungan dan ke-231 Tanjung Selor.
Sebelumnya, acara Birau (pesta budaya Bulungan) sempat vakum yang terakhir digelar pada 2018 akibat berbagai kendala termasuk pandemi COVID-19.
Ia berjanji meskipun sebenarnya Birau sudah dijadwalkan digelar setiap dua tahun namun mendapat banyak aspirasi warga maka akan dilaksanakan setiap tahun.
Birau itu yang terpenting menjadi sarana untuk pelestarian budaya jadi bukan semata kemeriahannya.
Baca juga: Matra: berjuang melalui ketahanan budaya
Baca juga: Matra: Pesona budaya Bulungan Harus Dilestarikan
"Apalagi melihat antusias warga, misalnya acara sore ini murni inisiatif dari Dedur Belungon Beselimpung (Wanita Bulungan Bersatu), saya sangat berterima kasih dengan keterlibatan mereka meramaikan HUT ini," katanya.
Bupati juga berjanji akan merehab bangunan Lamin Adat yang kini kondisinya cukup memprihatikan.
Dalam kesempatan itu, Bupati Syarwanijuga meminta agar instansi terkait dan Lembaga Adat Bulungan segera membuat standarisasi baju adat setempat, mengingat selama ini belum ada petunjuk teknisnya.
"Hal ini penting agar ada standar baku, misalnya bentuk ukiran, warna serta pada kesempatan apa harus digunakan," ujar dia.
Tidak hanya terkait pakaian, ia juga berharap agar segera didokumentasikan berbagai seni budaya dan ritual adat untuk menjaga pelestariannya.
Hal itu disampaikan setelah mendengar laporan Ketua Dedur Belungon Beselimpung Hajah Ainun Farida yang menjelaskan untuk pertama kali pada acara itu digelar tarian yang hampir punah, yakni Belundikini digelar lagi untuk pertama kalinya.
"Jangan sampai ketika para sesepuh ini meninggal maka tradisi budaya ini lenyap, saya berharap agar dibuat dokumentasinya," ujar Syarwani.
Tarian Belundi
Tari Belundi adalah tari kebersamaan, persatuan yg kokoh dalam satu kesatuan suku yg ada di Bulungan, setiap langkah kaki dan gerakan tangan serta penari membentuk satu lingkaran menggambarkan sesuatu yg berkesinambungan atau tidak pernah putus antara satu dengan yg lainnya.
"Kita adalah satu kesatuan yang bersama-sama dalam berbuat kebaikan, meraih keberhasilan bersama dalam kegembiraan tanpa adanya perbedaan," kata Ainun menyampaikan falsafah Belundi.
Tari Belundi atau tari Pinang Sendawar diciptaan oleh Datu Perdana sekitar 1940-an, awal syair berbahasa Kayan dan Melayu, setelah itu digubah dalam Bahasa Bulungan dengan judul lagu "Pinang Sendawar"
Pada tahun 1962 tarian ini ditampilkan pada acara "Genop Telu Malom" (genap tiga malam) pernikahan Datu Abdul Aziz dan Pengian Laila.
Baca juga: Lomba perahu naga: Juara Ane Benua, runner up Kelawor
Baca juga: Tekad Bupati Bulungan kembangkan potensi wisata daerah